Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Balik ke POV Anna.
"Mas, semalam Leo mengirimkan pesan. Katanya dia minta izin beberapa hari, karena ada urusan mendesak." kataku sambil menyabuni tubuh mas Dimas.
Kami baru saja selesai melakukan aktivitas panas di kamar mandi. Mas Dimas selalu meminta jatah nya sehari 3 kali, sudah seperti minum obat. Sekali bermain, bisa 3 ronde, aku sampai lelah meladeninya.
"Tumben dia pergi mendadak, biasanya dia meminta izin jauh-jauh hari jika ingin pergi." jawab mas Dimas.
"Mungkin benar-benar mendadak mas."
"Apa dia mengatakan sesuatu?"
Aku mengangguk. "Dia mengatakan jika malam ini ada undangan makan malam dari tuan Riko."
"Riko?" gumam mas Dimas dengan kening berkerut.
Aku mengangguk pasti. "Hmm! Mas Dimas kenal?"
"Tidak!" jawabnya.
Mataku membola mendengar perkataanya. "Mas Dimas yakin? Coba diingat-ingat lagi, masa kalau tidak kenal bisa mengundang."
"Coba nanti aku akan menelpon Leo." Katanya.
Setelah selesai mandi, kami langsung keluar kamar untuk berpakaian. Karena pagi ini ada rapat bulanan dengan beberapa kepala divisi.
Lalu turun ke lantai bawah, untuk sarapan. Disana sudah ada Yessa dan ke dua mertuaku, yang sedang sarapan. Yessa di suapi Oma nya, sementara papa Wili sedang menyantap bubur Manado kesukaannya.
"Yessa sarapan apa?" tanyaku. Sesampainya di meja makan, lalu duduk bersebelahan dengan mas Dimas.
"Bubur Manado Mommy!" jawab Yessa dengan senyum yang menggemaskan. Aku benar-benar gemas melihatnya.
Aku tersenyum menatap putriku dan mas Dimas. Lalu mengambilkan sarapan untuk mas Dimas.
Sejak menikah dengan mas Dimas aku tidak pernah workout lagi saat pagi, karena selalu olah raga bersama mas Dimas. Olahraga dengan nya sudah membuat ku Bermandi keringat.
Kami menuju ke kantor dengan diantar supir. Karena asisten Leo tidak masuk, pekerjaanku menjadi menumpuk. Ada beberapa hal yang harus aku tangani sebelum mas Dimas membubuhkan tanda tangan mahalnya di berkas-berkas itu. Selip satu angka saja, akan membuat perusahaan milik mertuaku ini rugi milyaran.
Sekertaris pribadi yang baru untuk mas Dimas belum di rekrut. Rencana nya hari ini asisten Leo akan mulai mencari kandidat. Tapi berhubung dia memiliki urusan mendadak, jadi tertunda.
Saat sedang membaca beberapa berkas, tiba-tiba aku merasa mual. "Astagaa! Saking banyaknya pekerjaan membuat ku sampai mual melihat laporan-laporan ini." gumamku sendiri. Aku beranjak dari kursi menuju ke pantry.
Sebelum kesana aku terlebih dulu menuju ruangan mas Dimas. "Mas, mau kopi?" aku menawarinya. Biasanya dia memang suka minum kopi sebelum jam makan siang. Tapi akhir-akhir ini dia lebih suka minum susu.
"Tidak sayang, buatkan susu saja seperti biasanya ya!" jawabnya.
Aku mengangguk dengan memasang senyum manis. "Siap bos!" jawabku, lalu menuju ke pantry yang berada di lantai ini.
Aku menyeduh mi instan di dalam cup untukku, juga segelas air lemon hangat. Lalu membuatkan susu coklat untuk mas Dimas.
Sambil kembali membaca berkas yang menumpuk di mejaku, aku menyantap mi instan yang sudah siap.
Aromanya membuat perutku langsung keroncongan. Entah kapan terakhir kali aku menyantap mi instan, sepertinya sejak aku mengetahui sedang mengandung Yessa.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Malam hari sekitar jam 7, aku dan mas Dimas sedang di perjalanan menuju sebuah cafe untuk menghadiri undangan makan malam dari tuan Riko.
Aku tak tau pasti siapa tuan Riko, mungkin teman lama mas Dimas atau rekan bisnis papa Wili.
