Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran Terakhir
Bab 19: Pertempuran Terakhir
Kegelapan di Valley of Shadows semakin tebal, seolah-olah menelan semua cahaya yang ada. Bayangan Khalid bergerak seperti ular raksasa yang menyusuri tanah, siap untuk melahap siapa pun yang berani menentang. Meskipun tim Kael sudah mengerahkan segala kemampuan mereka, rasa takut dan kelelahan mulai merayap ke dalam hati mereka.
Namun, Kael tidak bisa membiarkan perasaan itu menguasai dirinya. Di hadapannya, Khalid berdiri dengan wajah yang begitu penuh dengan kebencian dan kekuatan yang mengerikan. Tanpa Batu Kehidupan di tangan mereka, Kael tahu bahwa segala kekuatan mereka masih belum cukup untuk menghentikan Khalid, apalagi dengan kekuatan sihir gelap yang terus ia lepaskan.
“Kalian tidak paham,” kata Khalid dengan suara rendah yang menggema di udara yang berat. “Aku bukan hanya ingin menguasai dunia ini, Kael. Aku ingin membentuknya kembali, menjadikannya tempat di mana kekuatan menjadi satu-satunya yang dihargai. Mereka yang lemah akan terus dihancurkan, dan aku akan memimpin umat yang lebih kuat ke masa depan yang cerah—untuk mereka yang berani, bukan untuk mereka yang tak berdaya.”
Kael menatap Khalid dengan penuh tekad. "Kekuatanmu bukan segalanya, Khalid. Hanya karena seseorang memiliki kekuatan bukan berarti mereka lebih berhak untuk menguasai dunia. Kami akan menunjukkan kepadamu bahwa ada lebih dari sekadar kekuatan yang dapat membentuk dunia."
Dengan kata-kata itu, Kael mengangkat pedangnya tinggi, sinar cahaya yang menyilaukan mengalir dari ujung pedangnya, melawan kegelapan yang mengelilingi mereka. Eldrin, Liora, dan Finn segera bergabung dengan Kael, masing-masing menggunakan kekuatan mereka untuk menghadapi kekuatan Khalid yang semakin besar.
Kekuatan yang Terus Meningkat
Di hadapan mereka, Khalid melangkah maju dengan senyuman mengerikan. "Kalian pikir kalian bisa menang? Ini adalah dunia baru, dan kalian hanya bertindak seperti orang-orang yang terlambat memahami perubahan."
Tiba-tiba, Khalid melepaskan sihirnya dalam bentuk gelombang kegelapan yang sangat besar, mengguncang tanah di bawah mereka. Liora dan Finn segera berusaha melindungi diri mereka dengan perisai sihir, tetapi gelombang itu begitu kuat sehingga membuat mereka terhuyung mundur.
"Eldrin!" teriak Kael, melihat temannya terhantam oleh serangan tersebut. Eldrin jatuh ke tanah, tubuhnya terluka parah.
Eldrin bangkit dengan susah payah. "Jangan khawatirkan aku," katanya dengan suara parau. "Kalian harus fokus pada Khalid. Aku masih bisa bertarung."
Dengan keberanian yang mengalir dalam darah mereka, tim Kael terus melawan, meskipun setiap serangan dari Khalid semakin menghancurkan mereka. Bayangan-bayangan itu tidak hanya menyerang fisik mereka, tetapi juga mencoba merobek-robek semangat mereka, menanamkan rasa takut dan keraguan.
Namun, Kael tak akan menyerah. Dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan Khalid adalah dengan menghancurkan kekuatan inti yang memberi hidup padanya—Batu Kehidupan yang kini berada di tangan musuh.
"Finn, Liora!" seru Kael, "Kita harus memusatkan serangan kita ke Batu Kehidupan itu! Kita tidak punya pilihan lain!"
Rencana Terakhir
Finn, Liora, dan Kael saling bertukar pandang. Mereka tahu ini adalah langkah terakhir, dan jika gagal, mereka mungkin akan kehilangan segalanya. Namun, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Segera setelah mereka menegaskan keputusan mereka, mereka bersiap-siap untuk serangan terakhir.
“Eldrin, tahan dia!” teriak Liora. “Kami akan menghancurkan Batu Kehidupan!”
Eldrin, meskipun tubuhnya hampir tak bisa bergerak, memanggil seluruh kekuatannya dan menciptakan tembok sihir raksasa untuk menahan serangan Khalid yang terus berdatangan. Kael, Finn, dan Liora kemudian maju dengan kecepatan luar biasa, masing-masing memusatkan kekuatan sihir mereka.
Khalid, yang melihat mereka mendekat, tersenyum jahat. "Kalian benar-benar bodoh," katanya, namun matanya menunjukkan kegelisahan yang mulai muncul. "Kalian tak akan pernah mengalahkan ku."
Namun, Kael tidak ragu. Dengan kekuatan penuh, dia melepaskan serangan terakhir yang terfokus pada Batu Kehidupan. Cahaya pedangnya meledak dalam cahaya yang menyilaukan, menembus kegelapan yang ada. Liora dan Finn bergabung dengannya, kekuatan mereka menyatu dalam satu gelombang serangan yang sangat kuat.
Pada saat itu, saat kekuatan mereka mencapai puncaknya, Batu Kehidupan yang ada di tangan Khalid tiba-tiba bergetar hebat. Mungkin pertama kalinya, Khalid merasakan ketakutan yang nyata.
“Tidak... tidak mungkin…” Khalid berteriak, namun terlambat. Serangan yang diluncurkan oleh Kael dan timnya tepat mengenai Batu Kehidupan, menghancurkannya dengan ledakan energi yang sangat kuat. Batu Kehidupan pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang terbawa angin, melepaskan kilatan cahaya yang menyelimuti seluruh Valley of Shadows.
Kehancuran Kegelapan
Dengan kehancuran Batu Kehidupan, kegelapan yang menyelubungi lembah itu mulai pudar. Bayangan-bayangan yang sebelumnya mengelilingi mereka menghilang, dan kabut yang menyelimuti tempat itu mulai terangkat. Khalid, yang kehilangan sumber kekuatannya, terjatuh ke tanah, wajahnya yang penuh amarah berubah menjadi kepanikan. Dia kini tak memiliki kekuatan lagi.
Kael dan timnya berdiri, terengah-engah, namun mereka tahu bahwa pertempuran ini telah berakhir. Meskipun mereka terluka, mereka berhasil.
"Kita berhasil," kata Kael dengan suara lemah, namun penuh kebanggaan. "Dunia ini selamat."
Namun, mereka juga tahu bahwa kemenangan ini bukanlah akhir dari perjalanan mereka. Banyak hal yang harus mereka selesaikan untuk memastikan kedamaian dunia, tetapi setidaknya mereka sudah melewati cobaan terbesar yang pernah ada.