Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbawa Suasana
Baru juga memeluk pinggang Lusi sebentar saja, tiba-tiba Virgo langsung mendorong tubuh itu menjauh darinya. Dia sadar, kalau ada yang salah. Untuk apa memeluk wanita yang jelas-jelas bukan istinya tersebut?
"Kau keluar sekarang!" perintah Virgo dengan dingin.
Lusiana dibuat tercengang untuk kedua kalinya, setelah pinggangnya dipeluk tanpa ijin, dia diusir begitu saja.
'Apa-apaan orang ini!' batin Lusi merasa heran dengan sikap Virgo yang aneh dan tak bisa dimengerti.
Sambil mengumpat, Lusi keluar dengan gusar. Setelah itu, dia diam sesaat. Memegangi degup jantungnya yang berdegup kencang. Hatinya sempat berdebar.
"Apa orang kaya itu menyukaiku?" gumam Lusi. Dia menduga-duga, karena memang sikap Virgo aneh sekali padanya.
Dia kemudian tersenyum dalam hati, kemudian menatap pantulan dirinya sendiri di kaca besar lemari hias dekat kamar Virgo. Lemari penuh dengan hiasan benda-benda antik dan pasti harganya mahal.
"Sadar, kamu siapa ... Jangan bermimpi menjadi nyonya di rumah ini," ucap Lusi pelan.
Terlalu nyaman tinggal semalam di sana, hampir saja Lusi lupa dirinya siapa. Kalau tak melihat pakaiannya sekarang, mungkin dia masih merasa semuanya ini adalah mimpi.
"Kamu hanya pelayan," sambungnya lalu pergi mengerjakan pekerjaan yang lain.
Niat kabur dari niat jahat Edo, Lusi malah dapat pekerjaan sebagai seorang pelayan. Anehnya, dia mau-mau saja. Mungkin merasa untuk saat ini dia tak bisa melakukan apapun. Mau lari ke mana lagi? Kerabat pun tak ada.
Hanya ada Edo, kakak tiri yang getol sekali menawarkan Lusi bak barang dagangan pada para hidung belang. Ada lagi, ibu tiri yang 11 12 dengan si Edo. Keduanya sama-sama seperti orang asing. Hanya terperangkap dalam satu KK yang sama setelah ayah Lusi dan ibu Edo memutuskan menikah.
Drama janda ketemu duda itu membuat hidup Lusi yang tadinya damai dan tenang, seketika kacau balau. Dia yang harusnya fokus belajar, harus terlibat urusan Edo yang trouble maker tersebut. Gara-gara kena tipu Investasi bodong, ditambah judollll dan pinjol, Lusi harus menanggung apes dan kesialan demi kesialan.
"Hei! Kamu ... Pelayan baru. Jemur pakaian ini!"
Suara yang muncul tiba-tiba membuat Lusiana menoleh. Tangannya langsung disuguhi keranjang besar sampai Lusi keberatan. Dia ditugaskan untuk menjemur pakaian-pakaian itu.
"Jemur di lantai tiga!" perintah pelayan yang lebih senior. Gayanya sudah mirip bos dan seolah Lusi adalah anak buahnya.
Lusi mendongak, harus naik tangga?
"Tapi, ini tidak ada di list job saya." Lusi mencoba membantah, karena itu tak termasuk dalam job Lusi di sana.
"Kamu masih baru, jangan membantah!"
Pelayan senior itu langsung pergi. Lusi menahan geram, harusnya dia duduk di kampus dan mendengarkan mata kuliah dosennya. Kenapa sekarang harus jemur pakaian? Ini juga gara-gara Edo! Gara-gara kakak jahara tersebut, Lusi kena apesnya.
***
"Lusi ... Lusi!"
Virgo sudah siap dengan pakaian untuk golf bersama koleganya, akan tetapi sejak tadi dia tak melihat Lusi. Dia pun memanggil nama gadis itu agar muncul.
"LUSI!" panggil Virgo dengan setengah berteriak.
"Bibik! Bikkk!" teriak Virgo.
Terdengar langkah kaki yang mendekat cepat.
"Di mana Lusi?" tanya Virgo kesal.
"Lusi?" Bibi kelihatan bingung. "Saya belum melihatnya dari tadi, Pak."
Virgo menatap jam tangannya, dia sudah telat. Akhirnya, dia pergi tanpa melihat wajah Lusi. Meksipun sebal dengan orangnya, tapi Virgo rindu menatap wajah itu.
