Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Patah Hati
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Hai semua, apa kabar?
Aku doa'in kalian selalu sehat gak kurang satu apapun, Aamiin 🤲
Maaf, aku baru sempet nulis lagi dan melanjutkan Novel Kedua "Ternyata Ada Cinta" yang sempat mengambang selama 10 bulan 🙏🙏
Bukan maksud bikin kalian menunggu tanpa kepastian tapi tahun ini aku banyak kesibukan di dunia nyata.
Salah satu kesibukanku di dunia nyata di tahun 2024 ini yaitu ikut membantu mengurus seorang anak SMP yang sedang sakit parah akibat minum obat dari Bidan tapi dosisnya terlalu tinggi yang membuat seluruh badannya melepuh, berdarah dan kornea matanya terkelupas.
Awalnya aku gak mengenal anak tersebut dan sama sekali belum pernah bertemu dengannya. Namun menurut cerita yang kudengar, anak tersebut berasal dari keluarga gak mampu dan sudah berpisah dari ayahnya sejak usianya 3 bulan. Hal itu yang membuatku merasa iba dengan kondisinya dan memutuskan untuk mengurusnya saat sedang kritis di RS.
Saat ini badannya yang melepuh serta berdarah sudah mulai mengering dan membaik. Tapi tidak dengan matanya. Karena kornea matanya sudah terlanjur rusak dan gak bisa melihat.
Mungkin kalian sempet liat beritanya di Tiktok. "Siswi SMP di Palembang Korban Mal Praktik"
Karena itu waktuku banyak tersita dan memfokuskan diri untuk mengurus serta menemani anak tersebut operasi mata serta bolak balik berobat ke RS setiap hari selama dua bulan lebih. Dan juga memberinya motivasi agar dia gak terpuruk dan down dengan keadaannya saat ini.
Sampai hari ini sudah 5 bulan lebih anak tersebut belum bisa melihat, stop sekolah dan hidup dalam keadaan meraba-raba karena masih menunggu donor kornea mata dari RS yang belum tau kapan tersedianya 😭😭
Dan sampai saat ini pun anak tersebut gak tau wajahku seperti apa karena saat pertama kali aku membesuknya di RS kondisi matanya sudah gak bisa melihat dan itu menjadi perkenalan pertama kami...
Mohon doanya dari seluruh teman-teman untuk ikut mendoakan agar anak tersebut bisa segera mendapatkan donor kornea mata, Aamiin 🤲
Kalo waktunya memungkinkan, aku pengen menulis kisah nyata anak tersebut ke dalam sebuah Novel. Dan ini juga merupakan kisah nyata hidupku karena bersentuhan langsung dengan hidupku makanya aku berencana mengabadikannya dalam sebuah novel. Tapi baru rencana, gak tau kapan terealisasinya...
***
Zafira Mutia Wibawa
Fariz Erlangga
***
Sepeninggal Fariz, tubuh Zafira mendadak lemas. Tadinya masih berusaha tegar namun kini sudah benar-benar kehilangan kekuatan. Kepergian Fariz telah membuat raga Zafira terasa mati.
Dia berpegangan pada daun pintu demi menopang beban tubuh yang nyaris terjatuh. Tubuhnya terasa limbung dan untuk menegakkan kaki dengan benar pun dia sudah tidak sanggup. Dia sudah tidak mampu berdiri secara sempurna. Penglihatannya pun seolah berkabut tebal tertimbun genangan air yang memenuhi kedua bola matanya.
Zafira menangis pilu. Ditempelkannya sisi wajah pucatnya di daun pintu. Kedua kaki tampak bergetar menopang tubuh yang seakan semakin lemah.
Mata sembab masih tertuju ke depan menatap kosong kendaraan Fariz yang telah menghilang, membawa pergi pria yang kini telah merampas jiwa serta cintanya. Pria yang sudah diterimanya masuk ke dalam seluruh hati serta hidupnya. Namun belum sempat menyatakan segenap rasa serta perasaan cintanya, pria itu telah pergi tanpa memberi waktu dan kesempatan baginya membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
"Fariz, kumohon jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu..." Zafira memanggil pelan nama itu dengan linangan air mata dan suara yang serak meski nama yang dipanggil telah menjauh meninggalkannya, entah kemana.
Zafira termangu sedih, terus memandang nanar ke pekarangan rumah tanpa sanggup berkata-kata. Tidak dipungkiri, betapa dia sangat mencintai sahabat yang kini telah menjadi suaminya. Dan tidak sanggup kehilangan sosok baik itu walau hanya satu hari.
Bagaimana dengan hidupnya jika Fariz benar-benar mengambil keputusan tidak akan kembali padanya. Dia tidak sanggup memikirkan itu meski sekejap. Ada rasa sakit yang terus menusuk tajam di bagian terdalam hati. Perlahan dengan tangan kanan diremasnya dada lalu memukulnya pelan berusaha mengurangi rasa sakit itu.
Sesekali tangannya menyeka buliran air mata yang terus berjatuhan dari kedua sudut mata. Tangisan pilu terdengar keras sampai sekujur tubuhnya tampak bergetar.
Zafira terus menangis mengeluarkan seluruh kesedihan yang teramat dalam karena kepergian Fariz yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya akan terjadi sesakit ini tepat di saat dia telah menyadari rasa cintanya kepada pria itu. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi di saat dia ingin mengungkapkan seluruh rasa cinta justru sang sahabat sekaligus suaminya itu lebih memilih pergi meninggalkannya.
Sebuah ketakutan menguap di sudut jiwa. Dia takkan sanggup menjalani kehidupan jika tiada Fariz di sisinya seperti puluhan tahun yang telah dilalui. Jika dapat memilih, dia akan pergi kemana pun Fariz pergi, tak peduli suka atau duka yang penting tetap berada di samping pria itu.
Raut muka Zafira tampak semakin muram dan pucat. Sorot mata lara menyiratkan betapa terpukul serta sedihnya dia saat ini.
Lemas, itu yang dirasakannya. Tubuhnya benar-benar tak bertenaga. Seluruh semangat hidup telah musnah. Dia kembali terisak hingga dadanya terasa sesak.
Rasanya bumi ini runtuh tatkala Fariz lebih memilih pergi meninggalkannya dari pada mempercayai semua penjelasannya.
Tubuh Zafira yang sedari tadi hanya berdiri mematung tampak mulai merosot. Lututnya goyah, hingga akhirnya terduduk bersimpuh di lantai, tak sanggup menahan kesedihannya. Menumpahkan semua tangisan di depan pintu, meratapi duka mendalam yang telah menghancurkan seluruh hidupnya. Dia terus menangis sampai tersedu. Tak peduli jika ada pekerja rumah yang akan melihatnya.
Buliran air begitu mudah lolos dari kedua sudut mata. Bahkan sekuat apapun berusaha membendungnya, itu terasa sia-sia. Bulir demi bulir terus membasahi wajah yang kian memucat. Rasa sesak masih sangat terasa menghimpit dada. Seperti terluka namun tak mengalirkan darah. Bahkan rasanya lebih perih dan menyakitkan dari pada luka yang berdarah. Rasanya nyaris mati menahan semua rasa ini. Nyawa seakan ikut melayang bersama kepergian Fariz yang secara tiba-tiba.
Tak terasa lima belas menit berlalu. Zafira tidak sadar sudah cukup lama terduduk di ambang pintu meratapi takdir yang entah akan membawanya kemana.
Dengan mengumpulkan kekuatan, gadis itu pun berdiri lalu tertatih kembali ke lantai atas. Dia ingin kembali ke kamar dan menghirup aroma tubuh Fariz yang pasti masih tertinggal di ruang kamar.
Seperti ini-kah rasanya patah hati? Zafira belum pernah merasakan patah hati sebelumnya. Tetapi hari ini dia mengalaminya. Dia tahu kalau saat ini dia sedang patah hati dan hancur. Itu terbukti dari langkah kakinya. Hanya beberapa meter berjalan dari lantai bawah menuju lantai atas namun menjadi terasa sangat berat dijalani dan begitu melelahkan.
Dipaksakan-nya menyeret kaki yang terasa berat meniti anak tangga satu persatu menuju kamar sambil berpegangan pada railing tangga/pegangan tangga.
Hingga dengan susah payah, akhirnya dia berhasil sampai ke kamar dimana kamar ini-lah yang menjadi saksi jika sebenarnya dirinya telah mulai mencintai Fariz namun sayangnya perasaan itu belum sempat ter-ungkap.
Rasa marah, cemburu, kecewa, bahagia hingga rasa cinta tumbuh begitu cepat di hatinya hanya hitungan beberapa hari sejak hidup satu rumah bersama Fariz. Kamar beserta isi di dalam ruangan ini menjadi saksi bisu segala perasaan yang tumbuh cepat di hati.
Zafira masuk ke kamar, mendorong pintu dan menutupnya. Menyandarkan tubuh rapuhnya di pintu sembari bola mata yang sembab terus berputar memandang seluruh ruangan seolah berusaha mencari keberadaan Fariz di sana. Untuk beberapa menit Zafira berdiri tercenung tanpa kata.
Kini Zafira memejamkan mata. Kemudian menarik nafas panjang menghirup udara sedalam mungkin demi mencium jejak aroma tubuh Fariz yang masih membekas di setiap sudut ruangan.
Zafira melangkah dengan mata masih tertutup seraya merentangkan kedua tangan. Berjalan meraba seperti orang buta. Sepuluh jemarinya ikut berperan berusaha menggiring udara, menggenggam lalu memeluknya ke dada dan menciumnya. Dia membayangkan udara itu adalah Fariz yang dapat diraba, dipeluk dan dicium. Miris melihat keadaan gadis itu tetapi ini-lah kenyataan hari ini. Dia terus mencoba menghalau kerinduan dengan merasakan sentuhan udara yang dia bayangkan sebagai tubuh Fariz.
Dibukanya mata pelan. Tatapannya jatuh pada tempat tidur luas yang kini tampak terbentang kosong seolah ikut kesepian atas tuannya yang kini telah pergi.
Dengan langkah lemah, Zafira duduk di bibir ranjang. Air mata tetap tidak mampu terhenti, kembali merambat dari kedua ujung mata. Dia sadar, kesalahannya memang teramat besar kepada Fariz. Karena dari awal pernikahan sampai kepergian tiba-tiba Fariz dari rumah, dia belum sepenuhnya menjadi istri yang baik untuk pria itu. Bahkan dia pun belum menjalankan kewajiban yang seharusnya dilakukan seorang istri yakni melayani kebutuhan batin Fariz.
Selain itu, dia pun menyadari, puluhan tahun bersahabat dengan Fariz, baik sengaja atau tidak dia telah banyak melukai perasaan pria itu. Menolak cintanya, menyia-nyiakan waktu yang ada, bersikukuh menolak perjodohan mereka bahkan hampir saja menikah dengan laki-laki lain yang pasti akan menghancurkan hidup Fariz jika sampai pernikahan itu benar-benar terjadi.
Berapa banyak luka, berapa banyak kesedihan yang telah ditorehkannya di hati pria yang dengan tulus telah mencintainya sejak masa putih biru.
Dia pun tidak pernah tahu bahkan lebih tepatnya tidak mau tahu dan tidak mau peduli dengan perasaan sang sahabat. Sepanjang waktu dihabiskan hanya untuk mempertahankan cinta laki-laki lain dan lebih mementingkan perasaannya sendiri, mengesampingkan Fariz yang sekian puluh tahun menanti balasan cinta darinya.
...*****...