Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Tio Paku Sadewo.
"Jangan kuatir, Aku baik-baik saja. Terlebih Aku tidak bicara dengan mereka karena mereka tidak melihatku." Jawab Richardo sambil menggenggam tangan Emily.
"Baguslah, kedepannya jika ketemu dengan mereka maka jauh-jauhlah." Ucap Emily.
"Kamu takut Aku terluka ya?" Tanya Richardo dengan nada menggoda.
"Ya. Karena mereka sekarang seperti orang gi x la di mana mereka suka mengamuk dan marah-marah tidak jelas." Jawab Emily.
"Jangan katakan orang gi x la bahkan raksasa sekalipun Aku akan mencabut giginya." Ucap Richardo sambil tersenyum.
"Baiklah. Pokoknya Aku meminta sama Kak Richardo untuk menjaga jarak jika seandainya bertemu dengan mereka." Ucap Emily sambil duduk di kursi makan.
"Baiklah. Kita tidak perlu membicarakan tentang mereka lagi." Ucap Richardo.
"Oh ya, orang tuaku akan mengadakan pesta." Ucap Richardo mengalihkan pembicaraan.
"Pesta? Apa Pesta pernikahan?" Tanya Emily penasaran.
"Benar sekali. Sebenarnya, orang tuaku ingin memperkenalkan kita ke keluarga besar dan teman-teman rekan bisnisnya. Oh ya, nanti Aku datang agak terlambat jadi biarkan Olivia menemanimu untuk membeli gaun." Jawab Richardo.
"Apakah acara pestanya meriah? Sampai masih harus memilih gaun?" Tanya Emily.
"Tentu saja. Karena kamu adalah istriku." Jawab Richardo.
"Kebetulan Aku ada ratusan juta direkeningku jadi Aku akan mentransfernya ke rekeningmu." Ucap Emily.
"Tidak perlu, uangku cukup untuk membeli gaun." Jawab Richardo.
"Kak Richardo ... (sambil menggenggam tangan Richardo) ... Berjanjilah padaku, apa pun yang terjadi padamu di masa depan pastikan untuk memberitahuku. Jangan memaksakan diri sendiri jika tidak mempunyai uang." Ucap Emily dengan nada lembut sambil tersenyum.
"Baiklah." Jawab Richardo sambil membalas senyuman Emily.
"Mari kita makan dulu." Ajak Emily.
Richardo hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka pun makan bersama tanpa ada satupun yang berbicara.
Di tempat yang berbeda di mana Louis dan Bertha berada di dalam mobil sambil masih menahan amarahnya.
Pasalnya usaha mereka ingin bertemu dengan Richardo gagal total. Hal itu dikarenakan Richardo tidak mau menemuinya malah di tinggal pulang.
"Ini semua salah Kakak, Aku tidak tahu apa yang sudah dilakukan Kakak hingga membuat Tuan Muda Richardo William tidak menyukai kita." Ucap Bertha yang masih menyalahkan Emily.
"Perusahaan William sudah sangat keterlaluan karena sudah berani membuat kita menunggu berjam-jam lamanya." Ucap Louis yang tidak mempedulikan ucapan Bertha.
"Karena Tuan Muda Richardo sangat berani melakukan hal itu sama kita maka jangan salahkan Aku." Sambung Louis sambil menggenggam erat stir kemudi untuk melampiaskan amarahnya.
"Kak Louis, Apa yang akan Kakak lakukan?" Tanya Bertha penasaran.
Tanpa menjawab Louis mengambil ponselnya yang di simpan di saku jasnya kemudian mencari kontak di ponselnya. Setelah ketemu Louis menekan tombol tersebut.
'Aku ada beberapa informasi dan Aku harap besok pagi informasi ini bisa menjadi trending.' Ucap Louis.
Kemudian Louis menceritakan informasi tersebut setelah selesai Louis memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak.
'Jangan salahkan Aku melakukan hal ini.' Ucap Louis sambil menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya.
'Si*l, padahal Aku sudah dandan cantik tapi Tuan Muda Richardo tidak datang.' Ucap Bertha dalam hati.
Kemudian Louis mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah orang tua Bertha sambil menahan amarahnya terhadap Emily dan Richardo.
xxxxxxxxxxxxxx
Malam menjelang pagi di mana Richardo berada di ruang kerjanya dan tidak berapa lama asisten setianya yang bernama Asisten Han mengetuk pintu.
Setelah mendapatkan jawaban Asisten Han masuk ke dalam ruangan Richardo yang sedang mengutak atik laptopnya.
"Tuan Muda, ada masalah. Cepat lihat berita viral saat ini." Ucap Asisten Han sambil memberikan ponselnya ke Richardo.
Tanpa menjawab Richardo menerima ponsel milik Asisten Han kemudian mengklik berita tentang : Pemilik Perusahaan William Penipu lalu Richardo membacanya.
"Saat ini kami mendapatkan informasi yang bisa di percaya. Pertama kalau Perusahaan William yang merupakan perusahaan terbesar. Berani menipu dua perusahaan yang tidak bisa disebutkan nama perusahaannya."
"Di mana Perusahaan William tidak menemuinya padahal berjam-jam lamanya dua pemilik perusahaan tersebut menunggunya hingga larut malam."
"Yang kedua adalah Perusahaan William yang mengidolakan negara asing, di mana Perusahaan William melakukan kerja sama dengan desainer asing dan menolak untuk bekerja sama dengan desainer dari dalam negri."
"Tuan Muda Richardo, ini pasti karena mereka berdua tidak puas karena Tuan Muda tidak bertemu dengan mereka. Karena itulah mereka menggunakannya dengan cara kotor." Ucap Asisten Han setelah melihat Richardo terdiam karena sudah selesai membaca berita.
"Cari orang yang bisa menurunkan berita viral kita." Ucap Richardo sambil meletakkan ponsel milik Asisten Han.
"Apakah kita perlu menjelaskannya?" Tanya Asisten Han.
"Tidak perlu untuk saat ini." Jawab Richardo.
"Baik." Jawab Asisten Han dengan patuh.
Kemudian Asisten Han mengambil ponsel miliknya yang diletakkan di atas meja oleh Richardo kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Sepeninggal Asisten Han, ponsel milik Richardo berdering membuat Richardo mengambil ponselnya dari dalam saku jasnya.
'Hallo.' Panggil Emily.
'Ada apa?' Tanya Richardo tanpa basa basi.
'Kak Richardo, apakah Kak Richardo sudah membaca berita viral?' Tanya Emily balik bertanya.
'Menurutku, kamu boleh memanggilku dengan sebutan yang lebih halus.' Ucap Richardo tanpa menjawab pertanyaan Emily.
'Baik.' jawab Emily dengan singkat dan patuh.
'Aku sudah membacanya." Ucap Richardo yang menjawab pertanyaan Emily barusan.
'Tidak pernah terbayangkan kalau mereka akan menggunakan cara yang sangat menjijikkan untuk memaksa Perusahaan William agar mau bekerja sama ....' Ucapan Emily terpotong oleh Richardo.
'Dengan cara begitu kotor. Perusahaan William tidak akan menundukkan kepalanya ...' Ucapan Richardo terpotong oleh Emily.
'Kita tidak bisa membiarkan mereka berhasil dengan cara seperti ini. Aku akan membalasnya dengan cara mengirimkan bukti berupa karyaku yang sudah di curi dan diakui oleh Bertha.' Ucap Emily.
'Bukankah suamiku mempunyai hubungan dengan pemilik Perusahaan William? Jika ada tolong minta mereka untuk mengungkapkannya. Yaitu memberitahukan bahwa Perusahaan Fernando bekerja sama dengan desainer plagiat. Maka perusahaan William langsung menghentikan kerja sama dengan Perusahaan Fernando.' Sambung Emily panjang lebar.
'Baik.' Jawab Richardo dengan singkat sambil tersenyum tanpa mempedulikan kalau Emily tidak melihatnya.
Setelah itu panggilan berakhir hingga lima menit kemudian terdengar delapan kali bunyi tanda ada 8 pesan masuk lewat wa.
Richardo langsung membuka pesan wa tersebut yang di kirim oleh Emily kemudian mendownload 8 gambar. Setelah selesai Richardo melihat satu persatu gambar perhiasan tersebut. Kemudian menghubungi Asisten Han untuk datang ke ruangannya.
Hingga beberapa saat pintunya di ketuk oleh seseorang dan Richardo menyuruhnya untuk masuk. Asisten Han kemudian membuka pintu lalu berjalan ke arah Richardo.
"Aku akan mengirimkan bukti-bukti ini ke ponselmu di mana bukti ini sangat kuat." Ucap Richardo.
"Maaf, Tuan Muda. Dari mana bukti ini berasal?" Tanya Asisten Han.
"Bukti ini Aku dapatkan dari istriku. Katakan bahwa Perusahaan Fernando menandatangani desainer plagiat. Karena itu Perusahaan William menghentikan kerja sama dengan Perusahaan Fernando." Jawab Richardo sambil mengirim delapan foto tersebut ke ponsel milik Asisten Han.
"Baik, Tuan Muda." Jawab Asisten Han dengan patuh.
Kemudian Asisten Han pergi meninggalkan ruangan tersebut dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Richardo.
Sedangkan di Perusahaan Fernando di mana Louis dan Bertha duduk dengan santai sambil menikmati makanan dan cemilan yang sudah disediakan oleh office girl.
