Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.
Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.
Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gerald & Anastasya 8
Anastasya melihat Gerald yang terus mengelus tangan nya guna menenangkan nya dan itu semakin berefek dan membuat nya semakin tenang dan berani untuk mengingat kembali masa lalu nya yang kelam.
"Kau ingat aku terlalu sulit untuk membuka hati kepada seseorang, termasuk dirimu bukan.?" Tanya Anastasya menatap Gerald yang kini memusatkan atensi nya hanya kepada nya.
"Ya kau begitu sulit untuk ku dekati, aku harus berusaha satu tahun untuk membuktikan itu." Ingat Gerald kala dirinya berjuang untuk mendekati Anastasya yang telah memikat nya sedari mereka high school tingkat akhir.
"Aku memiliki mantan yang sangat abusive sebelum nya hingga aku takut untuk memiliki hubungan kembali."
"Ya saat itu saat yang paling membuat ku trauma Ann... kala melihat kau melukai dirimu sendiri. Dan aku mengetahui penyebab nya hingga membuatku ingin semakin melindungi mu." Ujar Gerald tanpa sadar sedikit mengeratkan genggaman nya pada Anastasya.
"Saat itu orang tua ku pun telah mengetahui bahwa mantan ku lah yang telah membuat ku sampai seperti itu. Trauma itu terus menghantui ku walaupun aku tahu dia telah mendapatkan hukuman nya. Dia di penjara sesuai yang orang tua ku inginkan."
"Setelah itu aku menjalani serangkaian pengobatan untuk penyembuhan trauma ku. Aku sangat berterima kasih kau selalu di sampingku kala itu." Senyum Anastasya kearah Gerald.
"Namun aku tidak tahu bahwa mantan ku itu telah bebas kala kau melanjutkan pendidikan S2 mu di luar negeri."
"Apa.?" Sentak Gerald saat baru mengetahui bahwa mantan Anastasya telah bebas.
"Ya aku juga tidak menyangka ternyata dia menyuap agar hukuman nya di percepat. Ku kira hidup ku telah bahagia, aku memilikimu yang sangat mencintai ku... Orang tua ku yang selalu mensupport ku kala aku terpuruk. Tapi sayang nya aku terlalu lengah Gerald." Suara Anastasya bergetar mengingat pertemuan kembali dirinya dengan 'mantan' nya.
Anastasya berusaha menetralkan suara nya.
"Dia kembali menemui ku dia adalah Leon orang yang ada dalam foto itu... dia datang untuk membalas kan dendam nya karena telah membuat nya dipenjara. Dia membawa ku setiap seminggu sekali memaksaku untuk mengikuti nya dan-"
Ucapan Anastasya terhenti. Gerald melihat kesakitan dan ketakutan yang teramat dalam di mata Anastasya.
"-Dia mengancam untuk membunuh mu dan orang tua ku jika aku melaporkan nya kembali. Dia...tidak hanya menyiksa fisik dan mental ku seperti saat kita berpacaran dulu. Tapi dia telah merenggut hal paling berharga dalam hidup ku Gerald, aku telah ternoda oleh nya." Ucap Anastasya tersendat. Tangis nya pecah saat harus menceritakan aib nya. Perasaan hina itu sangat menghantui nya membuat nya terbelenggu dan tersiksa selama ini.
Gerald tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Mengepalkan kedua tangan nya erat mata nya memerah dengan segala emosi yang ia rasakan saat ini. Amarah,frustasi,sakit dan yang paling mendominasi adalah rasa bersalah nya yang besar terhadap Anastasya. Dirinya telah berjanji akan melindungi Anastasya namun Anastasya kembali mengalami hal buruk itu.
Gerald langsung membawa Anastasya kepelukan nya. Memeluk nya dengan erat "maafkan aku sayang, maaf aku tidak bisa menjaga mu dengan baik. Aku sangat menyesal Ann.." Tangis Gerald pun sudah tak terbendung dia menyerukan kepala nya ke leher Anastasya memperdalam pelukan nya.
Mereka menangis bersama meluapkan seluruh perasaan mereka lewat pelukan yang saling menguatkan satu sama lain. Anastasya kini sadar bahwa Gerald nya se tulus itu padanya. Gerald tidak menghakimi nya setelah mendengar semua nya. Anastasya amat sangat bersyukur tuhan mengirimkan sosok yang begitu peduli kepada nya, menyayangi nya dan mencintai nya dengan tulus.
"Lalu makam siapa yang selalu kau kunjungi disana.?" Tanya Gerald menatap Anastasya dari dekat mengusap air mata Anastasya dengan lembut tanpa melepas pelukan mereka.
"Itu... adalah makam anak ku. Aku pergi ke luar negeri karena mengetahui aku sedang mengandung Gerald. Aku takut.. aku takut orang tua ku kecewa, aku takut kau membenci ku dari pada aku harus melihat kalian yang seperti itu lebih baik aku pergi dan membesarkan anak ku sendiri." Gerald tidak habis pikir dengan jalan pikiran Anastasya apakah perlakuan nya selama ini belum cukup untuk membuktikan bahwa dirinya amat mencintai nya.
"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu. Kau membuat kita semua khawatir dengan sikap mu selama ini. Kami menghargai semua keputusan mu Ann.. kami mempercayai mu. Apa kau tidak mempercayaiku dan orang tua mu.?" Ucap Gerald terlihat kekecewaan dalam mata nya karena pemikiran Anastasya.
"Bukan seperti itu.. aku sangat mempercayai kalian tapi aku terlalu kalut dan keadaan saat itu sangat menekan ku. Terlebih Leon yang terus menerus menerorku. Aku bingung harus apa sehingga aku melakukan tindakan impulsif seperti itu."
"Maaf.. maafkan aku.. aku benar-benar tidak kuat, setelah aku pindah pun Leon tetap mengetahui lokasi ku hingga menyusul ku kesana." Anastasya mengeratkan pelukan nya pada Gerald.
"Dia terus memanfaatkan keadaan ku yang tidak berdaya. Dia tidak peduli juga meski aku memberitahu nya bahwa aku tengah mengandung anak nya. Dia.. dia tidak peduli dia terus menyiksaku." Tangis Anastasya kembali pecah rasa panik nya kembali timbul dirinya takut jika Leon tiba-tiba akan kembali menemui nya walaupun dirinya juga tahu bahwa Leon telah meninggal.
"Shhtt.. shhh ... tenang sayang tarik napas buang... lihat it's me not him, jangan menyembunyikan apapun lagi dari ku oke." Gerald memaksa Ann untuk menatap nya memfokuskan kembali Anastasya yang kembali dilanda gelisah dan mulai hilang fokus.
Anastasya berusaha mengikuti perkataan Gerald dirinya mencoba mengatur napas nya dan menenangkan pikiran nya.
"Lalu apa yang terjadi dengan anakmu.?" dengan berat hati Gerald menanyakan ini. Dirinya terkesan memaksa Anastasya tapi menurut nya ini adalah yang terbaik. Anastasya sudah terlalu lama memendam kesakitan nya tanpa seorang pun di samping nya.
Anastasya tidak langsung menjawab pertanyaan Gerald karena ini lah trauma terbesar nya. Dirinya kehilangan darah daging nya janin yang telah bersama nya walau hanya beberapa minggu.
"Aku... aku kecelakaan saat itu saat bersama Leon." Lirih Anastasya.
"Leon meninggal di tempat, sementara aku segera di bawa ke rumah sakit. Saat itu hp ku mati sehingga itu lah alasan kenapa orang tua ku tidak mengetahui tentang kecelakaan ku."
"Saat aku sadar aku telah berada di rumah sakit dan dokter memberitahuku bahwa janin ku tidak selamat. Saat itu aku tidak tahu apa yang kurasakan semua nya terasa kosong dan hampa."
