Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resign
Ting...
"Ci? Kak Nina tunggu di depan ya"
Cia segera memakai sepatunya setelah menerima pesan dari Nina. Cia berlari saat melihat Nina berdiri di depan rumahnya tanpa sepeda.
"Kita jalan kaki ya Ci? Ngeliat kamu jalan kaki bareng Chandra kok jadi kakak juga pengin tau, kayaknya seru" ucap Nina dengan nada menggoda.
"kakak nggak liat Sandra selalu di belakang kita?" tanya Cia dengan wajah kesalnya kalau ingat Sandra. Mereka melangkahkan kaki beriringan dengan obrolan yang sama.
"itu yang membuat seru Ci, kamu dan Chandra yang tampak manis, dan Sandra yang berwajah merah seperti cabe" senyum geli Nina tercetak di wajahnya karena ingat Cia, Chandra dan Sandra.
"apa sih yang membuat Sandra sangat menyukai mas Chandra?" Cia sangat heran dengan obsesi Sandra yang ingin mendapatkan Chandra. Memang benar Chandra tampan tapi kan pasti ada alasan lain juga.
"kayaknya karena Chandra kaya deh, tampan juga" Nina menjawab dengan asal.
"emang mas Chandra beneran kaya ya kak?" Cia bertanya dengan antusias.
"kan kakak udah pernah bilang, kamu tanya Chandra aja, soalnya kakak juga penasaran Ci" Nina menjawab dengan senyum di wajahnya.
"Kalau aku kaya emang kamu mau sama aku Ci?" suara Chandra yang tiba-tiba membuat Cia kaget.
"Coba kamu tanya langsung Ci! Orangnya ada di sini tuh" Nina semakin menggoda Cia, diaa tau jika Chandra berjalan di belakang mereka sedari tadi. Cia hanya terdiam karena malu, dia seperti cewek mata duitan.
"gimana Ci? Mau nggak sama mas kalau mas kaya?" Chandra mengulang pertanyaannya.
"Boleh sih kalau emang mas Chandra kaya" Cia menjawab dengan asal, sudah pasti Chandra juga tidak serius.
"yaudah, mulai hari ini kita pacaran ya?" Chandra meyakinkan dengan nada menggoda.
"nggak mau, aku masih belum mempersiapkan diri untuk berperang melawan Sandra. Aku harus memanggil pasukanku dulu" jawaban Cia mulai ke mana-mana.
"emang kamu punya pasukan? Di mana?" tanya Nina yang mengira Cia sudah punya banyak teman di sini. Chandra menunggu jawaban Cia, karena dia pasti akan mendengar jawaban anehnya lagi.
"ada kok kak, tuan Duke dan Sword master di dunia dua dimensi milik Cia. Ada banyak ini, kalau kakak penasaran nanti Cia kasih lihat" ucap Cia dengan sungguh-sungguh.
Chandra dan Nina hanya menghela nafas mendengar jawaban Cia. Nina sudah salah karena percaya dengan ucapan Cia yang suka belok ke mana-mana, sedangkan Chandra biasa aja karena sudah menduga jawaban Cia akan seperti apa. Chandra tiba-tiba berlari mendahului Nina dan Cia tanpa mengatakan apapun.
"Kenapa dia kak?" Cia bertanya karena heran Chandra langsung ngebut begitu larinya. Nina hanya menjawab dengan gelengan kepala, tapi matanya fokus melihat mobil di depan Restoran yang masih beberapa meter di depan mereka.
"Ci, Aku punya pacar baru" bisik Riko yang tiba-tiba sudah berada di samping Cia.
"Riko kebiasaan banget sih, kalau mau ngomong bilang-bilang dulu gitu" omel Cia karena kaget dengan keberadaan Riko yang tidak bersuara.
"sama aja Ci, ujungnya juga lo yang kaget, lo gak mau tau apa pacar baruku siapa?" tanya Riko lagi.
"yang waktu itu pernah kamu ceritain kan? Atau jangan-jangan Sandra?" ucap Cia yang segera menolehkan kepalanya untuk menatap Riko.
"nih anak mulutnya, ucapan adalah do'a Ci, coba kalau ngomong yang baik-baik deh" Riko kesal sendiri dengan Cia yang tidak penasaran dengan pacar barunya.
Cia menarik telinga Riko untuk lebih mendekati bibirnya.
"kamu tau Rik? Yang jadi istrinya mas Chandra nanti aku" bisik Cia di telinga Riko.
"Oh, gue aduin kamu ke mas Chandra Ci" Riko mengatakannya dengan berlari ke arah Chandra yang sedang sibuk membuat minuman.
"Woy Rik?" panggil Cia dengan kepalan tangan mengarah ke Riko.
Riko hanya tertawa dan mengubah arah langkah kakinya mendekati Nina, Riko hanya menggodanya. Cia berdiri dengan Tasya di sebelahnya, dia salah satu karyawan yang masuk bersamanya. Gadis muda dan polos kalau kata Cia.
"Damai sekali kalau tidak ada Sandra" Cia berguman pelan dengan bibir yang selalu tersenyum.
"sama kita kak, kalau di shift pagi ada kak Sandra, di shift malam ada kak Mita" saut Tasya yang mendengar ucapan Cia.
"Siapa lagi Mita?" Cia sudah menghela nafas karena ada lagi orang yang sama dengan Sandra. Jangan sampai dia juga naksir Chandra, bisa pusing Cia nanti. Satu aja belum di beresin masa udah mau ada lagi yang bakalan mengganggu hidupnya.
"perempuan yang di samping Tasya waktu baru masuk itu loh kak, yang judes" ucap Tasya mengingatkan Cia pada pertemuan pertama mereka.
"apa dia juga naksir sama mas Chandra?" tanya Cia memastikan.
Cia langsung menghela nafas berat saat melihat Tasya menganggukan kepalanya. Jangan sampai dia dapat shift yang sama dengan Mita, lebih baik Sandra aja biar sekalian membereskannya nanti.
Tasya dan Cia berpisah saat ada beberapa tamu yang masuk untuk makan siang. Tak berbeda jauh, Nina dan Riko juga sama sibuknya karena banyaknya orang yang datang. Mungkin karena hari minggu, hari libur jadi orang yang datang lebih banyak.
Hiks.. Hiks..
Cia berjalan pelan ke asal suara isak tangis yang samar dari dalam kamar mandi. Niat Cia sebelumnya mencari Tasya yang pamit ke kamar mandi tapi tak kunjung kembali.
Tok.. Tok..
"Tasya?" panggil Cia pelan setelah mengetuk pintu.
Tasya keluar dengan mata yang merah, jejak air matanya masih terlihat jelas.
"hey, kamu kenapa?" tanya Cia pelan. Tangan kanannya mengelus pundak Tasya yang sudah mulai tenang.
"Tadi ada Mita makan sama temannya kak, terus temannya marah-marah sama Tasya padahal kan Tasya tidak melakukan apapun. Dia bilang makannya terlalu pedas sampai nggak bisa di makan, padahal kan yang masak buka Tasya" Tasya menjelaskannya dengan air mata yang mulai jatuh lagi.
"udah-udah, kamu harus kuat dengan segala omongan pelanggan. Apalagi kamu nggak salah jadi bela dirimu sendiri, katakan apapun yang ingin kamu katakan dengan nada sopan dan ramah. Kalau dia masih marah-marah kamu bisa lapor pada kak Nina atau yang lebih senior agar mereka yang menangani. Kamu pernah biki masalah sama Mita?" Cia menjelaskannya dengan pelan dan bertanya mengenai hubungannya dengan Mita.
"mungkin karena Kak Chandra pernah membantu Tasya beberapa kali, tapi kak Chandra bilang saat melihatku dia ingat adiknya. Lagi pula Tasya tidak menyukainya" ucap Tasya dengan sungguh-sungguh.
"yaudah kita balik dulu. Waktu istirahat kamu sudah habis kamu buang untuk menangis. Mulai sekarang jangan takut apapun jika kamu tidak salah, lawan aja. Belajar berani ok?" Cia merangkul Tasya untuk kembali ke tempat mereka seharusnya berada.
"Hidup kok muternya cuman sebatas Chandra sama Sandra ini kenapa sih? Padahal dunia ini luas loh katanya." bisik Cia kesal.
Cia melihat Mita dan Sandra saat jam kerjanya akan segera habis. Mereka ternyata sama persisi seperti adik kakak, hanya saja Mita tak secantik dan se sexy Sandra.
"Lihat apa kamu?" Tanya Nina saat melihat Cia yang berdiam diri menatap Sandra dan karyawan lain.
"mereka sama ya kak? Sama-sama gila" tanya sendiri, jawab sendiri. Cia emang bener-bener.
"kamu udah tau kelakuan mereka berdua sama? Orang yang di sukai juga sama? Haha" tanya Nina yang di akhiri tawa saat mereka berjalan keluar dari lingkungan Restoran.
"kesal kali loh aku sama mereka. Kok ada manusia macam mereka?" Cia semakin kesal.
"Logatmu udah beda kali loh" suara Chandra lagi-lagi membuat Cia kaget.
"kenapa para pria ini nggak ada suaranya seperti makhluk halus sih?" sudah kesal makin kesal lah Cia.
"lah, ini mas sudah bersuara loh Ci" Chandra berjalan di samping kanan Cia yang berjalan dengan menghentakkan kakinya di lantai beberapa kali.
"kenapa adekmu ini Nin? Marah-marah terus tiap hari" Chandra menatap Nina yang berada di samping kiri Cia.
"Biasa, musuhnya nambah Chan. Jadi dia emang harus manggil sword master dari dua dimensi deh" Nian mulai menggoda Cia.
"ah, jangan lupakan Duke nya Nin, dia juga harus di panggil. Lawannya kuat ini" Chandra ikut menggoda.
"nggak jadi panggil mereka, kayaknya lebih mudah manggil mas Chandra sama kak Nina deh" ucap Cia dengan senyum di wajahnya.
"Nah, ini baru pemikiran yang bener. Kepala kecilnya sudah berfungsi dengan baik ternyata. Tapi kamu hanya bisa mengandalkan mas deh untuk ke depannya Ci" sombong Chandra.
"Kok bisa? Emang kenapa?" tanya Cia heran.
"Kak Nina mulai besok sudah nggak bekerja lagi Ci" ucap Nina yang membuat Cia memalingkan wajahnya ke arah Nina dengan kaget.
"kakak kok tiba-tiba keluar? Kok nggak bilang?" mata Cia sudah berkaca kaca .
"uluh-uluh adikku yang manis. lagian kamu masih bisa melihat kakak setiap hari di rumah Ibu. Mas Rudi yang nyuruh resign agar bisa merawat Karamel dengan maksimal, kasian Ibu juga kalau jagain Karamel yang udah aktif banget Ci" penjelasan Nina mampu menghentikan tangisan Cia.
"Iya sih, aku setuju sama mas Rudi, aku aja kalau lihat Karamel rasanya pingin bolos kerja dan main sama Karamel di rumah saja. Ah gemasnya" Cia kembali ceria hanya dengan mengingat Karamel.
Chandra tersenyum melihat ekspresi Cia yang nampak senang.
"anakmu emang lucu Nin, nggak boleh gitu gue bawa pulang?" tanya Chandra.
"enak aja, nikah Chan, bikin sendiri. Punya pasangan itu enak, gak enaknya pas ada masalah aja itu" Ucap Nina.
Cia sudah akan berlari saat mendengar ucapan Nina, tapi Chandra menahan kera kemeja yang di pakainya.
"Dengerin Ci, punya mainan hidup sendiri itu enak. Kata kamu kan nggak ada ruginya kalau sama aku, udah tampan, tinggi, kaya. Kurang apalagi?" tanya Chandra menggoda Cia.
"mas Chandra kurang serius, tapi kalau serius Cia takut. Gimana dong?" tanya Cia, dia melihat Chandra dengan wajah polosnya.
"kalian selesaikan masalah kalian, Karamel udah nunggu kakak. Bye" pamit Nina yang segera berjalan cepat meninggalkan kedua orang yang berbicara di depan pagar rumah bu Ida.
"yakin masih takut kalau yang serius itu aku?" tanya Chandra.
"Sekalipun Oh Sehun, kalau datangnya nawarin keseriusan aku pasti takut mas. Jadi mari kita selesaikan masalah Sandra dan Mita dulu ok? Soalnya akar masalah ini ada di mas Chandra" kata Cia.
"kok jadi mas yang salah Ci? Kan mereka yang suka duluan, aku nggak nyuruh mereka buat suka sama mas loh" Chandra tidak mau di salahkan karena memang tidak salah.
"ya masak aku yang salah mas? Kan aku nggak ngapa-ngapain" bela Cia yang juga merasa tidak bersalah.
"Salah karena kamu sudah membuatku suka sama kamu" Chandra langsung mengatakan isi hatinya.
"apasih yang mas suka dari aku?" tanya Cia tapi tanpa mendengar jawaban Chandra, dia sudah berlari ke arah bangunan kosnya.
"Luka seperti apa sih yang kamu simpan dalam tubuh kecilmu itu Ci?" gumam Chandra sebelum berbalik untuk kembali ka kosnya. Chandra segera mengendari mobilnya keluar tanpa masuk ke dalam kamarnya dulu.
"iya, ini abang udah di jalan" ucap Chandra sebelum mematikan telfon yang barus saja dia terima.
.
.
...****************...