Suamiku Itu Mantan Bosku
“Kamu dipecat!” teriak seorang pria dengan wajah merah padam di ruang kerja, emosinya mencapai puncak karena kesalahan fatal yang dilakukan oleh Hazel.
“Tapi, Pak, saya bersumpah saya tidak bersalah,” bela diri Hazel dengan matanya mencerminkan keputusasaan.
“Leo! Bawa dia keluar. Saya muak melihat wajahnya,” perintahnya kepada Leo sambil membalikkan tubuhnya angkuh, tanpa menyisir pandangan ke arah Hazel yang ditarik paksa oleh kedua pengawal yang dipanggil kembali oleh Leo.
“Mari, Hazel,” ujar Leo dengan tegas, mengulurkan tangannya ke arah pintu luar, Padahal Leo juga sangat menyayangkan apabila Hazel harus di pecat, karena kinerjanya cukup bagus. Bahkan hanya dia lah satu satunya sekretaris yang mampu bertahan selama satu tahun belakangan ini.
“Lepaskan! Saya bisa sendiri,” ucap Hazel dengan suara gemetar, mencoba melepaskan diri dengan susah payah dari genggaman kasar para pengawal yang menarik paksa lengannya.
Seluruh mata karyawan tertuju pada mereka, menyaksikan adegan tersebut dengan wajah
terkejut. Lila, seorang gadis di antara mereka, tersenyum puas dan melemparkan pandangan sinis pada Hazel.
Setiap langkah kaki Hazel terasa menyakitkan di tempat yang dulu menjadi rumah kedua baginya. Matanya terus menelisik setiap sudut ruangan yang pernah penuh kenangan. Namun, kini tempat itu telah berubah menjadi tempat yang menakutkan dan tak bersahabat.
Hazel yang mengemas barangnya, dihampiri oleh Ivy, seorang wanita yang langsung memeluknya erat dan menangis. “Hazel, maafkan aku, aku tidak bisa membantumu. Bahkan aku tidak mengerti bagaimana ini semua bisa terjadi,” tangis Ivy terdengar tulus, membuat beberapa karyawan ikut meneteskan air mata.
“Sudahlah, Ivy, mungkin pekerjaanku memang hanya cukup sampai di sini,” kata Hazel berusaha tegar, meskipun hatinya sangat tersayat oleh kesalahan yang tidak dia lakukan.
“Kau bohong. Ayo ikut denganku. Akan aku paksa bos angkuh itu agar tidak memecatmu sembarangan,” ajak Ivy sambil menarik paksa lengan Hazel, namun dihentikan oleh Hazel yang melepaskan genggamannya.
“Jangan, Ivy, jangan hanya karena aku, kamu juga harus merelakan jabatanmu di sini. Mencari pekerjaan itu tidak mudah, Ivy,” ujarnya dengan lembut, membuat Ivy semakin menangis tersedu.
“Tapi, jika kamu tidak ada di kantor ini, aku tidak akan sanggup.”
“Kita masih bisa bertemu di luar, jangan khawatir. Aku tidak akan memblokir nomor teleponmu itu,” kata Hazel mencoba menghibur suasana.
“Lagian, kenapa kau yang menangis seperti ini? Harusnya kan aku,” kesal Hazel, setengah mencebik.
Ivy pun terkekeh kecil, menyadari perkataan Hazel benar adanya. “Kau tahu, Hazel, kau adalah rekan terbaikku di perusahaan ini. Aku akan selalu mendoakanmu yang terbaik.”
Hazel tersenyum tulus. “Kau tidak menganggapku sahabatmu?” tanya Hazel.
“Tentu saja, selain rekan kerja terbaik, kau juga sahabat terbaikku, Hazel,” jawab Ivy lantang, pelukan mereka semakin erat. Tidak bekerja di satu perusahaan bukan berarti menjadi perpisahan di antara mereka.
“Terima kasih sudah menjadi rekan kerja terbaikku selama aku bekerja disini Ivy” katanya tersenyum tulus, menggenggam kedua tangan Ivy dengan lembut. Ivy membalas tersenyum manis.
“Sudah. Lebih baik kau membantuku untuk mengemasi barangku. Aku ingin segera menikmati liburanku dengan tidur selama mungkin tanpa ada yang mengganggu” lanjutnya.
“Huh.. keterlaluan. baiklah” ujar Ivy, dengan nafasnya yang berat.
…
Seorang wanita memasuki perusahaan dengan angkuh. Seluruh karyawan sudah sangat mengenalnya hingga turut menghormati kedatangannya, ya Wanita itu bernama Reina kekasih dari bos Lucas.
Berbeda dengan Hazel, kali ini pertama kalinya dia tidak bersikap selayaknya seorang karyawan, dia merasa bukan lagi tugasnya untuk menghormati wanita itu. Apalagi, setelah dia di pecat secara tidak hormat oleh bosnya Lucas. Selain itu, Reina juga memang tidak pernah menyukai keberadaannya, kemungkinan besar dengan dipecatnya Hazel memberikan kabar yang sangat Bahagia untuk Reina.
Reina melintasi Hazel dengan pandangan sinis, mengangkat satu alisnya dengan penuh keangkuhan. Tanpa sepatah kata pun, Reina meninggalkan Hazel, melangkah dengan penuh keyakinan menuju ruangan Lucas.
Dengan langkah mantap, Reina memasuki perusahaan, keangkuhan terpancar dari setiap gerakannya. Kehadirannya tak terlewatkan oleh seluruh karyawan, yang dengan hormat mengakui posisinya sebagai kekasih bos Lucas.
Di tengah atmosfer yang dipenuhi aura keangkuhan, Hazel, yang baru saja dipecat dengan tidak hormat oleh Lucas, memutuskan untuk tidak lagi tunduk pada norma-norma karyawan salah satunya untuk tunduk apabila Reina datang.
Rasanya, kewajibannya untuk menghormati Reina telah sirna bersamaan dengan pemecatan tak adil yang dia terima dari Lucas. Reina sendiri, selama ini tidak pernah menyukai kehadirannya, dan pemecatan Hazel mungkin membawa kabar bahagia bagi perasaannya.
Ketika pintu hendak terbuka, Lucas juga muncul, membuka pintu dengan senyum di wajahnya. Tanpa ragu, Reina langsung mencium pipi Lucas, menambahkan sentuhan kehangatan di udara yang sebelumnya terasa dingin. Detail posisi tubuh mereka menciptakan gambaran yang tajam; ciuman di pipi, senyum, dan kehangatan yang tercipta, semuanya terjadi di depan mata Hazel.
Baru saja Lucas melihat wajah Hazel dengan penuh kebencian, namun dengan cepat, kehadiran Reina membuat suasana berubah drastis, seolah-olah api pertentangan baru saja dipadamkan oleh kehadiran wanita anggun itu. Melihat adegan ini, Hazel merasa berkecamuk dalam perasaannya, menyaksikan perubahan dramatis dalam sekejap.
Bukan karena Hazel menyukai Lucas, hanya saja dia terus mengingat akan sikap Lucas yang sudah memecatnya secara tidak hormat.
Seorang pria menghampiri Hazel yang tengah mengemaskan barang yang akan dibawa nya pulang “Hazel, bukankan ini kekasihmu si John?” tanya Romy yang juga cukup dekat dengan Hazel di perusahaan, sembari mengulurkan lengannya untuk menunjukkan sebuah foto di handphone nya.
“Dari mana kamu mendapatkan foto ini Romy?” tanya Hazel serius.
Foto yang menunjukkan kemesraan seorang Wanita dan pria di sebuah bar. Wanita itu duduk tepat dipangkuan John kekasih Hazel.
Hazel yang menatap foto tersebut dengan ekspresi campur aduk antara keterkejutan dan ketidakpercayaan. Wajahnya pucat, dan matanya terpaku pada gambar yang menggambarkan keakraban antara John dan wanita lain di bar tersebut.
"Romy, dari mana asal foto ini?" tanya Hazel, mencoba untuk tetap tenang meskipun jelas terlihat bahwa dia terguncang.
Ivy yang melihat tubuh sahabatnya yang gemetar hebat, mencoba menenangkannya dengan mengusap kedua pundaknya “Tenanglah sedikit Hazel”
Romy menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu, Hazel. Aku hanya melihat mereka secara kebetulan di bar tadi malam dan mengambil foto ini."
“Sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu akan hal ini, tapi aku tau kalau kamu adalah wanita yang baik sekaligus teman dekatku. Jika aku biarkan, aku tidak tega melihat teman baikku di hianati seperti ini”
“Tapi kamu justru membuatnya semakin terluka Romy! Hazel itu baru saja di pecat dan kamu memberikan informasi sampah seperti ini? Hah!” ucap Ivy kesal dengan nada cukup tinggi.
Hazel menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. "Cukup Ivy, aku tidak apa. Aku rasa aku perlu bicara dengan John," ucapnya dengan suara tegas.
Romy mengangguk, "Aku harap kamu bisa menyelesaikan ini dengan baik, Hazel. Aku hanya ingin membantu. Maafkan aku"
“Tidak Romy, justru aku berterima kasih atas informasi yang kamu berikan. Daripada semakin sakit, lebih baik biarlah diselesaikan saat ini juga” kata Hazel dengan wajah tampak menyedihkan.
Hazel ingin meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat, hatinya berdebar keras. Dia merasa seperti dunianya runtuh. Begitu nanti tiba dirumah, dia akan segera menghubungi John, kini pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan dan kekhawatiran tentang hubungannya dengan John.
“Aku antar kamu sampai rumah ya Hazel” kata Ivy tak tega melihat kondisi Hazel.
Hazel terkejut, lantaran tak ada seorang pun yang tahu tepat rumahnya, karena dia selalu menyembunyikannya dengan hati-hati. Hazel tidak ingin siapa pun mengetahui, termasuk Ivy. Dia tidak ingin membuat Ivy kecewa atau berpikir buruk tentang dirinya.
"Tidak perlu, Ivy. Aku sudah memesan taksi online, sepertinya cukup muat karena ternyata barangku tidak begitu banyak," ucap Hazel dengan senyum canggung.
“Baiklah, kalau begitu segera kemas. Ayo Rom, bantu Hazel juga dong, jangan hanya melihat saja.” Ketus Ivy pada Romy.
“Iya, iya…” jawab Romy malas berdebat dengan Ivy. Entah bagaimana mereka jadinya jika tanpa Hazel. Kehadirannya seperti perekat yang membuat mereka saling membutuhkan.
“Ivy, terima kasih ya sudah membantuku” ucap Hazel tulus sembari memeluk Ivy.
“Kau tidak ingin memelukku juga, Hazel?” tanya Romy.
“Terima kasih juga, Romy.” Hazel pun tersenyum dan memeluk Romy.
Seorang pria menatap sinis penuh kebencian saat keluar dari gedung perusahaan menuju restoran bintang 5. “Ck.. menjijikan,” desis Lucas kesal. Melihat Hazel dengan mudahnya memeluk Romy, membuatnya merendahkan gadis itu. Entah mengapa pria itu sangat membenci Hazel, tidak ada yang tahu.
“Ada apa, sayang?” Tanya Reina kekasih Lucas dengan tangan yang memeluk erat lengan pria itu.
“Tidak ada, sayang,” ujar Lucas sambil mengelus lengan Reina yang sangat halus.
“Kalian harus biasakan akrab ya. Lanjutkan pekerjaan kita, kalian harus tetap menjadi tim yang terbaik. Oke?” pinta Hazel.
Setelah mendengar permintaan dari Hazel, keduanya saling berpandangan. Membuat jantung keduanya berdegup kencang.
“Ehm,” Hazel tersengguk. Keduanya sontak terkejut. Romy menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan Ivy terkekeh kecil tersipu malu, mencetak bekas merah merona di pipinya.
“Awas loh, nanti beneran suka.” ancam Hazel, sambil tersenyum misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Henny Aprilaz
mampir thor
2024-11-11
1
🙈🙉🙊
Cobaan apalagi ini.....
2024-10-06
2
Fauzi Septian
iya lagian reinanya juga jahat buat apa hormat 🤣
2024-09-30
1