NovelToon NovelToon
Aku Istri Gus Zidan

Aku Istri Gus Zidan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:247.5k
Nilai: 5
Nama Author: triani

keinginannya untuk tidak masuk pesantren malah membuatnya terjebak begitu dalam dengan pesantren.

Namanya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza, anak dari seorang ustad. orang tuanya berniat mengirimnya ke pesantren milik sang kakek.

karena tidak tertarik masuk pesantren, ia memutuskan untuk kabur, tapi malah mempertemukannya dengan Gus Zidan dan membuatnya terjebak ke dalam pesantren karena sebuah pernikahan yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Pesantren Al-Hikmah

Setelah sarapan selesai, Gus Zidan pun berdiri dari duduknya membuat Aza penasaran.

"Mau ke mana?" tanya Aza kemudian.

Gus Zidan tersenyum sembari menatap Aza, memberi tahu Aza bahwa mereka akan segera meninggalkan hotel. “Kita akan pergi sekarang,” katanya sambil berjalan meninggalkan kursinya sedangkan Wahyu masih sudah meninggalkan Meraka sejak beberapa menit lalu.

Aza, yang masih merasa cemas, mendecak frustrasi. “Pergi ke mana?"

Gus Zidan menoleh kembali pada Aza, dengan kedua alis tebalnya yang hampir menyatu, "Memang harus aku beritahu sekarang?"

"Ya iya dong. Aku kan khawatir,"

"Khawatir?"

"Ya siapa tahu kamu akan membuang ku di tempat yang jauh. Bukan kah wajar, bahkan aku tidak tahu ke mana kita akan pergi.”

Gus Zidan tertawa kecil mendengar keluhan Aza. “Ah, jangan khawatir. Aku tidak akan membuang mu sembarangan."

"Memang kamu bisa dipercaya?" tanya Aza ragu.

"Lagipula, apa untungnya membuangmu, kamu bisa membersihkan rumahku, gratis. Itung-itung ngirit ongkos bersih-bersih.” ucap Gus Zidan dengan nada bercanda.

"Istttt, enak aja." Aza masih terlihat cemas, ia bahkan ragu untuk

Melihat wajah Aza yang masih tampak cemas, Gus Zidan menambahkan dengan nada bercanda, “Mungkin aku akan mempertimbangkan untuk meninggalkan mu di tengah hutan rimba. Dan akan aku persembahkan, sebagai santapan binatang buas yang kelaparan!”

Aza langsung melotot dengan ekspresi terkejut, “Jangan bercanda seperti itu! Aku sudah cukup takut tanpa perlu tambahan ketakutan.”

Gus Zidan tertawa lebar melihat reaksi Aza. kemudian berlalu begitu saja dan tidak ada pilihan bagi Aza selain mengikutinya.

"Kok balik lagi?" tanya Aza saat langkah Gus Zidan bukan menuju ke lobi hotel malah menuju ke pintu lift dengan lantai tempat mereka tinggal semalam.

Gus Zidan menoleh, "Aku ambil koper dulu."

Ya Allah, sudah aku rapikan belum ya tadi setelah aku acak-acak? Batin Aza panik, ia lupa karena terburu-buru keluar tadi hingga ia tidak ingat sudah ia rapikan kembali barang-barang Gus Zidan atau belum.

"Bagaimana kalau aku ambilkan saja, kamu pasti capek kan tidak habis pergi." usul Aza dengan cepat.

Gus Zidan mengerutkan keningnya curiga,

"Aku serius." tambah Aza lagi.

Tapi sepertinya Gus Zidan tidak mengindahkan ucapan Aza dan memilih masuk ke dalam lift saat pintu lift terbuka.

"Mau tetap di situ?" tanya Gus Zidan saat menatap Aza yang masih terpaku di tempatnya dan dengan cepat Aza menyusul masuk sebelum pintu kembali tertutup.

Bagaimana ini? batin Aza lagi hingga pintu lift kembali terbuka tepat di lantai di mana mereka bermalam. Aza terus mengikuti langkah lebar Gus Zidan, ia hanya terus berdoa semoga ka tidak lupa merapikannya kembali.

Gus Zidan mulai membuka pintu, dan matanya seketika melebar saat melihat kopernya dengan isi yang sudah berantakan di luar koper, dengan cepat ia menoleh pada Aza yang tersenyum sembari mengangkat kedua jarinya,

"Maaf, aku nggak sengaja. Tapi aku akan merapikannya."

"Kenapa tidak segera?"

Mendapat pertanyaan dari Gus Zidan, dengan cepat Aza menerobos masuk melewati tubuh tinggi Gus Zidan dan segera memasukkan barang-barang yang berserakan kembali ke dalam koper.

Sembari menunggu Aza membereskan kopernya, Gus Zidan memilih duduk di sofa sembari membuka layar datarnya memeriksa beberapa email yang masuk.

"Aku tidak mau jika bajuku tidak dilipat seperti sedia kala." ucap Gus Zidan bahkan tanpa menoleh pada Aza, membuat Aza menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap koper yang berisi tumpukan baju yang berantakan.

Yang benar saja ...., batinnya. Ia tidak bisa melakukanya dengan rapi, biasanya di rumah bahkan bajunya tidak pernah terlipat rapi seperti lemari ibunya.

Cukup lama Aza berkutat dengan baju-baju Gus Zidan, mencoba melipat Serapi mungkin karena memang sebelumnya baju-baju itu tertata begitu rapi di dalam koper.

Kryuuuuuukkkkk kryuuukkkk

Hingga suara itu memecah keheningan di kamar itu, dengan cepat Aza menoleh pada Gus Zidan yang ternyata juga menoleh padanya.

Ha ha ha

Tawa Aza pecah membuat wajah gsi Zidan memerah.

"Memang ada yang lucu?!" keluh Gus Zidan sembari meletakkan Ipad-nya di atas meja.

"Lapar ya?" tanya Aza lagi sembari menutup koper yang sudah selesai setelah perjuangan panjangnya.

"Jatah makan cacing di perutku di makan cacing kamu." ucap Gus Zidan santai,

Aza mengedarkan pandangannya, mencari-cari sesuatu hingga ia melihat sebuah botol air mineral yang teronggok diatas meja, dengan cepat ia berjalan menghampirinya, mengambilnya dan menyerahkannya pada Gus Zidan.

"Buat apa?" tanya Gus Zidan dengan kening yang berkerut.

"Buat ngisi perut."

"Bukannya kenyang malah kembung." tolak Gus Zidan.

"Dari pada Keisi angin entar, mending air. Lagi pula ya, air putih tuh baik buat kesehatan."

Dengan terpaksa Gus Zidan menerimanya, perutnya sudah kosong sejak tadi malam. Tapi Aza malah terpaku menatap tenggorokan Gus Zidan yang naik turun saat menelan air, dan Aza merasakan tenggorokannya ikut kering hingga ia kesulitan menelan salivanya sendiri.

"Sudahkan, ayo pergi." ucapan Gus Zidan berhasil membuyarkan fantasi Aza hingga ia tergagap dibuatnya.

"Ahhh, i_iya."

Dengan sedikit perasaan gugup karena telah berfantasi liar, Aza mengikuti Gus Zidan keluar dari hotel.

Wahyu sudah menunggu di depan lobby hotel bersama mobilnya, setalah Aza dan Gus Abi keluar, Wahyu dengan cepat membukakan pintu mobil untuk mereka.

Mereka meninggalkan hotel bersama, dan meskipun ketidakpastian masih membayangi, Aza mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan sikap Gus Zidan yang bersahabat, bahkan jika ada sedikit unsur lelucon di dalamnya.

Di dalam mobil, suasana terasa hening meskipun mesin kendaraan menyala lembut di belakang. Wahyu duduk di kursi depan, fokus mengemudikan mobil dengan cermat. Sementara itu, Gus Zidan dan Aza duduk di bangku belakang, tetapi tidak ada interaksi antara mereka.

Gus Zidan terlihat tenggelam dalam layar tablet yang ia bawa, tampaknya sibuk dengan pekerjaan atau urusan penting. Kadang-kadang dia menatap layar dengan serius, jari-jarinya bergerak gesit di atas layar sentuh, mengabaikan sekelilingnya.

Di sisi lain, Aza merasa sedikit canggung. Dia mencoba mengalihkan perhatian dari perasaan aneh yang mengganggu.

Kendaraan terus melaju di jalanan yang belum terlalu ramai, dan dalam kesunyian yang mengisi mobil, Aza tidak bisa menahan rasa penasaran tentang tujuan mereka dan bagaimana kelanjutan dari situasi ini. Meskipun Gus Zidan tampak sibuk dengan pekerjaannya, Aza sesekali mencuri pandang ke arah pria itu, berharap ada tanda-tanda bahwa dia akan berbicara atau memberikan informasi lebih lanjut tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah beberapa saat, Aza memutuskan untuk mencoba memecahkan kesunyian.

 “Gus Zidan, ke mana kita sebenarnya akan pergi?” tanyanya dengan hati-hati, berharap pertanyaannya tidak mengganggu konsentrasi Gus Zidan.

Gus Zidan menoleh sejenak dari layar tablet, melirik Aza dengan tatapan yang tidak bisa dia baca dengan jelas. “Tempat yang akan kita tinggali.”

Aza mencebirkan bibirnya, "Rumah atau apa?" jawaban Gus Zidan tentu tidak memberi petunjuk apapun.

Gus Zidan tersenyum tipis. “bersantailah dan nikmati perjalanan. Kita akan sampai sebentar lagi.”

"Terserah lah," lagi-lagi jawaban Gus Zidan tidak memberi petunjuk membuat Aza menyerah.

Sementara Gus Zidan kembali tenggelam dalam pekerjaannya, suasana di dalam mobil menjadi tenang kembali, dengan hanya suara mesin dan gemericik roda di jalan sebagai latar belakang perjalanan mereka.

Saat mobil berhenti di depan sebuah plang besar bertuliskan "Pondok Pesantren Al-Hikmah," Aza merasa jantungnya berdegup kencang. Plang itu mencolok dan jelas, menunjukkan bahwa mereka baru saja tiba di sebuah pesantren. Instingnya langsung bereaksi, dan tanpa berpikir panjang, ia menarik lengan Gus Zidan dengan cemas.

“Gus Zidan, apa ini? Kenapa kita di pesantren?” tanyanya dengan suara bergetar, tatapannya penuh kebingungan dan ketakutan. “Apakah kamu bermaksud meninggalkan ku di sini? Aku... aku tidak ingin tinggal di pesantren!”

Gus Zidan terkejut dengan reaksi Aza. Dia memandangnya dengan penuh perhatian, merasa tidak nyaman dengan ketegangan yang tiba-tiba muncul.

“Kenapa kamu benci sekali dengan pesantren?,” tanyanya dengan lembut, mencoba menenangkan Aza. “Pesantren bukan tempat yang buruk seperti yang kamu pikirkan, kamu tidak akan tahu bagaimana pesantren sebelum kamu tinggal di dalamnya.”

Aza merasa seolah-olah ia telah melompat dari mulut buaya hanya untuk langsung terjun ke dalam mulut macan. Perasaannya campur aduk antara panik dan bingung. “Tapi... tapi aku kabur dari paman dan ayah karena tidak ingin masuk pesantren, dan sekarang kamu malah membawa ku ke sini. Apa artinya semua ini?”

Gus Zidan sebenarnya tidak ingin memaksa Aza untuk tinggal sementara di pesantren, ia hanya sedang menyiapkan tempat tinggal untuk mereka dan selama itu ia ingin menitipkan Aza di sana. “Aku mengerti kekhawatiran mu, Mazaya Farha Kaina . Tapi pesantren ini bukan tempat kamu akan tinggal selamanya. Ini adalah tempat sementara sampai urusanku selesai, mungkin tidak sampai dua Minggu Setelah itu, kita akan pindah ke rumah kita.”

Mendengar penjelasan itu, Aza merasa sedikit lega, namun masih bingung. “Janji ya, hanya dua Minggu?”