"Dan dokter juga memberitahu ku bahwa Leon telah meninggal dunia dan mereka meminta ku untuk menghubungi keluarga nya. Namun aku hanya mengetahui paman nya saja dan aku pun mencoba menghubungi paman Leon." Ucap Anastasya.
"Apa perut mu baik-baik saja sampai saat ini.?" Tanya Gerald menyentuh perut Anastasya raut khawatir terpatri jelas di wajah nya. Anastasya tersenyum tipis melihat perhatian Gerald padanya.
"Ya dokter telah mengangkat janin ku dan aku telah dinyatakan sembuh setelah di rawat beberapa hari disana." Ucap Anastasya mengusap surai lembut Gerald. Mencoba memberitahu bahwa keadaan fisik nya telah baik-baik saja.
"Apa masih ada yang ingin kau ungkap kan pada ku.?" Tanya Gerald menatap mata emerald Anastasya dengan sorot mata serius.
Anastasya hanya menggeleng pelan.
"Baiklah, sekarang giliran ku oke."
"Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku akan selalu ada di samping mu Ann.. menggenggam tangan mu dengan erat, tidak peduli apa pun yang terjadi kepada kita nanti aku hanya minta kau selalu bersamaku dan tidak melepas kan genggaman ku, hanya itu. apa kau bisa memenuhi nya.?" Lanjut Gerald dengan penuh kesungguhan.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi sayang."
"Aku hanya merasa tidak pantas bersama denganmu, kau bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari ku." Ucap Anastasya menatap atensi yang tengan melihat nya dengan tatapan sendu.
"Apa kau sudah tidak menyayangi ku.?" Tanya Gerald.
"Bukan itu, aku... entahlah aku hanya merasa tidak pantas saja. Kau sudah mendengar cerita ku, aku bukan wanita sempurna lagi. Aku telah ternoda Gerald. Apa kau menerimaku dengan semua keadaan ku. Dengan mental ku yang hancur dan kehormataan ku yang sudah tidak sempurna sebagai seorang wanita.?" Tanya Anastasya menggebu mencoba mengingatkan Gerald tentang kondisi nya sekarang. Dirinya tidak mau egois. Anastasya tidak akan menahan Gerald bersama nya terlebih saat tahu keadaan nya.
"Apa aku harus berkekurangan dulu agar kau merasa percaya diri bersanding denganku.?"
"Tidak.!" Jerit Anastasya kaget mendengar penuturan Gerald padanya.
"Lalu bagaimana agar kau mau menerima ku lagi Ann.. kau tahu di dunia ini tidak ada yang sempurna sayang, aku pun memiliki kekurangan semua orang memiliki kekurangan tapi hidup tetap berjalan tinggal bagaimana kita mengatasi dan menerima nya."
Anastasya terdiam merenungi segala nya. Dengan masih menatap nya Anastasya berusaha menguasai perasaan nya. Gerald terlalu terang terangan akan perasaan nya terhadap Anastasya. Semua seakan terpancar dalam binar mata nya yang terlihat sungguh-sungguh dan tulus. Dan Anastasya tidak bisa menahan perasaan nya kembali hati nya tidak bisa membohongi kalau dirinya masih sangat menyayangi Gerald.
Setelah beberapa lama Anastasya pun mengangguk pelan. Gerald yang melihat anggukan Anastasya tersenyum senang akhir nya-- akhirnya dirinya bisa kembali bersama Anastasya.
"Terimakasih sayang... terimakasih." Ucap Gerald terlampau senang dengan langsung memeluk Anastasya dengan erat.
Anastasya pun membalas pelukan Gerald tak kalah erat, rasa nya beban yang dirinya tanggung selama ini terlepas sudah. Walaupun tidak sepenuh nya tapi Anastasya bertekad untuk sembuh dan menjadi Anastasya yang lebih baik lagi kedepan nya.