Sebelum pergi, Virgo berpesan pada tim keamanan di rumahnya yang super luas tersebut.
"Tidak ada yang keluar masuk tanpa ijin dari saya!"
"Baik, Pak."
"Jika kerja kalian tak beres, kalian akan saya pecat!"
Para security dan tim keamanan langsung menundukkan kepala mereka.
***
Di lantai tiga.
Lusi malah disuruh mengepel lima kamar yang ada di lantai tiga tersebut. Sudah menolak, tapi pelayan seniornya lebih galak.
"Kurang bersih, bisa kerja gak?"
Lusi mengusap keringat di dahinya. Mimpi apa? Kenapa seperti di ospek oleh seniornya.
"Ngepel yang bener!" oceh pelayan sambil berkacak pinggang.
Lusi langsung melepaskan ganggang pel di tangannya.
BRUAKKK!
Dilempar ke lantai dengan kasar.
"HEI! Kenapa kau melempar nya!" Pelayan senior melotot pada Lusi.
"Kenapa? Itu cuma gang-gang pel!" Lusi maju tiga langkah, ia juga ikut melebarkan mata. Seolah menantang.
"Hei! Berani kau! Akan aku laporkan pada ketua pelayan! Jangan kurang ajar, akan aku laporkan pada pak Virgo!" ancam pelayanan tersebut.
Lusi cuma tersenyum kecut, tapi dia sangat kaget saat pelayan itu tak senang melihatnya tersenyum dan langsung mendorong tubuh Lusi sampai jatuh ke lantai yang masih basah.
"Achhhh!!"
Kesal, karena ditindas terus, Lusi akhirnya bangkit dan melawan.
"Kamu duluan yang mulai ya!" desis Lusi kemudian menjambak rambut pelayan seniornya.
Keduanya saling bertarung, saling menjambak dan saling mencakar. Kalau tidak ada yang patroli, karena suara ribut, keduanya pasti sama-sama KO.
Virgo yang masih dalam perjalanan, langsung putar balik begitu mendapatkan laporan ada keributan di rumah besar. Segala sesuatu, menang wajib dilaporkan, apalagi tentang Lusi. Virgo sudah berpesan pada tim keamanan sebelumnya.
***
Ruang tamu
Virgo balik kembali sebelum sampai di tempat permainan golf.
"Apa yang kalian berdua lakukan?" sentak Virgo melihat rambut Lusi dan rambut pelayannya acak-acakan.
"Dia yang mulai menjambak saya, Pak!"
"Tapi kamu yang dorong saya sampai jatuh!" banyak Lusi.
"Itu tidak sengaja, lantainya licin habis saya pel, jadi itu benar-benar tidak sengaja," ucap pelayan.
"Bohong!" ujar Lusi lancang karena merasa difitnah.
"Benar, saya bicara apa adanya!"
Lusi geleng-geleng kepala.
"Kalian berdua diam!" seru Virgo. "Kamu ... Obati luka-lukamu!"
Virgo minta pelayan mengobati tangannya yang penuh cakaran. Sementara Lusi, dia hanya rambutnya yang berantakan, kalau lengan dan kakinya masih mulus, hanya lecet sedikit, tak separah karyawan yang tadi.
"Baru satu hari ... Kamu sudah membuat keributan."
"Dia yang mulai! Dia yang mendorong saya sampai jatuh. Baju saya sampai basah, baju dia tidak. Ini buktinya!"
"Diam! Saya tidak mau mendengar alasan apapun. Dilarang ada keributan di rumah ini!"
"Tapi ..."
"Apa kamu tuliiiiii? Kamu tak dengar apa yang saya katakan? Hah?"
Lusi terhenyak, tinggal di sini tidak sebaik yang dia pikiran, tertekan batin dan fisik, sangatlah tidak enak.
"Saya tidak tuliii, saya hanya membela diri," ucap Lusi sambil mendongak. Mengangkat dagunya tinggi tanda tak takut. Namun, matanya tak bisa bohong. Bola mata Lusiana mulai mengembun.
Di sana, Virgo kembali menatapnya. Makin lama semakin dalam. Mungkin reflek, Virgo mendekati Lusi, tidak hanya mendekat saja. Namun, Virgo juga melakukan sesuatu yang membuat jantung Lusi berhenti dan bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