Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pantai Bercerita
Matahari baru saja terbit ketika Lily, Isaac, Agatha, Lucas, dan Calvin tiba di pantai. Hamparan pasir putih membentang luas, bersih, dan halus, membelai kaki mereka setiap kali melangkah.
Ombak yang datang dan pergi terlihat memantulkan sinar matahari yang masih lembut, memberi sentuhan emas pada permukaannya yang biru. Langit cerah, dan angin pantai yang segar membawa aroma asin laut, membuat suasana semakin sempurna untuk menghabiskan hari penuh petualangan.
Pohon-pohon kelapa melambai pelan di pinggir pantai, menciptakan bayangan-bayangan memanjang di pasir, menawarkan tempat berteduh bagi mereka yang ingin beristirahat sejenak dari teriknya matahari.
Air laut tampak jernih, memungkinkan mereka melihat ke dasar yang berwarna turquoise, seolah mengundang mereka untuk segera menyelam dan melihat lebih dalam.
“Wow, pemandangannya indah banget!” seru Agatha sambil merentangkan tangan ke atas, menikmati angin laut yang menerpa wajahnya. Rasanya sungguh menyegarkan berada di pantai setelah padat dengan aktivitas yang melelahkan.
“Iya, benar-benar nggak sabar buat nyemplung!” jawab Calvin dengan semangat, tatapannya menyapu pantai seolah mencari peluang untuk bersenang-senang.
Sementara itu, Lily dan Isaac sudah siap dengan peralatan menyelam untuk melakukan diving. Mereka memasang masker, memasukkan kaki ke dalam sirip, dan berpegangan tangan sambil berjalan ke arah air.
Ketika keduanya sudah berada di titik yang cukup dalam, mereka memasang alat pernapasan, lalu menenggelamkan diri ke dalam laut. Dunia bawah laut menyambut mereka dengan pesona yang tak terbayangkan.
Di bawah sana, mereka melihat hamparan terumbu karang berwarna-warni yang penuh kehidupan. Ikan-ikan kecil dengan sisik yang berkilauan berenang bebas di antara karang-karang, beberapa mendekati Lily dan Isaac, seakan ingin menyapa.
Bunga laut dan tumbuhan laut bergerak pelan seiring dengan arus yang tenang, menciptakan pemandangan yang indah. Sekelompok ikan pari meluncur anggun di kejauhan, sementara kura-kura laut berenang santai di dekat mereka.
Lily menoleh ke arah Isaac dan menggenggam tangannya lebih erat. Rasa bahagia dan damai mengisi hatinya, menyadari bahwa keindahan ini menjadi lebih sempurna karena dia bersama Isaac.
Isaac membalas genggaman Lily dan mengisyaratkan untuk mendekat ke sekumpulan ikan yang tengah berputar membentuk lingkaran di sekitar mereka.
Setelah beberapa lama menikmati pemandangan bawah laut, keduanya naik ke permukaan, tersenyum puas meski wajah mereka setengah tertutup masker.
“Luar biasa! Aku nggak pernah lihat yang seindah ini,” kata Lily, masih dengan napas yang berat.
“Kita harus sering-sering diving bareng,” jawab Isaac dengan senyum hangat. Dia berharap, suatu hari nanti bisa datang ke tempat ini bersama istrinya, hanya berdua.
Disaat Lily dan Isaac sedang istirahat setelah melakukan diving, Calvin justru sibuk merayu seorang perempuan yang tengah duduk sendirian di kursi pantai.
Dengan senyum genit dan penuh percaya diri, Calvin berusaha mengajak si perempuan berbincang, menawarkan untuk memotretkan pemandangan di sekitarnya. Namun, tak jauh darinya, Agatha yang baru selesai minum kelapa muda memperhatikan aksi Calvin dengan sorot mata mengejek.
“Hah! Dasar Calvin, nggak ada kapoknya,” gumam Agatha dengan cengiran nakal. Dengan cepat, dia mendekat dan menepuk bahu Calvin, membuatnya terlonjak kaget.
“Sayang, kok kamu godain perempuan lain, sih? Anak kita udah SD, loh,” kata Agatha sambil menahan tawa. Dia tidak kuat melihat wajah Calvin yang kebingungan sekaligus shock.
“Agatha, kamu...”
“Dasar, laki-laki mesum! Udah punya anak masih aja genit!” seru perempuan itu seraya beranjak pergi.
Calvin hanya melongo melihat perempuan incarannya pergi. Dia melotot ke arah Agatha dan mendengus kesal.
