NovelToon NovelToon
3M's True Love

3M's True Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^



Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

"Gue gak tertarik. Gue..."

"Gak semua siswa yang di sana seperti yang lo pikirkan. Jujur gue gak senang dianggap seperti orang lain yang selalu memamerkan kekayaan. Yang kaya bukan gue tapi orang tua gue" potong Mike.

Winda merasa kagum.

"Begitu ya? Gue juga setuju" kata Winda dengan tersenyum.

"Kena lo" pikir Mike dengan merasa puas.

Sejak tadi Devie telepon dengan Fandi. Fandi banyak memberikan pengertian kepada Devie tentang kebahagiaan.

"Aku minta maaf, Fan. Mungkin aku sok ingin berkorban demi Winda"

"Aku gak ada bicara kamu sok. Kamu memang ikhlas ingin membuat Winda selalu bahagia tapi ingat. Kamu juga harus bahagia. Jangan sampai kamu memikirkan orang lain atau keluarga akhirnya kamu lupa membahagiakan diri sendiri"

"Ya. Aku minta maaf. Mungkin aku membuat kamu mulai kecewa"

"Jangan minta maaf terus. Kamu baru mengalami hal begini"

"Kamu sok tahu"

Fandi tersenyum.

"Masa aku sok tahu?"

Devie tersenyum malu.

"Kamu sok tahu"

Fandi tertawa pelan.

"Jadi gimana?"

"Aku mau tanya dulu. Kamu bisa tahu aku baru mengalami hal ini?"

"Padahal kamu sendiri yang cerita kalau kamu gak pernah pacaran"

"Aduh. Begitu ya?"

"Kamu lupa?"

"Aku serius lupa"

"Kita sudah cukup lama berinteraksi jadi sering saling cerita dan aku selalu mengingat"

"Aku juga minta maaf kalau tidak mengerti yang harus dilakukan ketika pacaran"

"Kamu selalu minta maaf terus. Semakin lama aku capek memaafkan kamu. Kamu gak boleh terus minta maaf untuk hal begini"

Devie tersenyum.

"Ketika pacaran kita itu jalan, makan, kerja tugas"

Devie tersenyum.

"Kamu beritahu saja aku harus gimana?"

"Gak harus yang gimana. Kita jalani semuanya bersama. Belajar, makan, jalan sampai kita lulus bersama. Janji ya?" kata Fandi dengan tersenyum senang.

"Janji" kata Devie dengan merasa senang.

Fandi merasa senang.

"Jadi gimana? Tugas kamu sudah selesai?"

"Tugas yang mana?" tanya Devie heran.

"Yang aku kasih flashdisk"

Devie tertawa pelan.

"Kamu ada saja idenya"

"Ada tujuannya itu"

"Aku paham. Tujuannya agar Winda gak curiga"

"Gak cuma itu"

"Lalu?" tanya Devie dengan merasa tidak mengerti.

"Ayo besok kita jalan lagi. Aku ingin ketemu kamu" kata Fandi dengan merasa senang.

"Kita bisa ketemu di kampus" kata Devie dengan tersenyum heran.

"Kamu pikir cukup di kampus?"

"Astaga. Masa kurang?"

"Oh...jadi kamu sudah cukup? Kalau aku gak pernah merasa cukup untuk ketemu kamu"

Devie tertawa pelan hanya sebentar.

"Kenapa tertawa?"

"Kamu gombal"

"Kenapa dianggap gombal?" tanya Fandi dengan merasa heran.

"Ah...sudahlah"

"Aku gak gombal. Sungguh. Aku gak akan merasa cukup bahkan puas untuk ketemu kamu"

"Ya. OK. Cukup dibuktikan saja waktu kita sudah lama bareng"

"Ketika berteman dengan cukup lama tidak pernah bosan apalagi sudah jadi pacar"

Devie tertawa pelan.

"Jadi begini rasanya pacaran?" pikir Devie dengan tersenyum.

"Jadi besok kamu pakai alasan kepada Winda akan diskusi yang kamu edit di dalam flashdisk itu"

"Oh...ternyata juga untuk itu" kata Devie dengan berhenti tertawa.

"Betul sekali"

Devie tersenyum.

"Ya. Ayo besok kita bertemu. Jam berapa?"

"Sore saja. Mungkin bisa jam 5. Aku gak jemput kamu gak masalah, bukan? Agar Winda gak curiga kita selalu bersama"

"Ya. Aku gak masalah. Lalu bertemu di mana?"

"Kamu datang ke rumah aku. Kita berangkat bersama" kata Fandi dengan tersenyum.

"Hmmm...baiklah"

"Mau aku kenalkan sebagai pacar aku?"

"Menurut aku jangan dulu. Aku bukan gak mau menganggap kamu sebagai pacar di hadapan orang tapi kalau untuk orang tua kamu memang belum waktunya"

"Jadi kalau di depan orang lain atau teman kita gak masalah?"

"Terserah kamu"

"Aku tanya kamu"

"Aku gak masalah tapi kalau kamu..."

"Apalagi aku. Tentu saja aku gak mau orang lain menganggap kita masih berteman" potong Fandi semangat.

Devie tertawa pelan dan Fandi tersenyum senang. Pukul 11.10. Mobil Winda sudah selesai dicuci dan Winda membayar lalu mau pergi dan Mike memanggil. Winda tidak jadi pergi.

"Jangan lupa. Kalau gue chat dibalas" kata Mike dengan tertawa pelan.

Winda merasa lucu.

"Gak janji" kata Winda dengan tersenyum.

"Wah..." kata Mike dengan berhenti tertawa.

"OK. Ya" kata Winda dengan masuk ke dalam mobil.

Mike merasa senang dan Winda hanya menggelengkan kepalanya.

"Ckckck...dasar lo"

"Namanya saja ingin berteman"

"Bye"

"Bye" kata Mike dengan menutup pintu mobil Winda.

Winda menyetir dan Mike melihat kepergian Winda.

"Gue harus membuat loe akhirnya bisa bersama gue" pikir Mike dengan tersenyum nakal.

Cukup lama ada di dalam perjalanan akhirnya Winda sampai di rumahnya lalu berhenti menyetir dan keluar dari mobil. Winda masuk ke dalam rumahnya dan pembantu datang.

"Non dicari Nyonya. Kalau sudah datang disuruh ke kamarnya"

Winda mengangguk dan berjalan menuju kamar mamanya lalu mengetuk sebentar dan memanggil. Terdengar suara mamanya dari dalam yang menyuruh masuk dan Winda masuk.

"Kamu baru dari mana?"

"Cuci mobil, Ma"

Winda duduk di sofa dan melihat mamanya.

"Mama cari aku? Kenapa?"

Winda melihat mama berpikir rumit.

"Ada sesuatu? Apa?" tanya Winda pelan.

"Ada satu hal yang ingin mama beritahu kepada kamu"

Winda mulai mendengarkan dengan seksama.

"...tapi mama berharap setelah kamu tahu tidak membenci kakak kamu" lanjut beliau pelan.

Winda merasa heran.

"Kenapa dengan Kak Devie?"

"Janji dulu sama papa dan mama. Mama juga sudah mendapatkan izin dari papa untuk menceritakan kepada kamu"

"Aku janji. Kenapa aku harus benci?" kata Winda dengan merasa tidak mengerti.

Beliau berdiri dan berjalan menghampiri Winda lalu duduk di sebelahnya dan memegang tangan Winda. Winda semakin heran dan berpikir sepertinya hal itu sangat penting.

"Mungkin kamu berpikir atau justru sering kalian dianggap tidak ada yang mirip satu sama lain"

Winda berpikir.

"Benar begitu?"

"Ya...memang dulu ketika kami satu SMP beberapa teman aku ada yang bicara kami gak ada yang mirip tapi aku pikir gak semua saudara kandung bisa mirip"

"Winda, Devie bukan kakak kandung kamu" kata beliau pelan.

Winda terkejut. Seketika pikirannya terhenti.

"Mungkin sekarang kamu tidak percaya tapi memang hal itu kenyataan"

"Ma?" panggil Winda pelan.

Winda masih tidak percaya dengan perkataan mamanya.

"Maksudnya?" tanya Winda masih tidak paham.

"Ini rahasia keluarga sehingga kami berharap tahu sebagai...anak kandung mama" kata beliau pelan.

"Ja...jadi benar? Cuma aku anak kandung mama? Aku gak salah dengar, bukan?" tanya Winda dengan merasa tidak percaya.

"Mama pernah punya pembantu yang hamil tapi suaminya pergi entah ke mana. Sepertinya tidak siap menjadi seorang ayah. Dia begitu berusaha keras dan bertahan demi calon bayi dalam kandungannya hingga sampai akhir tapi ketika dia sudah berhasil melahirkan nyawanya tidak tertolong. Dia minta tolong kepada papa dan mama untuk menjaganya bahkan rela ketika sudah beranjak dewasa dijadikan pembantu seperti alm. ibunya. Mama mengenalnya sebagai pekerja yang jujur, sopan, peduli kepada sesama meski hidupnya hancur jadi mama tidak tega kalau harus menjadikan anaknya sebagai pembantu juga. Mama tergerak untuk menjadikan keturunannya punya derajat yang beda agar arwahnya tenang melihat anaknya beda"

Winda melongo tidak percaya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!