Gus Zidan mengangguk. Aza menghela napas panjang, mencoba mengatasi ketegangan yang melanda dirinya. Meskipun ketidakpastian masih ada, dia merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar penjelasan Gus Zidan.

Dengan langkah yang sedikit ragu, Aza mengikuti Gus Zidan keluar dari mobil, berharap bahwa situasi ini akan segera menjadi lebih jelas dan bahwa segala sesuatunya akan segera membaik.

Bersambung

Happy reading

1
fee2
plong rasanya kalo bisa cerita curhat... walau gak dapat solusi di dengerin aja sudah senang rasanya....
Tri Ani: tempat curhat paling enak emang pasangan nggak bakal jadi masalah dikemudian hari
total 1 replies
ir
Aza lu bakal kaget sih, kalo tau yg ngelamar Ayah mu itu, bunda mu duluan apa lagi posisi nya juga masih sekolah 🤣🤣
ir: bener banget lebih bar bar dari pada anaknya 🤣
Tri Ani: bener banget, nggak tahu barbarnya bunda Aza
total 2 replies
fee2
kalo benar ada di dunia nyata sepertinya sempurna sekali....
Sri Murtini
Ha ...ha... klu Aza rindu lgs peluk dan cium mas gus kan sudah dpt izin biar plong🥰🥰🥲
Tri Ani: wes diajangi jembar pokok
total 1 replies
yuning
jangan terlalu dipikirkan Za
Sri Murtini
privat dari mertua ya gus...
sebaiknya praktikan walau beda usahanya,kepercayaan kunci utamanya ...ya kan?
Aisyah
bukan Bunda mu yg salah atau ayah mu za ,tapi si Imah aja yg gak mau terima kenyataan dan cinta bertepuk sebelah tangan,bahkan ayah mu dan bunda mu dah nikah aja si Imah masih sempet² nya mau ngejebak ayah mu dengan kehamilan nya yg dengan orang lain itu .
Tri Ani: bener banget
total 1 replies
ir
sebenarnya apa yg imah ceritakan sama Farah adalah kebohongan, apa imah masih ga Terima bahwa jodoh sudah di atur sama Allah, padahal ustadz Zaki udah bahagia sama Zahra, tapi dari cerita imah seolah² Zahra ini pelakor, padahal mah ustadz Zaki nikah sama Zahra sama² single, kenapa perempuan² di masa lalu ustadz Zaki ga ada yg bener² baik hidup nya,
Nafis ga jadi sama ustadz Zaki malah jadi istri kedua
ning chusna otw jadi janda korban poligami suami nya
imah gamon 🤣🤣
Tri Ani: itulah hidup, kadang sulit dipahami, tapi akan indah pada waktunya
total 1 replies
yuning
Gus Zaki, Miss you
Tri Ani: Miss you too
total 1 replies
Mama Jihan
Aku ampe nangis kak Author bacanya 🥺😔
maulana ya_manna
halah... yang slah juga si Imah nya juga.... tp gak sadar²🤦🏻‍♀️...
fee2
aq lupa kisah zahra sama imah.... yang dulu suka ustadz Zakir itu ya....
ir
lahh luka lama apa? emang Zahra ngapain, kan mereka nikah ustadz Zaki sama Imah ga punya hubungan, yg cinta kan Imah sendirian Ustadz Zaki mah ga punya perasaan meskipun Imah masuk calon istri idamannya masa itu, iklas maka hatimu akan damai
yuning
belum move on
maulana ya_manna
aku penasaran thor...
emak nya Farah siapa ya...🤔...
aku lupa🤦🏻‍♀️
maulana ya_manna
ini novel season 3... yang ku baca...
yang sebelm nya ku baca ber ulang²....
Tri Ani: terimakasih kak
total 1 replies
yuning
lanjut
fee2
tuh bener kan kyai irsyad yang dulu pengen jodohin gus zidan sama anaknya....
Sri Murtini
Alhamdulillah smg bisa istiqomah menuju Samawa
Rizal Angker
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!