“Ck, merusak suasana aja, deh! Padahal dikit lagi dapet mangsa empuk,” kata Calvin tidak terima.
“Lagian genit banget jadi cowok!”
“Bukan genit, itu namanya usaha!” kata Calvin membela diri. Dia beranjak berdiri, berniat untuk meninggalkan Agatha. Namun sebelum benar-benar pergi, dia melihat sesuatu yang menarik.
“Agatha, main banana boat, yuk!” ajak Calvin.
“Nggak, aku nggak bisa renang.”
Tanpa menghiraukan penolakan Agatha, Calvin justru menarik tangan Agatha dengan paksa. Dia tidak peduli dengan teriakan Agatha yang menolak naik banana boat.
Akhirnya, Agatha pasrah saja dan mengenakan pelampung sesuai dengan instruksi. Setelah menunggu beberapa saat, tibalah giliran mereka untuk naik.
Begitu speedboat mulai menarik mereka, banana boat melaju cepat melewati ombak, mengguncang mereka hingga tertawa tak terkendali. Agatha menjerit keras saat banana boat berbelok tajam, hampir membuatnya terjatuh, namun justru itulah yang membuatnya semakin menikmati wahana tersebut.
Agatha berpegangan pada pinggang Calvin dengan erat. Saat tangannya hampir terlepas dari pinggang Calvin, tangan Calvin segera menariknya. Dia tidak mau Agatha terjatuh dan membuatnya ketakutan karena tidak bisa berenang.
Di pinggir pantai, Lucas duduk diam mengamati teman-temannya yang sibuk bermain. Walau dia menikmati suasana pantai, Lucas lebih suka duduk santai, merasakan angin laut tanpa banyak bergerak. Namun, Agatha yang baru saja selesai bermain banana boat menangkap pemandangan itu, lalu dengan spontan berjalan mendekati Lucas.
“Kamu kok duduk aja sih, Lucas?” tanyanya sambil melipat tangan di dada.
“Cobain permainan di sini, yuk?”
Lucas mengangkat bahu, lalu tersenyum tipis. “Aku lebih suka menikmati suasana dari sini. Lagipula, main banana boat bukan keahlianku.”
“Oh, ayolah! Cowok cool kaya kamu masa kalah sama aku, sih. Malu dong!” tantang Agatha dengan nada menggoda.
“Jangan kalah sama anak kecil ini,” kata Calvin menimpali sambil melirik Agatha yang tampak tidak terima.
Akhirnya, Lucas menyerah dan setuju untuk ikut. Mereka naik banana boat bersama, kali ini ditemani oleh Lily dan Isaac yang ikut bergabung setelah beristirahat sejenak. Suara tawa mereka menggema di sepanjang pantai saat banana boat kembali ditarik dan berputar di antara ombak.
Ketika mereka semua akhirnya kembali ke tepi pantai, wajah mereka dipenuhi senyuman lebar, rambut dan pakaian basah kuyup, namun itu semua tak menyurutkan semangat mereka.
“Gila seru banget, besok-besok harus cobain lagi, sih,” kata Agatha semangat.
“Dih, nggak inget tadi kamu nggak mau main? Harus aku tarik dan paksa dulu baru mau. Eh, sekarang ketagihan,” ejek Calvin.
“Apaan, sih! Itu kan tadi,” cibir Agatha kesal.
Lily, Isaac dan Lucas hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya. Hari itu mereka habiskan dengan berjemur di bawah matahari, berlari-lari kecil di sepanjang garis pantai, dan membuat kenangan yang akan mereka bawa pulang.
Ketika matahari mulai terbenam, langit berubah warna menjadi jingga dan ungu, menciptakan siluet yang indah di cakrawala.
Mereka duduk berjajar di pasir, menghadap laut, sambil saling bercerita dan menikmati waktu yang tersisa sebelum hari benar-benar gelap. Agatha memainkan gitar, menyanyikan lagu-lagu favorit mereka dengan suara lembut yang menyatu dengan gemuruh ombak.
Sesekali Lucas dan Calvin ikut menyangi, larut dalam nada yang begitu menggoda.
Dengan perasaan tenang, Lily menggenggam tangan Isaac. Ini adalah momen yang sempurna, saat mereka semua bisa melupakan kekhawatiran dan hanya menikmati kebersamaan di antara teman-teman terdekat. Sejenak, dunia terasa begitu damai.
kenalin yahhh aku author baru 🥰
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor