NovelToon NovelToon
Kekasihku Adalah Ayah Angkatku

Kekasihku Adalah Ayah Angkatku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Gadis manis bernama Rania Baskara, usia 17 tahun. Baskara sendiri diambil dari nama belakang Putra Baskara yang tak lain adalah Ayah angkatnya sendiri.
Rania ditolong oleh Putra, ketika masih berusia 8 tahun. Putra yang notabenenya sebagai Polisi yang menjadi seorang ajudan telah mengabdi pada Jendral bernama Agung sedari ia masih muda.
Semenjak itu, Rania diasuh dan dibesarkan langsung oleh tangan Putra sendiri.
Hingga Rania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh pada diri Rania terhadap Putra, begitu juga Putra merasakan hal yang sama, namun ia tidak ingin mengakuinya..
Bagaimana kelanjutannya? ikuti kisahnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gara-Gara First Kiss

"Belum lama ini!" Jawab Putra.

Rania mengerutkan dahinya.

"Dengan siapa? Bukankah Ayah tidak memiliki Isteri bahkan kekasih?" Wajah Rania telah berubah.

Putra tidak langsung menjawabnya, tidak mungkin ia mengatakan bahwa first kiss nya dilakukan pada Rania sendiri.

Karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Putra. Rania memberontak dan melepaskan rangkulan tubuh Putra.

Rania berlari menuju kamarnya dan pergi meninggalkan Putra begitu saja.

Tampaknya Rania kecewa mendengar bahwa Ayah angkatnya telah melakukan first kiss dengan yang lain.

"Rania, perasaan apa yang sedang menyerangmu?" Gumam Putra meletakkan senjatanya.

Ia melihat punggung Rania meninggalkan area tembak.

Putra menarik nafas panjangnya.

***

Waktu menunjukan pukul tujuh malam.

Rania keluar dari kamarnya, ia pikir Putra akan datang menghampirinya ketika ia sedang merajuk.

Namun, prediksinya tidak sesuai dengan ekspetasinya.

Rania melangkahkan kakinya, seluruh ruangan terlihat begitu sepi.

"Mbak Minah, Ayah dan Kak Dicky kemana? Kenapa mereka berdua tidak ada?" Ucap Rania duduk dimeja makan. Perutnya terasa lapar.

"Tuan Putra dan Tuan Dicky sedang pergi, Non. Saya tidak tahu mereka pergi kemana. Oh iya, Nona Rania mau makan?" Jawab Mbak Minah.

Rania mengangguk.

"Tidak perlu dikeluarkan semua, Mbak. Ambilkan saja sedikit di piring beserta lauk pauk dan sayurannya. Sama aku minta jus jeruk ya, Mbak. Jangan manis-manis." Perintah Rania kepada Minah.

"Baik, Nona."

Tidak membutuhkan waktu lama, Minah menyiapkan semuanya untuk Rania.

Rania meraih ponselnya dan mengeceknya.

Tidak ada satupun pesan atau panggilan telepon di ponselnya.

"Permisi, Nona. Semuanya sudah siap. Kalau butuh apa-apa, panggil saya ya, Non." Ucap Minah meletakkan makanan beserta jus jeruk permintaan Rania.

"Terima kasih, Mbak. Silahkan beristirahat saja jika sudah mengantuk." Ujar Rania.

"Baik, Nona." Minah pamit undur diri.

Rania menikmati makan malam dan jus jeruknya.

Sebelumnya ia telah mandi dengan bersih, karena selama di rumah sakit. Ia tidak puas membersihkan tubuhnya.

Malam itu, ia mengenakan tanktop tanpa bra. Dengan bagian bawah hanya dibalut dengan handuk. Dengan rambut panjang terurai menutupi celah pundaknya yang terekspose.

Setelah menyelesaikannya, Rania keluar menghampiri Tirta.

"Bang Tirta, Ayah dan Kak Dicky kemana?" Tanya Rania menghampiri Tirta.

Tirta yang sedang menonton acara televisi seraya menghisap cerobong asapnya, seketika menghentikan aktifitasnya.

"Eh, Non. Tuan Putra dan Tuan Dicky sedang pergi ke rumah Jendral Agung, Non." Jawab Tirta.

"Tumben mereka hanya berdua saja? Kenapa Bang Tirta tidak diajak?" Tanya Rania kemudian.

"Wah, saya kurang tahu, Non." Jawab Tirta.

"Hmm, baiklah." Rania melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah kembali.

Ia duduk diruang tengah dengan menikmati acara televisi.

Bagi Rania, hari-harinya sangat membosankan.

Ia ingin bebas seperti teman-teman lainnya. Yang bisa pergi kemana saja tanpa kekangan dari orang tua.

***

"Akhirnya, kita bisa berkumpul kembali. Apa kabar kamu Siska?" Tanya Jendral Agung memandang wajah Siska Putri.

Seorang designer khusus untuk keluarga Jendral Agung. Segala bentuk pakaian yang dikenakan Jendral Agung beserta para anak buahnya di design langsung oleh Siska Putri.

Wanita cantik berambut panjang terurai dengan sedikit berwarna pirang dan diberikan sentuhan curly menambah kecantikan paras Siska semakin menawan.

Ia mengenakan dress selutut berwarna merah maroon, dengan high heels tinggi tujuh centimeter.

Kulitnya putih bersih, sungguh terawat sekali.

"Kabar baik, Om Jendral." Begitu biasa Siska memanggil Jendral Agung.

"Om sendiri bagaimana?" Imbuh Siska balik bertanya.

"Saya juga baik-baik saja. Ayo, makan yang banyak. Saya khusus mengundang kamu untuk makan malam disini bersama dengan Putra." Ucap Jendral seraya mengalihkan pandangannya kepada Putra.

Putra tampak fokus menikmati hidangan yang ada di hadapannya.

Siska menoleh kearah Putra dengan anggunnya.

Begitu juga sebaliknya, Putra menoleh kearah Siska.

Keduanya saling tersenyum.

"Apa kabar, Putra? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu." Sapa Siska kepada Putra.

Putra mengangguk perlahan.

"Aku baik-baik saja, Siska. Bagaimana denganmu? Sepertinya kamu sibuk sekali ya." Jawab Putra.

Jendral Agung memperhatikan keduanya dengan penuh harap agar Putra dan Siska dapat berjodoh dan segera menikah.

"Ya lumayan, Putra. Hehehe."

Makan malam dipenuhi dengan obrolan antara Putra, Siska dan Jendral Agung.

Setelah menyelesaikan makan malam, semuanya meninggalkan ruang makan.

Jendral Agung sengaja memberikan banyak ruang untuk Putra dan Siska agar mereka dapat berbincang lebih luas lagi.

Putra berjalan menuju halaman belakang seraya memantik cerobong asapnya.

Dengan sinar bulan dan bintang yang menerangi area tersebut, Putra menatap kearah langit-langit luas dengan sesekali menghisap cerobong asap yang ada ditangannya.

"Kapan kamu akan menikah, Putra? Usiamu sudah tidak muda lagi." Suara wanita itu mengalihkan pandangan Putra pada langit-langit luas.

Ia menoleh dan ternyata telah ada Siska berdiri dibelakangnya.

"Eh, Siska. Entahlah, aku belum berminat untuk menikah." Jawab Putra dengan mengalihkan pandangannya kembali kearah langit-langit.

Siska mengerutkan dahinya, membuat ia penasaran mengapa Putra sampai belum ingin menikah.

"Mengapa, Putra? Apakah kamu masih kecewa denganku karena dulu setelah lulus sekolah aku langsung melanjutkan kuliah ke Paris?" Tanya Siska untuk mengetahui lebih jauh hati Putra saat ini.

Ya, Putra dan Siska ketika sekolah sempat dekat. Namun, tidak sampai berpacaran. Keduanya terlihat sangat akrab dan kemana-kemana selalu bersama.

Namun, hubungan keduanya terpisah semenjak Siska melanjutkan studynya ke Paris.

Sampai detik ini, Putra enggan sekali dekat dengan wanita manapun. Entah ia tidak ingin ditinggalkan kembali atau bagaimana, hanya Putra yang mengetahuinya.

Dengan Rania saja, ia hanya berusaha dekat sebagai Ayah dan anak. Sebisa mungkin Putra menjaga jarak kepada Rania, anak angkatnya itu.

"Tidak, Siska. Yang lalu biarlah berlalu. Aku tidak ingin mengungkitnya kembali." Jawab Putra dengan suara berat nan serak. Menambah keseksian pesonanya semakin bertambah.

Siska menarik nafas panjangnya.

"Apakah bisa kita memulainya kembali?" Bisik Siska berdiri lebih dekat dari tubuh Putra dengan bersandar dipundaknya yang kekar dan berisi, serta menggenggam jemari tangan Putra.

"Maksud kamu?"

***

"Dimana Rania, Minah?" Tanya Putra ketika ia telah sampai di rumahnya.

Ia melepaskan semua barang-barang yang menempel pada tubuhnya. Sepatunya dan terutama jam tangan serta juga jas berwarna abu tuanya.

"Nona, sedang di kamar, Tuan."

"Apakah dia sudah makan malam?" Tanya Putra kembali.

"Sudah, Tuan. Tadi Nona keluar kamar minta makan dan minta dibuatkan jus jeruk, kemudian Nona bertanya kemana perginya Tuan Putra dan Tuan Dicky. Setelah itu Nona sempat berbincang dengan Tirta dan akhirnya Nona masuk ke kamarnya kembali." Jelas Minah.

"Baiklah, Minah. Sudah malam, segera beristirahat." Perintah Putra.

