menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3. Dunia Semakin Kacau
"Oh, sepertinya hari sudah terang. Rasanya aku tertidur dengan lelap..."
"Selamat pagi, Hill."
"Selamat pagi, Levia. Ke mana Ratu Peri?"
"Dia sedang menyiapkan sesuatu untuk perjalanan kita. Mulai sekarang, kita harus benar-benar siap. Mungkin nanti kita akan bertemu monster jahat seperti goblin yang menyerang kita tadi malam. Hutan ini semakin tidak aman."
"Baiklah, kalau begitu aku akan membersihkan tubuhku dulu."
"Hill, apakah tubuhmu tidak apa-apa? Aku melihat banyak sekali luka di tubuhmu."
"Aku tidak apa-apa, ini hanya sedikit sakit saja. Aku mendapat luka saat terjatuh. Di perjalanan nanti, aku akan sekalian mencari bahan-bahan untuk obat lukaku."
Waktu pun berlalu, Ratu Peri pun datang membawa beberapa barang.
"Hey kalian, aku membawakan barang yang diperlukan untuk perjalanan kalian. Ini, aku membuatkan baju, celana panjang, dan sebuah jubah untuk Hill. Kamu memerlukannya agar tidak kedinginan. Lalu ini ada sebuah kantong air dan kantong sihir berukuran kecil. Kamu bisa memasukkan makanan dan kantong air ke sini. Kantong ini hanya bisa menyimpan 30 barang kecil atau besar, dan kamu bisa menyimpan kantong ini di dalam tas kelinci mu. Lalu Levia, aku akan memberikanmu kantong sihir kecil dan kalung kecil ini."
"Ratu, ini kan kalung yang berharga?"
"kalung itu mungkin akan membantu kalian nanti. Oh iya, satu lagi. Hill, ini adalah belati untukmu. Aku tidak tahu apakah kamu bisa menggunakannya atau tidak, tetapi kamu harus memberanikan diri untuk memakai belati ini untuk menjaga dirimu."
"Aku akan selalu memberanikan diriku, agar aku tidak membuat Levia khawatir. Saat dia melihatku ketakutan, dan aku merasa saat ini ayahku sedang melihatku di suatu tempat, aku tidak ingin membuat dia khawatir juga."
"Hmm hmm, semangat yang bagus di usia mu yang sekarang ini, hahaha. Baiklah, malam sudah berakhir, sudah saatnya kalian berangkat."
"Terima kasih, Ratu Peri. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu."
Mereka pun mulai berjalan, waktu terus berlalu.
"Levia, apakah kamu tahu tanaman yang bernama JATROPHA CURCAS?"
"Aku tahu itu, tetapi untuk apa?"
"Tanaman itu mengandung senyawa yang mampu mencegah infeksi pada luka, dengan membunuh bakteri dan mikroorganisme lainnya. Intinya, tanaman itu memiliki sifat antiseptik dan anti-inflamasi, sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka terbuka yang ada di tangan dan kakiku."
"Wow, kamu tahu banget tentang obat-obatan. Jarang sekali orang mengerti tentang itu di zaman sekarang. Kamu baru umur 10 tahun, tetapi sudah mengerti banyak, bahkan tiga tahun yang lalu kamu sudah bisa mengobati aku."
"Orang tuaku mengajarku tentang obat dan penyembuhan sejak umur 6 tahun, tetapi aku minta maaf, aku masih tidak ingat tentangmu."
"Hahaha, tidak apa-apa. Kalau begitu, kita harus segera mencari tanaman itu. Lukamu harus segera disembuhkan."
"Kita bisa mencarinya sambil berjalan, tidak ada waktu untuk berputar-putar sekarang."
"Tetapi aku khawatir..."
"Levia..."
"Hmm, baiklah."
Hill terus berjalan mengikuti Levia sebagai pemandunya.
...Levia mengetahui masa depan ku selama beberapa hari kedepan, apakah dia sudah tahu hal ini akan terjadi...
"Levia, kamu selalu menggunakan kain penutup mata, apakah itu untuk mencegah kekuatanmu? Bukankah kekuatanmu hanya bisa digunakan sekali setiap setahun? Lalu setelah digunakan, kenapa kamu masih menggunakannya? Apakah itu tidak menghalangi penglihatanmu?"
"Sebenarnya aku bisa mengontrol kekuatanku, jadi meskipun tanpa kain penutup mata, aku masih bisa melihat orang lain tanpa harus menggunakan kekuatanku."
"Lalu apa gunanya kain itu?"
"Oh, ini hanya sebuah gaya, agar aku terlihat keren saja."
"Oh, oke."
"Datar banget tanggapanmu, Hill. Ceria lah!"
"Levia, ini bukan waktu untuk membahas hal itu."
"Dingin banget deh."
Waktu pun berlalu, hari sudah siang, dan mereka sudah cukup jauh berjalan.
...Aduh, kaki ku mulai terasa sakit lagi...
"Hill, ada apa? Kenapa tiba-tiba diam?"
"Aku tidak apa-apa, ayo lanjut berjalan."
...Aku tidak boleh membuat Levia khawatir...
"Oh tidak, Hill, kakimu berdarah."
"Cuma segini tidak masalah, kita harus terus berjalan sambil mencari obat untuk kakiku."
"Hill, duduklah dulu di sini. Aku akan membawakanmu tanaman itu."
"Tapi kan..."
"Hill, kamu sudah berjanji tidak akan membuatku khawatir lagi kan?"
"Aku pergi dulu."
Hill menatap Levia yang terbang menjauh sebelum menghilang di balik pepohonan. Setelah itu, dia kembali fokus pada kakinya yang terluka.
...Untuk sekarang, aku memerlukan air untuk membersihkan luka kaki ku. Aku akan memakai sedikit air untuk minum...
Hill membuka tasnya dan mengeluarkan kantong sihir. Dia meneteskan sedikit air ke luka di kakinya, hati-hati agar tidak membuang-buang air.
...Sepertinya segini cukup, aku tidak bisa membuang-buang air. Aku harus menyimpan sisanya lagi...
Dengan hati-hati, Hill menyimpan kantong air kembali ke dalam tasnya. Kemudian dia duduk bersandar di bawah pohon besar, mencoba beristirahat sejenak.
Di tengah hutan yang gelap ini, Hill memfokuskan pandangannya ke depan.
...Sejauh mata ku memandang, yang ku lihat hanyalah pohon-pohon besar yang menutupi sinar matahari. Orang tuaku tidak banyak menceritakan hal-hal yang ada di dunia luar ini. Sudah tiga hari berlalu semenjak itu, aku sudah mengalami dan melihat banyak hal...
Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sesuatu di depan.
Eh, di depan sana, apa itu?
Setelah diamati lebih lanjut, Hill melihat sebuah pohon yang berbeda dari pohon-pohon yang pernah dia lihat sebelumnya. Pohon itu tidak terlalu besar, warnanya sangat hitam, dan bentuknya aneh sekali. Hill tidak tahu apa bentuknya, tetapi jelas bahwa itu berbeda dan terasa tidak biasa.
...Apa itu? Kenapa pohon itu berbeda?
Setelah 1 jam menunggu, Hill mulai merasa khawatir karena Levia belum kembali juga.
...Levia lama sekali, semoga tidak terjadi apa-apa...
Hill terus menunggu sambil memindahkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, mencari tanda-tanda kedatangan Levia. Tanpa sadar, pandangannya melayang ke atas. Berpikir sejenak.
Aku penasaran, jika aku naik ke pohon tinggi ini, apa yang akan aku lihat dari atas sana? Bisakah aku melihat seluruh hutan ini? Sepertinya akan terlihat indah jika aku berada di atas sana.
Setelah berpikir seperti itu, Hill pun mulai memandang ke depan lagi.
..Levian lama sekali, eh, pohon aneh itu? Tunggu, apa aku salah lihat? Sepertinya hanya perasaanku saja, tapi... pohon itu... pohon aneh itu, sepertinya tadi tidak sedekat itu..
Hill terus memandang ke depan, tepat ke arah pohon aneh itu.
..Semakin lama aku perhatikan, pohon itu benar-benar seperti mendekat ke arahku. Apa ini nyata? Aku mulai merasa cemas. Pohon itu memang jadi terasa dekat, bukan hanya perasaanku. Tidak, pohon itu benar benar sedang mendekati ku, pohon itu semakin dekat... aku harus pergi dari sini!..
Hill mencoba berdiri, tetapi...
..Eh, tidak mungkin. Aku tidak bisa bergerak sedikit pun! Belati! Belati... aku harus mengeluarkan belati! Bahkan tanganku pun terasa kaku, aku tak bisa menggerakkannya. Apa yang terjadi? Pohon itu semakin mendekat, semakin dekat. Oh tidak, pohon itu kini tepat berada di depan wajahku! Pohon itu tiba-tiba berhenti tepat di depanku, dan aku tidak bisa bergerak sedikit pun. Aku harus mengeluarkan belati! Aku harus melakukan sesuatu...
"Makhluk apa kamu? Pergi dari sini!"
Tiba-tiba, pohon hitam yang aneh itu menghilang begitu saja, tanpa jejak sedikit pun.
..Ke mana pohon itu pergi?..
Hill tercengang. Pohon hitam yang sebelumnya ada di depannya kini lenyap, dan tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari bawah tanah, tepat di tempat Hill berdiri.
"Apa itu? Suara apa ini?"
Suasana hening sejenak, kemudian...
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!"
Sebuah pohon hitam dengan bentuk yang sangat aneh tiba-tiba muncul dari bawah tanah, merobek tanah di bawah Hill. Pohon itu semakin membesar dan terus menjulang tinggi. Hill yang terkejut, tanpa sadar terangkat ke udara, tubuhnya dibawa oleh pohon yang semakin tinggi itu. Ranting-ranting pohon itu melilit tubuh Hill, seolah menjaga agar dia tidak terjatuh.
Pohon itu terus tumbuh, semakin tinggi, hingga akhirnya Hill terus berteriak, dipaksa naik semakin tinggi. Akhirnya, pohon itu berhenti tumbuh. Hill, yang saat itu menutup matanya, mulai merasakan ketenangan dan membuka matanya.
"A-a-ap... apa ini?"
Ketika Hill membuka matanya, dia terkejut dengan apa yang dia lihat. Matanya terbuka lebar, seakan tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.
"...Ini... ini sangat menyeramkan."
Saat itu, wajah Hill langsung dipenuhi keringat dingin.
"Apa yang terjadi?" pikirnya.
Hill kini berada di puncak salah satu pohon yang sangat tinggi. Namun, pemandangan yang dia lihat bukanlah yang dia bayangkan. Dari sini, dia bisa melihat banyak pohon tinggi lainnya sekitar 30-45 meter, namun jika dia memandang lebih jauh ke depan, meskipun belum bisa melihat dengan jelas, dia tahu itu adalah ledakan-ledakan besar yang mirip dengan yang terjadi di desanya dulu, hanya saja ledakan kali ini jauh lebih besar.
Saat matanya bergerak ke atas, Hill akhirnya menyadari sesuatu yang lebih mengerikan. Ternyata, selama ini hutan yang gelap ini bukan disebabkan oleh pohon-pohon besar yang menutupi cahaya matahari, tetapi karena asap tebal yang memenuhi udara, hampir menutupi seluruh daratan. Pohon-pohon besar ini seolah berfungsi untuk menahan agar asap-asap itu tidak memasuki hutan. Hill baru menyadari bahwa jika pohon-pohon besar ini tidak ada, hutan ini pasti sudah dipenuhi asap yang menyesakkan.
"Ohok... ohok... ohok."
...Di sini terasa sangat panas, dan pernapasanku jadi tidak nyaman. Aku harus turun dari sini, tapi bagaimana caranya? Ranting pohon ini mengikatku...
Tak lama kemudian, setelah Hill berpikir untuk turun, tiba-tiba pohon aneh yang mengangkat tubuh Hill mulai menurun perlahan. Semakin lama, pohon itu semakin pendek.
...Pohon ini, apakah dia bisa membaca pikiranku? Dia menjadi lebih pendek perlahan, seolah-olah menjaga agar aku tidak terjatuh. Sekarang aku menyadarinya, semua pohon yang ada di hutan ini adalah makhluk yang baik...
Waktu pun berlalu, dan akhirnya Hill bisa menginjakkan kakinya lagi di daratan. Secara perlahan, ranting pohon itu melepaskan ikatannya. Semakin lama, pohon itu semakin mengecil. Hill, yang menyadari hal itu, memegang pohon tersebut dan berkata:
"Terima kasih, Tuan Pohon Aneh, maafkan aku karena mengira kamu adalah monster jahat."
