Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Yang Terlihat Aneh
Kinara memperhatikan lekat langkah Lisa yang terseok-seok. Gadis ini ... terlukakah?
"Lis, kau kenapa?"
"Hah?" Lisa membeo kaget. Dia tidak tahu ada seseorang yang sedang duduk di ruang tamu. Segera Lisa membungkuk hormat begitu melihat siapa yang sedang duduk di sana. "Selamat siang, Nyonya Kinara. Maaf aku tidak melihatmu tadi."
"It's okay. Santai saja," sahut Kinara tak mempermasalahkan. "Sekarang jawab pertanyaanku. Kau kenapa? Kakimu sakit?"
"Hanya keseleo,"
"Hanya?"
"Em tidak juga sih. Sebelum kemari aku bertemu dua wanita gila yang kemudian menyerangku. Dan inilah hasil dari keributan itu, Nyonya." Lisa tak berniat menutupi. Terlalu repot kalau harus pura-pura.
Kaget mendengar penuturan tersebut, Kinara beranjak dari duduk kemudian menghampiri Lisa. Rasa terenyuh begitu kuat menerpa, iba akan nasib malang yang dialami oleh gadis ini.
"Mau pergi ke kantor polisi tidak? Kita bisa pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk melakukan visum kemudian membuat laporan dan menuntut mereka. Negara kita punya hukum, Lis. Orang-orang tidak boleh seenaknya main hakim sendiri."
Seperti berpindah jiwa, Lisa serasa diterpa angin sepoi-sepoi saat melihat kepedulian yang Nyonya Kinara tunjukkan. Andai orangtuanya masih hidup, mereka pasti akan melakukan pembelaan yang sama untuk dirinya. Sungguh, betapa beruntung mereka yang masih memiliki orangtua lengkap. Di saat ketidakadilan terjadi, ada garda terdepan yang siap membela sampai titik darah penghabisan. Sayang sekali itu hanya bisa dia nikmati dalam khayalan saja.
"Lisa, you okay?" tanya Kinara cemas melihat Lisa.
"Aku baik-baik saja, Nyonya." Lisa tersenyum lebar. Dia masih terbawa perasaan hangat yang dihadirkan Nyonya Kinara sampai tak bisa mengontrol ekspresi yang muncul di wajah.
(Aneh. Kalau baik-baik saja kenapa Lisa tersenyum seperti orang tidak waras ya? Dia benar baik-baik saja atau sedang menahan sakit?)
Terheran-heran Kinara dibuat oleh pelayan satu ini. Untuk memastikan, dia menelisik ke tubuh bagian bawah guna mencari bukti adanya tanda kekerasan. Namun, alih-alih menemukan bekas luka, perasaan Kinara malah dibuat terenyuh oleh celana panjang yang dikenakan oleh gadis ini. Usang, robek, bahkan ada banyak bekas jahitan kasar diujung bawah. Sebagai seorang ibu, kondisi Lisa bagai tamparan yang sangat kuat untuk dirinya. Menjadi yatim piatu sejak kecil, sekeras apa kehidupan yang telah dijalaninya selama ini?
"Nyonya, tolong jangan menatapku seperti ini. Aku tak nyaman," ucap Lisa enggan dikasihani. Dari sorot mata Nyonya Kinara, dia bisa mengetahui apa yang sedang beliau pikirkan.
"O-oh, maaf, Lis. Aku tak berniat," sahut Kinara tak enak hati. Cepat-cepat dia mengatur emosi dan memasang senyum kecil. "Bagaimana dengan tawaran yang tadi? Mau membuat laporan tidak?"
"Tidak usah, Nyonya. Lagipula ini bukan pertama kalinya mereka berbuat jahat padaku. Sudah sering, jadi aku juga sudah terbiasa. Hehe,"
"Kau tersenyum?"
Lisa mengangguk. Teringat dengan kejadian pagi tadi, hatinya tiba-tiba berkecamuk. Hanum dengan kejamnya mencambuki tubuh kurus Lisa dengan ikat pinggang hingga memar di mana-mana. Wanita kejam itu juga memukul kakinya dengan gagang payung hingga menyebabkan susah berjalan. Lisa bukannya tak bisa melawan, hanya saat itu posisinya sedang tidak tepat. Dia dalam posisi membelakangi saat Hanum melakukan serangan brutal. Alhasil, dia terluka dibanyak tempat.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Suara bariton memecah kesunyian. Lisa dan Nyonya Kinara kemudian sama-sama menoleh ke sumber suara tersebut.
"Astaga, titisan dewa mana yang muncul di hadapan Ibu sekarang. Sangat luar biasa tampan!" pekik Kinara heboh sendiri akan penampilan putranya. Dengan potongan rambut terbaru, putranya muncul dengan membawa seribu aura yang sangat memukau. Luar biasa.
"Mana ada titisan dewa takut naik mobil," celetuk Lisa reflek.
"Ekhmmm!"
Lionel mendengus pelan setelah mendengar celetukan Lisa. Pelayan satu ini benar-benar tidak punya rasa takut. Sangat mengherankan.
"Leon, kau mau pergi ke mana?"
"Tidak ada tempat yang ingin ku tuju selain tetap berada di dalam rumah ini, Bu," jawab Lionel seraya berjalan menuruni anak tangga. Dia seakan acuh akan kehadiran Lisa, tapi sebenarnya memperhatikan. Ada gurat kelelahan yang begitu kentara di wajah gadis tersebut. "Richard menyarankan agar potong rambut. Hanya itu saja."
"Yakin Richard yang menyarankan?"
"Memangnya siapa lagi kalau bukan dia? Hanya Richard satu-satunya teman yang ku miliki saat ini."
"Kalau begitu carilah yang lain. Ada banyak sekali orang yang merindukanmu, Nak. Dunia mencarimu."
"Tidak untuk sekarang."
"Lalu kapan?"
"Em mungkin nanti setelah monyet memiliki tahun baru sendiri."
Setelah berkata seperti itu Lisa tersenyum canggung. Lidahnya sulit sekali dikontrol karena gemas melihat sikap Tuan Lionel yang terkesan takut menghadapi kenyataan. Dia yang lemah dan miskin saja tak henti berjuang keras menaklukkan ketidakadilan hidup. Sementara Tuan Lionel yang kaya raya dan memiliki dukungan orang tua, memilih mengurung diri hanya karena sebuah tragedi.
"Semakin lama kau semakin tidak tahu aturan saja. Lupa ya posisimu di rumah ini hanya sebagai pelayan sementara?" tegur Lionel jengkel akan keberanian Lisa yang terus menimbrung ucapannya.
"Maafkan aku, Tuan. Aku hanya terlalu menyayangkan sikapmu yang mirip pecundang," sahut Lisa kembali bicara dengan berani.
"Pecundang?"
"Kau memusuhi dunia hanya karena suatu hal yang terjadi di masalalu. Sementara di luar sana, ada banyak orang yang berusaha keras bertahan dengan ketidakberdayaan mereka." Jeda sesaat. Lisa menghela napas panjang sebelum lanjut bicara. "Aku sangat sadar dengan posisiku di rumah ini dan aku tak berniat lancang. Hanya ... bisakah kau mulai menerima dirimu kembali? Kau terlalu muda untuk mengendap seperti batu di dalam rumah. Masih ada banyak sekali tantangan di luar sana yang menunggu untuk ditaklukkan. Cobalah untuk berdamai dengan masalalu itu, Tuan. Siapa tahu kau beruntung."
Kalimat panjang yang diucapkan oleh Lisa sukses membungkam diri Lionel. Seorang gadis yang belum mempunyai tanda pengenal, menasehati agar dirinya tidak kalah oleh masalalu. Memalukan sekali, bukan? Dan Lionel tertohok oleh nasehat tersebut. Seperti pisau yang menghujam tepat di jantung. Sakit, tapi tak berdarah.
"Kalau begitu aku permisi ke belakang dulu. Sudah saatnya pelayan ini bekerja," pamit Lisa.
"Apa kau sudah makan?"
Kinara menautkan kedua alisnya, heran dengan jenis pertanyaan yang dilontarkan oleh Lionel.
"Jangan salah paham. Kemarin kau datang dengan kondisi kelaparan. Aku tidak mau ada yang meninggal di rumah ini dan menuduh kami kikir makanan," ucap Lionel buru-buru menjelaskan. Dia tak ingin perkataannya disalahpahami oleh orang lain.
"Oh, aku kira kau sedang memberikan perhatian padaku, Tuan. Hehehe," dengan santainya Lisa bicara. "Kau tidak perlu khawatir lagi. Sebelum kemari aku sudah mendapatkan jatah makan siang di rumah. Jadi hari ini perutku aman."
"Baguslah kalau begitu. Makananku jadi utuh tak berkurang."
Lisa bergumam. "Belum juga satu menit dia bilang tak ingin disebut kikir makanan. Kenapa sekarang malah bersyukur karena makanan di rumah ini tidak jadi berkurang? Plin-plan sekali."
"Em Lis, kau tidak usah mengambil hati perkataan Lionel barusan. Kalau lapar, ambil saja bahan makanan yang ada di dalam kulkas. Makanan aku beli untuk dihabiskan, bukan untuk dibuang atau dipajang. Jadi jangan sungkan ya?" ucap Kinara tak membiarkan Lisa kelaparan. Dia tidak sekejam itu pada gadis yatim ini.
"Baiklah, Nyonya. Dengan senang hati aku akan menghabiskan semua makanan itu."
Lionel hanya bisa mend*sah panjang mendengar jawaban Lisa. Ingin mengomel, tapi urung saat menyaksikan langkah gadis tersebut yang terlihat aneh.
(Dia kenapa?)
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara