Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perusahaan
Perusahaan Harun adalah perusahaan yang di rintis oleh kakek Andin sejak masa kuliah. Perusahaan yang telah meraksasa itu akhirnya di serahkan kepada Rian sementara untuk di pimpin mengingat Ashraf ayah Andin tidak menginginkan dirinya sebagai pewaris tunggal perusahaan.
"Rian kamu sudah murni tidak ingin bermain menjadi aktor lagi?" tanya Aslan sahabat Rian yang kini duduk di sebuah sofa.
"Aku sudah menikah bro... Aku punya tanggung jawab besar" ujar Rian yang kini duduk di sofa berhadapan dengan Aslan.
"Aku tahu itu, tapi kamu tidak pernah berpikir untuk selingkuhkan?" tanya Aslan dengan mata menyipit.
"hahaha aku tidak yakin bro" ujar Rian sambil tersenyum.
"Bro... Aku belum bertemu dengan istrimu. Kemarin aku sakit perut mungkin kebanyakan makan seblak kali ya jadi melewati acara pernikahan loh deh.... Oh ya... Lo pasti sudah belah duren kan?" tanya Aslan menyelidik.
"Gila... Pikiran loh keselangkangan terus!" Rian kini mengeluarkan ponselnya yang bergetar di saku celananya.
"Siapa bro?" tanya Aslan yang penasaran karena Rian tidak mengangkat panggilan di ponselnya.
"Ara" ucap Rian sendu.
"Kenapa gak di angkat saja Bro!" tanya Aslan
"Aku belum siap Lan... Aku tahu dia pasti mengetahui kalau aku sudah menikah" ujar Rian yang yakin Ara merasa menyesal akan keputusannya.
"Trus Lo mau sampai kapan menghindar dari dia? Loh pikirin juga perasaan gadis yang loh belah duren semalam!" ucap Aslan yang langsung di hujani tatapan tajam kepada Rian.
"Apa jangan-jangan Lo melewati malam pertama kalian?" ucap Aslan dengan wajah keterkejutannya.
Rian membiarkan sahabatnya itu berfantasi sendiri. Rian lebih memilih berpikir sendiri tentang cara menghadapi Ara nanti.
"Ya... sorry Ri... Kalau loh belum bisa belah duren gwe pikir loh harus kerumah sakit deh... Pasti Perkutut Lo bermasalah" ujar Aslan sambil tertawa lantang.
"Maksud Lo? Gue impoten? Gwe sudah buat dia kelelahan semalam tahu!" ucap Rian bangga karena dirinya mampu membuat Andin tidak berdaya di atas kasur.
"O... Berarti semalam Lo sudah belah duren ya? Enak gak Ri... Terus istri loh masih perawan atau sudah jebol?" tanya Aslan langsung dilempar bantal sofa.
"Bukan urusan Lo" ujar Rian yang masih menatap ponselnya yang masih berdering.
"Hahaha gwe tahu Lo baru lepas perawannya dia kan? Enak gak? Katanya rasa perawan lebih enak di banding rasa yang sudah jebol" ujar Aslan dengan mata menyipit.
"Terserah Lo mau ngomong apa!" ujar Rian lalu pergi ke arah kursi kebesarannya.
"hahaha wajah Lo bisa semerah itu ketika bicara tentang ranjang, Coba Lo lihat di kaca" tawa Aslan melihat wajah Rian yang memerah karena malu atau terbayang akan ke ganasan nya semalam di atas ranjang.
"Lo bagaimana? Sudah berjumpa wanita yang loh sukai belum?" tanya Arya sambil membuka beberapa berkas di atas mejanya.
"Belum bro... Kalau gwe sudah ketemu gwe kasih tahu Lo yang pertama. Oh ya gue permisi dulu ya... Gue mau ke temu produser" ujar Aslan lalu pergi meninggalkan ruangan Rian.
Rian tahu sahabatnya itu jika di tanya pasangan hidup pasti langsung menghindar. Rian kembali melanjutkan pekerjaannya.
Aslan yang kini keluar dari lift tidak sengaja menabrak Andin yang baru saja keluar dari ruangan HRD.
"Maaf" ucap Aslan yang kini tengah menangkap tubuh Andin yang hampir terjatuh karena di tabrak tubuh kekarnya.
Andin dengan cepat membenarkan posisi berdirinya agar terlepas dari pelukan Aslan.
"Maaf... Aku lagi melamun tadi" ucap Andin yang terdengar lembut di telinga Aslan.
'Cantik sekali' Batin Aslan
"Kenalkan Aku Aslan, Aktor yang kerja sama di perusahaan ini. Aku tebak kamu pegawai baru ya?" Aslan berinisiatif untuk berkenalan dengan Andin.
"Aku Andin. Aku baru di terima hari ini kak" ucap Andin sambil tersenyum.
"Mungkin kita berjodoh" ucap Aslan pelan namun tetap terdengar di telinga Andin.
"Kakak ngomong apa ?" tanya Andin.
"Tidak ada" ucap Aslan.
"Ya sudah aku permisi ya kak" ucap Andin yang berjalan mendahului Aslan.
Aslan yang terkesima dengan kecantikan Andin hanya bisa diam di tempat lalu tersadar kembali di kala Andin telah menghilang dari hadapannya.
"Adu kemana dia? Kenapa cepat sekali menghilang" ucap Aslan kesal setelah mengejar Andin namun tidak ia temukan.
Aslan kembali berjalan menuju parkiran mobilnya lalu menyalakannya dan menghilang di jalan raya.
Sedangkan Andin kini berada di kantin perusahaan karena perutnya terasa perih meminta untuk di isi.
Kondisi kantin yang sepi karena belum masuk jam makan siang membuat Andin lega. Pasalnya dia tidak perlu menyapa karyawan-karyawan yang matanya tertuju padanya.
Andin memesan somay makanan favoritenya. Andin mengambil ponselnya yang ada di dalam tas.
'Aku lupa minta izin ke dia. Bagaimana juga aku ini seorang istri, tidak baik kalau aku tidak minta izin ke dia. Tapi aku tidak punya nomor ponselnya' batin Andin menatap ponselnya.
"Terserahlah... Aku yakin dia tidak terlalu peduli" Andin bermonolog.
Selesai makan Andin pergi meninggalkan perusahaan itu. Andini menghubungi sahabatnya Revi.
"Vi... Kamu dimana?" tanya Andin ketika berada di dalam mobil taksi online.
"Aku masih di toko" ucap Revi.
"Aku ke toko ya" ucap Anind lansung mengarahkan supir online ke toko kue Cake Mom.
Sesampainya di toko kue Cake Mom Andini di sambut oleh Revi sang pemilik toko dengan ramah.
"Sudah lama kamu tidak kesini" ucap Revi sambil menggandeng Andin ke ruangannya.
"Aku sudah menikah Vi" ucap Andin.
"Apa? Aku tidak salah dengarkan" tanya Revi. Pasalnya Revi tidak di undang dalam acara pernikahan yang tertutup itu.
"Dengan siapa Andin?" tanya Revi dengan wajah serius.
"Aku tidak jadi masalah jika kamu tidak mengundangku tapi aku mohon kepadamu jangan kamu katakan kamu menikah karena terpaksa!" tebak Revi membaca ekspresi Andin yang ia kenal sejak kecil.
"Aku terpaksa menikah dengannya Vi... Aku..." ucap Andin sambil menundukan kepalanya.
"Karena apa Andin? Siapa lelaki itu? Kamu tidak terlibat masalah dengan lintah darat, bukan?" tanya Revi dengan wajah serius.
"Aku cuma ingin punya keluarga Vi... Aku bertemu dengan kakekku. Dia meminta aku menikahi cucu dari kakaknya. Aku tidak bisa menolak Vi. Aku kasihan melihat kakekku dirinya sudah tua dan keluarga yang tersisa hanya dia, jadi aku terima" ucap Andin menundukan kepalanya.
"Trus kamu bahagia dengan dia?" tanya Revi yang menduga Andin menyesal akan keputusan dirinya untuk menikahi lelaki itu.
"Aku tidak tahu apa kebahagiaan itu akan datang atau terus begini" ucap Andin.
"Kamu sudah melepas kesucianmu dengan dia?" tanya Revi menyelidik.
Andin hanya mampu menunduk dan mengangguk meng iyakan untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu, dengan mata yang masih mampu membendung air didalamnya.
"Ya tuhan... Andin... sebagai pengatin semestinya kamu sedang bersama suamimu menikmati kebahagiaan" ucap Revi.
"Apa jangan-jangan kamu menyesal sudah melakukannya?" tanya Revi penuh selidik, dan di iya kan langsung oleh Andin dengan menganggukan kepalanya.
"Dia mengatakan perbuatan kami semalam adalah kecelakaan" ucap Andin akhirnya mengeluarkan air mata yang dari tadi ditahannya.
"Ya tuhan Andin" ucap Revi sambil memeluk Andin.
"Itu lelaki benar-benar kurang ajar" umpat Revi kesal dengan prilaku Rian terhadap Andin.