"Baik, Tuan."

Putra berjalan menuju kamarnya, ia segera membersihkan tubuhnya dan juga tidak lupa mengenakan parfum kesukaan Rania.

Ia bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana trunk saja.

Setelah semuanya telah beristirahat dan lampu telah padam, Putra hendak membaringkan tubuhnya, namun ia teringat bahwa ada satu permintaan Rania ketika sudah pulang dari rumah sakit belum ia penuhi.

Yaitu, tidur disamping Rania.

"Apakah aku akan penuhi permintaannya malam ini? Bukankah, dia sedang marah kepadaku?" Ucapnya lirih.

Namun, hatinya berkata lain. Putra tetap berjalan menuju kamar Rania, ternyata kamar Rania tidak terkunci.

Putra bisa bebas masuk dan segera merapatkan pintu kamarnya kemudian ia menguncinya dengan rapat, takut tiba-tiba saja Dicky masuk kedalam kamar Rania.

Karena, anak itu sering kali masuk tanpa permisi.

Ia melihat Rania tengah tertidur menghadap miring kekiri dengan menggunakan selimut yang tebal.

Putra memberanikan dirinya untuk naik keatas ranjang Rania.

Dengan perlahan, Putra membaringkan tubuhnya disamping Rania dengan satu selimut yang sama.

Kemudian, ia juga memiringkan tubuhnya kearah kiri dan memeluk tubuh Rania.

Dengan perasaan berdebar-debar dan jantung terasa ingin lepas, Putra menguatkan imannya untuk lebih merapatkan tubuhnya dengan tubuh Rania, membuat b*tang keja*tanannya tidak sengaja menyentuh b*kong padat Rania.

Tangannya memeluk dengan melingkar ke tubuh Rania, dan lagi-lagi tangannya menyenggol benda kenyal yang ada didada Rania.

Rania tersentak dan terbangun.

"Ssstttt, ini Ayah, sayang." Bisik Putra didekat telinga Rania.

Rania telah membuka matanya, ia ingin menoleh kearah Putra, namun tubuhnya sudah dikunci oleh tubuh Putra.

"Mengapa Ayah kesini? Rania sedang marah dengan Ayah." Jawab Rania kesal.

"Apa yang membuatmu marah kepadaku, Rania?" Tanya Putra dengan mengeratkan tubuhnya.

Ia tidak peduli bahwa b*tang keja*tanannya telah mengeras.

Rania begitu nyaman dengan perlakuan yang diberikan oleh Putra.

"Karena Ayah tidak menjawab pertanyaanku." Ucap Rania masih dalam keadaan kesal.

"Kamu ingin tahu jawabannya, Sayang?" Bisik Putra.

Rania mengangguk perlahan.

Putra kemudian membalikkan tubuh Rania menjadi posisi terlentang. Namun, posisi Putra masih sama, kaki kanannya berada diatas paha Rania.

"Yakin kamu ingin tahu jawabannya?" Tanya Putra kembali.

Keduanya saling berpandangan. Nafasnya memburu, hatinya terasa berdebar-debar bukan kepalang. Suasana seketika menjadi panas.

"Iya, dengan siapa Ayah telah melakukan first kiss itu? Tanya Rania kembali, ia sudah tidak sabar wanita mana yang beruntung mendapatkan ci*man pertama dengan Putra.

"Dengan kamu." Ungkap Putra berbisik didekat telinga Rania, membuat bulu-bulu halus Rania seketika meremang.

Rania terkejut dengan jawaban Putra, dahinya mengerut sangat dalam.

Bagaimana bisa Putra first kiss dengan Rania, sedangkan Rania tidak pernah merasakannya.

"Bagaimana bisa? Kapan? Kok aku tidak merasakannya?" Rania mengabsen satu persatu pertanyaannya.

"Bisa saja, saat kamu pingsan tercebur di kolam renang, kamu tidak akan bisa merasakannya, karena kamu sedang pingsan." Jelas Putra pada Rania.

Rania merasa kesal, karena ia tidak dapat merasakannya.

"Ayah, curang. Ayah bisa merasakannya, sedangkan aku tidak." Sungut Rania dengan kesal. Ia memanyunkan bibirnya, membuat Putra tidak dapat menahan imannya.

Putra membelai pipi Rania, kemudian belaiannya turun hingga kebagian dagu.

Putra menyentuh rahang Rania dengan lembut.

"Apakah kamu ingin mencobanya denganku?"

1
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
doubel up thor
Devan Wijaya
Ayo, cepat berikan kelanjutan cerita ini!
Mahkota Pena: siaapp kakak 👍🏻
total 1 replies
Emma
Cerita yang menarik dan bikin geregetan. Semangat terus thor!
Mahkota Pena: Terima kasih sudah mampir, Kak 😊
semoga suka dan jangan sampai ga baca kelanjutannya ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!