Pohon itu kemudian mulai masuk ke dalam tanah, perlahan-lahan hingga akhirnya pohon itu menghilang tanpa meninggalkan jejak di tanah, seolah tidak terjadi apa-apa. Tak lama kemudian, Hill melihat ke tanah dan menemukan sesuatu.
...Ini? Apakah ini daun dari pohon tadi? Rasanya terlihat berbeda, tapi daun ini aneh. Sebaiknya aku simpan saja.
Di tanah terdapat tiga daun besar yang tiba-tiba muncul. Daun itu berbentuk seperti bintang dan berwarna merah. Hill pun mengambilnya dan memasukkan tiga daun itu ke dalam kantong sihirnya. Kemudian, Hill pun bersiap untuk pergi mencari Levia yang belum datang. Setelah Hill mulai berjalan, tak lama kemudian terdengar suara Levia yang memanggil Hill. Hill pun melihat Levia bergerak cepat menghampirinya.
"Hill, sudah ku bilang tunggu! Ya ampun!"
"Levia, apakah kamu menemukan obatnya?"
"Iya, tunggu sebentar."
Levia mengeluarkan kantong sihir miliknya dan mengeluarkan tujuh daun Jatropha Curcas.
"Terima kasih, aku harus segera mengobati luka di kaki dan tanganku."
"Bagaimana kamu membuatnya?"
"Pertama-tama, aku memerlukan kayu keras untuk menghancurkan daunnya."
"Ini dia, aku menemukan kayu keras."
"Terima kasih. Lalu aku akan menghancurkan daun ini. Sebenarnya, cara terbaiknya adalah dengan memproses daun ini menjadi minyak, tapi kita tidak ada waktu untuk itu. Aku hanya perlu menghancurkan daun ini sampai halus, lalu aku oleskan ke luka di kaki dan tanganku."
Waktu berlalu, Hill sudah selesai membuat obat itu, lalu Hill mengoleskannya ke lukanya. Setelah semuanya selesai, Hill langsung bergegas menuju kota.
"Hey, hey, Hill, tunggu dulu, cuma begitu saja?"
"Iya, begini saja cukup. Nanti juga sembuh. Dengan mengoleskan daunnya, lukaku akan cepat kering dan akhirnya sembuh."
"Bagus deh kalau begitu. Ngomong-ngomong, kenapa kamu buru-buru begitu, Hill?"
...mungkin saja, Levia mengetahui hal ini akan terjadi karena dia sudah melihat masa depanku. Mungkin dia hanya tidak ingin mengekspresikan penglihatannya, jadi dia tidak bertanya kepadaku.
"Kita harus cepat sampai ke kota dalam waktu empat hari. Kalau tidak, mungkin saja kota Magi sudah tidak ada lagi. Perang di luar sana semakin besar, dan kegelapan yang ada di hutan ini bukan karena pohon yang menghalangi sinar matahari, tetapi karena asap-asap yang disebabkan oleh peperangan."
"Bagaimana kamu bisa tahu itu?"
"Aku sudah melihatnya sendiri. Ngomong-ngomong, tempat kita dan Ratu Peri beristirahat semalam, kenapa tempat itu tidak gelap di siang hari? Tempat itu terbuka, tidak ada pohon besar dan tinggi. Seharusnya aku bisa melihat asap-asap itu dari sana."
"Para peri selalu melindungi di tempat itu, jadi peri lain yang menjaga tempat itu. Mereka menggunakan sihirnya untuk memantulkan asap itu."
Waktu berlalu, hari sudah hampir malam, Hill dan Levia pun mencari tempat untuk tidur.
"Hill, ada gua di sana, kita bisa tidur di sana malam ini."
"Baiklah, mari kita tidur di sana."
Setelah melihat gua, Hill dan Levia memasuki gua itu, dan Hill pun berbaring untuk tidur.
"Levia, sebaiknya kamu juga perlu tidur. Apakah terbang setiap saat tidak membuatmu lelah?"
"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu memikirkan aku. Kamu tidur saja."
"Aku ingin kamu tidur di sampingku. Di sini gelap sekali, membuatku tidak nyaman."
"Baiklah, kalau itu maumu, hahahaha. Aku akan tidur di sampingmu, tapi jangan sampai badanmu menindihku ya, hahahaha."
"Levia, apakah kita tidak bisa membuat api?"
"Kita tidak bisa. Jika kita membuat penerangan, maka monster bisa saja melihat kita."
Hill pun mulai merasa mengantuk dan perlahan menutup matanya. Setelah Hill hampir tertidur, hal yang tidak terduga pun terjadi. Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing mendekati Hill dan Levia.
"Levia, suara itu kan?"
"Sssttt, Hill, jangan berisik."
...Suara itu terdengar tidak asing. Aku mengetahuinya, suara menyeramkan ini. Suara ini adalah suara dari monster besar yang mengejar Levia kemarin. Suara itu semakin mendekat...
Seketika, Levia mulai berbicara dengan pelan.
"Hill, jangan takut. Jika sesuatu terjadi, aku akan melakukan hal yang sama seperti kemarin."
"Tidak apa-apa, Levia, aku tidak takut sama sekali. Kita cukup diam saja di sini, tidak akan terjadi apa-apa." Hill menyembunyikan rasa takut nya
...Suara itu semakin mendekat, dia tepat berada di atas gua ini...
Tak lama kemudian, tiba-tiba sebuah getaran sangat besat terjadi, membuat Hill dan Levia kaget. Mereka hampir berteriak.
...Monster itu sepertinya baru saja melompat. Suaranya seperti berada di depan gua sekarang ...
Di saat mereka mencoba untuk tetap tenang, tiba-tiba sebuah tangan muncul di depan gua itu.
...Oh tidak, sepertinya dia akan memasukkan tangannya, eh tunggu dulu, tangannya sudah tidak ada lagi...
Getaran mulai terjadi, suara monster itu terasa semakin menjauh.
"Levia, sepertinya monster itu sudah pergi."
"Syukurlah, mungkin dia hanya lewat saja. Wuaaahh, tadi itu menyeramkan sekali. Padahal aku sudah bersiap untuk memancing dia agar menjauh."
"Tolong jangan lakukan itu lagi."
...Syukurlah, tidak terjadi apa-apa. Saat ini aku merasa tenang. Sebaiknya aku tidak perlu terlalu banyak berpikir. Aku harus segera tidur agar nanti tidak bangun siang...
"Levia, selamat malam."
"Selamat malam, Hill."
Waktu pun berlalu, malam sudah berakhir, pagi sudah tiba. Hill pun terbangun, tak lama kemudian Hill pergi keluar dari gua.
...Eehh, apa ini?
Setelah baru keluar gua, tiba-tiba Hill terkejut, lalu dia mencoba membangunkan Levia.
"Levia, cepat bangun, bangun! Lihat ini!"
"Ada apa, Hill?"
"Cepat kemari, lihat ini!"
Levia pun tergesa-gesa keluar dan melihat apa yang terjadi di luar. Seketika, Levia pun ikut terkejut dengan apa yang dia lihat.
"Woaaaahh, apa ini? Apakah ini jejak kaki? Besar sekali!"
"Sepertinya ini adalah jejak kaki monster semalam."
"Tapi itu kan monster yang waktu itu? Seingatku, dia tidak sebesar ini. Wuaaahh, jejak kakinya sangat besar, seperti ukuran rumah seorang bangsawan."
"Levia, sepertinya monster-monster di hutan ini sudah tidak normal. Monster yang semalam bukanlah monster yang kita temui waktu itu, ini adalah monster yang berbeda. Kita harus segera ke kota. Firasatku buruk jika kita terlalu lama berada di hutan ini. Dengarkan aku baik-baik, Levia, kita harus sampai cepat. Hari ini kita harus berjalan cepat, kita hanya perlu istirahat sebentar saja. Jika kita terus berada di hutan ini, mungkin kita akan mati oleh monster."
"Baiklah, Hill."
...Jika jejak kakinya saja sebesar ini, seberapa tinggi dan besar ukuran monster ini...
Setelah melakukan banyak persiapan, Hill dan Levia mulai melanjutkan perjalanan mereka menuju Kota Magi. Mereka bergerak cepat.
"Levia, menurutmu berapa lama lagi kita bisa sampai ke Magi?"
