NovelToon NovelToon
Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Nuraeni

Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.

Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.

Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian

Seandainya rejeki itu diukur dari kerja keras seseorang, maka sudah seharusnya para kuli yang paling kaya.

Seandainya rejeki itu diukur dari kepintaran dan pendidikan seseorang, maka pastilah para dosen ataupun ilmuwan yang paling kaya.

Seandainya rejeki itu diukur dari lamanya waktu bekerja, maka yang kaya adalah pemilik toko ataupun warung yang buka 24 jam.

Namun apakah hasilnya seperti itu? Dalam hidup ini, terdapat tiga hal yang hanya diketahui sekaligus merupakan hak prerogatif Allah SWT. Ketiga hal yang misteri tersebut adalah rizki, jodoh, dan ajal.

Hanya Allah lah yang menjamin rejeki setiap hamba-Nya seperti dikatakan dalam firmanNya. QS Al Ankabut ayat 60 mengatakan bahwa

Rezeki ini adalah pemberian Allah yang diberikan kepada semua hamba-Nya tanpa pengecualian.

Baik orang yang berbuat baik maupun yang berbuat maksiat, baik yang muslim maupun yang kafir, semuanya mendapatkan rezeki ini.

Faisal sangat konsisten dengan dalil ini, sehingga dalam fikirannya tidak perlu ngoyo untuk bekerja, karena Allah sudah menjamin dan menentukan rejeki hamba-Nya. Bakal rejeki yang ada di depan mata kita pun tidak bisa diraih kalau memang bukan rejeki kita. Bakal rejeki yang jauh di ujung samudera kalau Allah menetapkan untuk kita, pasti akan datang sendirinya.

Faisal lupa bahwa ada dalil yang lain yang mengharuskan setiap hamba berikhtiar untuk memperoleh rejeki terbaiknya.

Dalam surat At Taubah ayat 105,

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Jadi Allah SWT memerintahkan hamba-Nya agar selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan tersebut bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hidup serta mendekatkan diri kepada Allah dan bernilai ibadah.

Hanum bukannya tidak pernah mengingatkan Faisal untuk mencari pekerjaan, tapi selalu banyak alasan yang diberikan, sampai-sampai Hanum sendiri merasa enggan untuk mengingatkannya. Akhirnya hanya dia yang masih gencar mencari-cari lowongan kerja dari internet, yang ternyata bukan hal yang mudah untuk ukuran usia Hanum saat ini. Hanum mencoba menghubungi beberapa rekan kerjanya dahulu, namun sebagian besar sudah tidak lagi bekerja, dan ada juga yang bekerja secara mandiri, namun belum menerima karyawan tambahan, mengingat skalanya masih kecil dan bisa dihandel sendiri. Bisa saja Hanum mengambil pekerjaan sebagai ART, tapi kebanyakan minta menginap, dan hanya bisa libur 1 hari setiap bulannya. Setelah difikir lebih dalam lagi, kalau dia ambil pekerjaan ART yang menginap, bagaimana kehidupan suami dan anaknya. Untuk makan setiap harinya saja mengandalkan penjualan kue yang Hanum buat, bisa dibayangkan kalau Hanum harus jadi ART, bagaimana mereka punya uang untuk makan.

Di tengah Ketidakpastian akan pekerjaan Hanum dan Faisal, sedangkan pengeluaran yang sudah pasti sebesar Rp 3 juta setiap bulannya harus tetap dipenuhi. Terbayanglah betapa berat dan pusingnya Hanum harus memikirkan semua itu. Sedangkan Faisal sendiri tampak tidak lagi peduli, tahunya lapar tinggal makan, kenyang langsung nonton youtube. Sesekali Hanum merasa sebal dengan sikap Faisal yang tidak ada rasa tanggungjawabnya untuk memberi makan anak istri. Sering juga Hanum memberitahu Faisal kalau tidak ada beras dan tidak bisa makan untuk hari itu. Faisal tak menjawab apapun, tapi langsung masuk kamar dan mengurung diri.

Seperti pagi ini, Faisal keluar dari kamar langsung mengambil piring danwngajak Hanum makan

"Bu, makan yuk" ajaknya

"Mau makan apa? Kan dari kemarin sore juga sudah dikasih tahu tidak punya beras, tapi pura-pura nggak dengar. Memang beras itu datang sendiri tanpa dibeli. Untuk beli beras uangnya nggak ada, Ibu nggak pegang uang sama sekali. Lagian siapa yang ngasih uang ke Ibu, nggak ada kan?" ujar Hanum tanpa memandang Faisal

Tanpa berkata apapun, Faisal mengembalikan piring yang diambilnya ke rak, lalu masuk kembali ke kamar dan mengurung diri. Selalu seperti itu, bukannya berusaha untuk nyari uang agar bisa beli beras

Faras yang mendengar percakapan kedua orang tuanya segera mendekat.

"Ibu mau beli beras sekarang? Kebetulan Faras punya fasilitas paylater, jadi bisa beli beras dan token listrik di marketplace dengan bayar cicilan." beritahu Faras pelan

"Ya Allah Nak, tidak pernah terlintas dalam fikiran Ibu untuk makan kita harus pakai riba. Paylater itu kan terdapat unsur ribanya, Ibu khawatir keberkahannya hilang" tolak Hanum dengan mata berkaca-kaca

"Tapi ini kan darurat kondisinya, semoga Allah memaafkan perbuatan kita ini. Tidak mungkin juga kita harus meminta-minta, dan kepada siapa kita minta tolong. Orang lain Menolong belum tentu, tapi aib kita bisa tersebar" jelas Faras sambil membujuk ibunya.

"Kalau ibu sendiri lebih memilih berpuasa seperti kemarin, tapi kami dan ayahmu yang ibu fikiran" ujar Hanum masih dalam kebimbangan

"Jadi Faras orderin nggak nih berasnya? Mumpung masih pagi biar dikirim hari ini juga" tanya Faras lagi sambil memegang hp.

"Ya sudah order beras yang 5kg saja!" akhirnya Hanum mengalah karena berfikir anak dan suaminya

"Nih aku sudah order, beras 5Kg harganya Rp 80 ribu, free ongkir. Kalau dicicil 3 kali, perbulan bayarnya Rp29,500. Bagaimana Bu?" terang Faras sambil menunjukkan aplikasi belanja di marketplace.

"Boleh. Insya Allah kalau 30 ribu sih pasti bisa, tapi kalau ada uang kita lunasi langsung" ujar Hanum penuh perhitungan.

Saat menunggu Faras menyelesaikan transaksi di marketplace, tiba-tiba meteran listrik berbunyi.

"Tiit... Tiit.... Tiit..." nyanyian khas meteran minta di top up berbunyi nyaring. Hanum dan Faras hanya saling berpandangan, lalu Faras kembali meneruskan transaksinya.

"Bu, jadinya aku order beras 5kg dan beli token listrik 100 ribu ya. Jadi cicilan tiap bulannya 67 ribu selama 3 bulan, jatuh tempo tiap tanggal 1" Faras menjelaskan secara detil kepada Hanum.

Hanum hanya bisa mengangguk pasrah dengan penjelasan Faras, dan tampak lelehan air mata di pipinya sebagai pelampiasan ketidakberdayaannya. Faras mendekati sang ibu dan memeluknya, membantu menguatkan melalui pelukan. Tiga jam berikutnya kurir yang mengantarkan beras pun tiba, diterima langsung oleh Faras. Sedangkan Hanum mulai menyiapkan tempat beras yang sudah dicucinya pagi tadi. Sambil mempersiapkan beras yang akan dimasak, tak hentinya lisan Hanum melafazkan rasa syukur.

"Ya Allah, terima kasih Engkau masih memberikan kami rejeki hari ini. Jadikan beras ini barokah bagi kami, menyehatkan badan kami dan menjadi tenaga untuk kami bisa berikhtiar lebih giat lagi"

Meskipun sempat berdrama dulu, akhirnya Faisal sekeluarga bisa makan nasi siang ini dengan lauk telor dadar dan sambal. Mereka makan tanpa suara, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Mereka bertiga seolah tenggelam dalam fikiran masing-masing.

"Alhamdulillah ya Allah.. Engkau penuhi kebutuhan makan kami hari ini, semoga menjadi keberkahan bagi tubuh dan jiwa kami" doa Hanum sambil merapikan peralatan bekas makan barusan.

Hanum masih tidak punya bayangan ke depannya akan seperti apa. Yang sekarang ini dia hanya menjalaninya seperti air yang mengalir saja.

1
Nancy Nurwezia
ceritanya menarik..
Amelia Quil
Penulis hebat! Ceritanya bikin ketagihan! ❤️
Ida Nuraeni: Terimakasih kakak untuk apresiasinya🙏
total 1 replies
Ida Nuraeni
terima kasih kakak sudah mampir di karya saya
Dr DarkShimo
Gemes banget 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!