"Berita tentang : Pemilik Perusahaan William Penipu sudah menjadi viral tapi mengapa Perusahaan William belum menghubungi kita untuk meminta maaf lalu memohon sama kita agar bisa melakukan kerja sama?" Tanya Bertha sambil berdiri dan berjalan mondar mandir seperti setrikaan.
"Tidak perlu terburu-buru. Kali ini mereka akan membayar dengan harga yang sangat mahal." Jawab Louis dengan nada penuh keyakinan.
Bertha hanya tersenyum dan tidak berapa lama pintu ruangan mereka di ketuk oleh seseorang membuat Bertha menyuruhnya untuk masuk.
"Bagaimana? Perusahaan William sudah menghubungi perusahaan kita?" Tanya Louis dengan nada sombong ketika melihat asistennya masuk ke dalam ruangannya.
"Sudah, Tuan Muda." Jawab Asisten setianya dengan wajah pucat pasi.
"Kenapa wajah kamu terlihat begitu pucat?" Tanya Louis penasaran.
"Kita menerima surat dari pengacara Perusahaan William dan sekarang berita viral tentang : Pemilik Perusahaan William Penipu telah berubah. Di mana berita viral mengarah pada Perusahaan Fernando." Jawab Asisten setianya.
"Berita viralnya memangnya mengatakan apa?" Tanya Louis dengan wajah terkejut begitu pula dengan Bertha.
"Cepat katakan." Sambung Bertha penasaran.
"Mereka mengatakan bahwa karya pemenang ketiga yang bernama Bertha adalah hasil dari plagiat." Jawab Asisten Setianya.
"Tidak mungkin!" Teriak Bertha dengan wajah super terkejut.
"Apa yang terjadi? Bertha, apakah kamu menjiplak?" Tanya Louis sambil berdiri dan menatap tajam ke arah Bertha.
"Apa? Aku tidak mungkin melakukan hal itu. Kak Louis, percayalah kalau Aku tidak mungkin menjiplak." Jawab Bertha sambil memegang lengan Louis.
"Ini pasti ulah Kakakku. Dia pergi ke studio lukisanku dan mencuri karyaku." Sambung Bertha berbohong untuk menutupi kebohongan.
"Aku sama sekali tidak menduganya kalau Emily begitu sangat jahat. Rencana mengusir kita berdua dari perusahaan ini dilakukan secara terang-terangan. Bahkan Emily dengan sangat jahatnya merusak reputasimu." Ucap Louis sambil menahan amarahnya terhadap Emily.
"Kak Louis, apa yang harus Aku lakukan?" Tanya Bertha dengan mata berkaca-kaca.
"Percaya padaku, Aku akan membersihkan nama baikmu dengan menghubungi orang yang bisa membersihkan nama baikmu." Jawab Louis.
Louis kemudian menghubungi seseorang sedangkan Bertha hanya berdiri saling berhadapan menunggu Louis selesai menghubungi seseorang.
'Tidak terduga kalau Emily benar-benar berani mempublikasikannya. Sepertinya Aku harus kembali pulang dan meminta bantuan Ayah untuk menanganinya.' Ucap Bertha dalam hati.
"Kak Louis, Aku harus kembali pulang untuk membuktikan kebenaran, tunggu kabar baikku." Ucap Bertha yang melihat Louis yang belum berhasil menghubungi orang tersebut.
"Bertha, jangan kuatir. Kebenaran pasti akan terungkap dan namamu menjadi bersih sedangkan Emily namanya akan hancur karena sudah memberikan informasi palsu." Ucap Louis.
Bertha hanya menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan Louis yang sedang menatap kepergiannya.
xxxxxxxxxxxx
Kini Bertha sudah sampai di mansion milik orang tuanya yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.
Bertha melihat ke dua orang tuanya sedang mengobrol tentang rencana kebahagiaan Bertha yang putri kesayangan mereka.
"Ayah, Ibu!" Teriak Bertha sambil mengeluarkan air mata buayanya dan berjalan ke arah Ibunya.
"Bertha, kenapa kamu menangis? Siapa yang menyakitimu?" Tanya Ibunya Bertha.
"Ibu dan Ayah, Kakak bilang kalau Aku menjiplak karya Kakak dan Kakak juga menghujatku di internet." jawab Bertha sambil masih mengeluarkan air mata buayanya.
"Apa? Dia menghujatmu di internet? Kenapa Dia tega melakukan hal itu?" Tanya Ayahnya Bertha sekaligus Ayahnya Emily.
"Kamu hanya menggunakan satu karyanya untuk lomba. Sebenarnya karya Emily kurang bagus dan kamu menambahkan desainnya karena itulah bisa menang. Jika karya aslinya dilombakan belum tentu bisa menang." Ucap Ibunya Bertha berbohong.
"Bukankah sesama saudara harus saling tolong menolong? Jadi, tidak masalah bukan kalau karyanya di pinjam sama adiknya sendiri?" Tanya Ibunya Bertha.
"Selama ini Emily selalu iri dan cemburu dengan kepintaran Bertha karena itu Emily selalu ingin menghancurkan Bertha dan selalu menganggap Bertha sebagai sumber aroma yang membusukkan. Jangan-jangan Emily ingin membiarkan orang lain untuk bersama-sama mencium aroma bau busuk putri kita yang malang?" Tanya Ibunya Bertha sambil menggenggam tangan Bertha untuk memberikan kode.
Bertha yang mengerti kode Ibunya langsung menangis pilu membuat Ayahnya tidak tega.
"Baiklah .... Baiklah ... Jangan menangis. Ayah akan membantumu." Ucap Ayahnya.
Selesai mengatakan hal itu Ayahnya mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja sedangkan Ibunya Bertha pura-pura menghibur Bertha yang sedang pura-pura menangis.
"Ayah akan menghubungi Kakakmu jadi kamu jangan menangis lagi." Ucap Ayahnya.
Bertha hanya menganggukkan kepalanya sambil mengusap air matanya yang tidak berhenti keluar.
'Hallo.' Panggil Emily.
'Dasar anak si alan! Anak kurang ajar! Anak durjana! Segera kembali!' Bentak Ayahnya dengan nada satu oktaf.
Emily yang mendengar suara bentakan Ayahnya langsung menjauhkan ponselnya karena telinganya langsung berdengung.
'Aku tidak ada waktu. Ada apa dan katakan sekarang saja?' Tanya Emily yang malas bertemu dengan Ayahnya.
'Kamu tidak pulang juga boleh tapi Ayah akan pergi ke pemakaman dan membongkar pemakaman Ibumu lalu jasadnya akan Ayah buang ke jurang.' Ucap Ayahnya dengan nada mengancam.
'Kamu sangat berani melakukan hal itu?' Tanya Emily dengan nada setengah oktaf sambil memukul sofa untuk melampiaskan kemarahannya.
'Lihat, apakah Ayah berani atau tidak?' Tanya Ayahnya.
'Tio Paku Sadewo, kasih Aku tiga puluh lima menit lagi. Aku akan pergi sekarang.' Ucap Emily yang memanggil nama Ayahnya secara lengkap.
Ayahnya sangat kesal karena Emily memanggil dirinya dengan sebutan nama lengkap tanpa menyebut nama Ayah.
Ayah Tio Paku Sadewo langsung memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak. Sedangkan Emily yang berada di rumahnya langsung berdiri sambil membawa tas dan ponselnya.
Emily berjalan dengan langkah cepat dan tiba-tiba dirinya teringat dengan suaminya. Emily langsung menghentikan langkahnya lalu mengetik pesan setelah selesai Emily mengirim pesan tersebut ke Richardo.
xxxxxxxxxxxx
Sedangkan di tempat yang berbeda di mana Richardo sedang duduk di kursi kebesarannya dan sedang mengecek dokumen yang menumpuk di atas meja.
Tiba-tiba ponselnya berdering sekali tanda ada pesan masuk. Richardo langsung mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang mengirim pesan dan ternyata istrinya.
'Datang keruanganku!" Perintah Richardo dengan menggunakan ponselnya
Selesai mengatakan hal itu Richardo memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak kemudian berdiri. Sedangkan Asisten Han yang berada di ruangannya langsung mengetuk pintu sebanyak tiga kali.
Setelah mendapatkan jawaban Asisten Han masuk ke dalam dan melihat Richardo sedang menahan amarahnya. Hal itu membuat Asisten Han tidak berani bertanya dan menunggu perintah dari Richardo.
"Asisten Han, siapkan mobil karena Aku ada urusan sebentar." Ucap Richardo sambil memakai jas kerjanya yang diletakkan di kursi kebesarannya lalu mengancingkannya.
"Tapi Tuan Muda, sebentar lagi ada rapat dengan investor PT Global Internasional." Ucap Asisten Han.
"Batalkan!" Perintah Richardo dengan nada dingin tanpa mempedulikan uang milyaran melayang.
"Baik, Tuan Muda." Jawab Asisten Han dengan patuh.
Kemudian Richardo keluar dari ruangannya dan diikuti oleh Asisten Han. Sedangkan di tempat yang berbeda di mana Emily sudah sampai di mansion milik orang tuanya.
Emily berjalan ke arah ruang keluarga di mana Ayahnya duduk di sofa single sedangkan Ibu tirinya dan Adik Tirinya duduk di sofa panjang.
"Kamu memanggilku kembali untuk apa?" Tanya Emily yang sudah tidak menganggap Ayahnya karena itulah Emily tidak akan menghormatinya.
"Kamu, Anak kurang ajar dan durhaka! Ke sini kamu dan cepat berlutut!" Perintah Ayah Tio Paku Sadewo.