"Jika kita bergerak dengan normal dan melakukan istirahat dengan benar, mungkin dua hari lagi bisa sampai. Tetapi jika kita terus bergerak dan beristirahat secukupnya, kita bisa sampai Kota Magi besok."
Hill terus berjalan dengan cepat.
"Hill, tunggu! Kamu terlalu cepat."
"Levia, kita harus cepat. Kita harus memperkirakan juga pergerakan monster. Bisa saja mereka menyerang kita. Kamu pasti sudah tahu apa yang akan terjadi, jadi sebaiknya kamu diam saja."
Levia pun terdiam dan hanya bisa mengikuti Hill. Waktu terus berlalu, dan Levia memperhatikan Hill. Levia sudah menyadarinya, saat ini Hill sudah kelelahan.
"Hey, Levia, apakah kamu mendengarnya?"
"Ya, aku mendengarnya."
"Sudah mulai terdengar banyak ledakan. Kita sudah semakin dekat ke Kota Magi. Di sana perang semakin membesar. Mereka pasti saling menyerang dengan sihir api. Aku benci sihir api."
"Hill, sebaiknya kamu beristirahat dulu."
Setelah mendengar hal itu, Hill pun diam lalu duduk. Ia mengambil kantong sihir dari tasnya, lalu mengeluarkan buah dan air. Hill pun duduk dan mulai memakan buahnya.
"Hill?"
"Aku akan beristirahat sebentar, Levia. Aku tidak ingin membuatmu khawatir."
"Terima kasih, Hill."
Hill dan Levia pun beristirahat. Tak lama kemudian, hal yang tak terduga terjadi, suara yang tidak asing mulai terdengar. Seketika Hill dan Levia bergegas menjauh dari tempat itu.
...Monster besar itu muncul lagi. Aku harus bergegas. Suaranya semakin mendekat, tanah semakin bergetar, getarannya sangat besar. Aku kesulitan untuk berlari...
"Hill, kamu tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa, aku hanya hampir terjatuh. Cepat, kita harus mencari tempat bersembunyi. Kita tidak akan sempat menjauh darinya."
Hill dan Levia terus berlari hingga akhirnya...
"Hill, belok ke kiri, di sana ada jurang. Kita harus turun ke bawah."
"Tunggu dulu, aku tidak bisa."
"Sudah, ikuti saja aku. Oh sial, monster-nya sudah terlihat! Dia melihat kita! Tunggu dulu, itu monster yang mengejar aku waktu itu."
Hill dan Levia terus berlari hingga akhirnya mereka sampai di dekat jurang yang sangat curam.
"Bagaimana sekarang, aku tidak bisa loncat."
"Loncat saja, percayalah padaku."
Hill pun memberanikan diri dan melompat ke jurang itu.
"Aaaaaaaaaa!"
Tak lama kemudian, sesuatu terjadi.
...Eh tunggu dulu, apakah aku terbang?
"Hill, sudah kubilang tidak apa-apa kan? Hahahah."
"Levia, kamu terbang sambil mengangkatku. Apakah itu tidak berat?"
"Tidak apa-apa, aku masih bisa menahannya. Ini tidak lama, aku harus buru-buru mendarat."
"Ini curam sekali, bahkan daratannya terlihat masih jauh. Apakah kamu yakin bisa mengangkatku selama itu?"
"Jangan meremehkan kekuatan persahabatan!!!"
Waktu berlalu, Hill dan Levia pun akhirnya tiba di daratan. Tak lama kemudian, Levia tiba-tiba terjatuh. Hill pun segera mengangkat Levia dengan kedua tangannya.
"Levia, Levia, kamu tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit lelah. Biarkan aku tertidur di tanganmu."
"Baiklah."
...Dia terlihat tidak berdaya, ini semua karena dia menahan aku saat terbang...
"Terima kasih, Levia."
...Baiklah, sekarang di mana aku? Tempat ini berbeda dari atas. Aku saat ini berada di bawah jurang. Di sini tidak ada pohon-pohon raksasa, tetapi pohon-pohon di sini sangat banyak dan jaraknya sangat dekat satu sama lain, dan di sini tetap gelap...
Tak lama kemudian, Hill pun mulai berjalan ke depan dan memasuki hutan yang penuh dengan pohon-pohon itu.
...Eh tunggu, apakah semua pohon ini bergerak?..