Mas Dimas memarkirkan mobilnya di halaman parkir kafe Panorama, tempat yang Leo katakan di dalam pesan singkat.
Aku dan mas Dimas berjalan bergandengan menuju ke dalam kafe, baru sampai pelataran, kami melihat suasana kafe yang sudah ramai.
"Sebenarnya acara apa ini, kenapa isinya anak muda semua." kata mas Dimas, terus berjalan sampai berada di dalam kafe.
"Permisi!" kata seorang pria yang seumuran dengan Leo.
"Ya!" jawabku.
"Apa tuan dan nyonya ini bos nya Leo?" ucap pemuda itu.
Aku dan mas Dimas mengangguk perlahan. Merasa bingung dengan pertanyaannya.
Terlihat raut bahagia dari pria itu, lalu ia mengulurkan tangannya. "Aah, syukurlah. Akhirnya kalian datang juga. Kenalkan saya Riko teman Leo, yang sedang berulang tahun!" ucapnya. Aku dan mas Dimas di buat melongo dengan pengakuannya.
"Apa maksudmu?" tanya mas Dimas.
"Jadi begini Tuan! Saya mengundang Leo keacara ulang tahun saya. tapi dia tidak bisa menghadirinya. Dan mengatakan bos nya yang akan datang menggantikan dia."
Aku dan mas Dimas lagi-lagi di buat tercengang. Astaga! Bagaimana bisa Leo melakukan hal ini. Meminta kami datang ke acara ulang tahun temannya.
"Saya sangat tersanjung, karena kalian mau menghadiri undangan saya. Silahkan duduk Tuan, Nyonya, saya sudah persiapkan tempat khusus untuk kalian." kata pria bernama Riko itu.
Aku dan mas Dimas yang masih syok hanya mengikuti Riko, saat kami di giring menuju meja khusus.
Aku melihat raut kesal dari mas Dimas, ku usap lengannya agar mas Dimas jangan sampai meledak di sini.
"Mas! Sudah, nanti kalau Leo pulang. Mas bisa menghajarnya. Sebaiknya kita makan lalu check ini di hotel depan kafe ini. Aku akan memberikan servis yang memuaskan untukmu!"
"Ck! Anak itu membuatku emosi saja. Bisa-bisanya menjebak bos nya sendiri. Lihat saja aku akan membuat perhitungan dengannya nanti." kata mas Dimas dengan nada ketus.
Aku hanya mengulum senyum, meskipun ikut kesal. Tapi aku tak menyangka jika si kanebo kering itu bisa mengerjai atasannya seperti ini. Awas saja kau Leo, aku akan membalasnya. kataku dalam hati.
.
Brak.
Mas Dimas membanting pintu mobil dengan keras karena sedang emosi.
Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana entah untuk menghubungi siapa, aku memasang sabuk pengaman ke tubuhku. Lalu memperhatikan mas Dimas dari tempatku duduk. Rahangnya mengeras menandakan jika dirinya benar-benar sedang emosi.
"Kau! Berani-beraninya kau mengerjai ku ya!"
"Cepat pulang! Dan hadapi aku. Aku akan memberikan perhitungan denganmu!" kata mas Dimas lagi, lalu mematikan teleponnya dan melempar ponselnya keatas dashboard mobil.
"Mas Dimas telpon siapa?" tanyaku penasaran.
"Siapa lagi kalau bukan asisten kurang ngajar itu!" jawabnya ketus, sambil menghidupkan mesin mobil.
Aku menganggukkan kepalaku. "Mas, kita check in di hotel seberang ya. Mau kan?" kataku. Aku harus mengembalikan mood suamiku yang berantakan. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa aku lakukan, aku yakin setelah mendengar desahanku, mood mas Dimas akan kembali membaik.
Awas kau asisten Leo, aku harus rela keramas lagi gara-gara kau menghancurkan mood suamiku.
"Hmm! Baiklah, kau yang memimpin permainan nya." katanya, ia menoleh ke samping dengan senyum tipis.
"Mas Dimas hanya nikmati saja." jawabku lalu mengedipkan sebelah mataku untuk menggodanya.
Dasar Leo brengsek! Awas saja kau ya!
semoga Othor nya beri kesempatan Dimas segera bisa bangun dan pulih kembali yaaa 👍😢