Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Menjadi Wanita Malang Bukan Malam
"Kak Andres ke mana? Kok gak gabung sama kalian?"
"Maaf Nona, Andres dipecat!"
Seperti disambar petir siang-siang. Apa yang ia dengar seperti sebuah mimpi. Makan siang kali ini seperti duka. Setelah semalaman menangisi Chia yang sakit, kini Melissa akan menangisi pacarnya yang telah di black list dari pekerjaan.
"Alasannya apa?" tanya Melissa . Ia masih tidak percaya.
"Kita belum tau pasti alasannya, tapi pemecatan dilakukan baru tadi malam," jawab Laksa.
Sontak emosi Melissa berkobar, satu orang yang menjadi objek kemarahannya sekarang adalah sang majikan. Dua tentengan itu ia taruh di atas meja dengan keras, setelah ia memasuki ruangan.
"Apa itu perilaku yang pantas di depan majikan?" tegur Adrian masih santai.
"Apa alasan Bapak pecat Andres?!" sergah Melissa .
Adrian tertawa renyah, lalu ia bertepuk-tepuk tangan. "Lihatlah, ada yang begitu marah kekasihnya kupecat. Hmm, Melissa apa yang aku lakukan itu pasti beralasan, tapi untuk yang kali ini seharusnya sudah kamu sadari dari awal!"
"Apa ketentuan pekerjamu, dilarang untuk berpacaran? Orang gila mana yang mau bekerja dengan kau kalau begitu!" teriak Melissa . Amarahnya tak terkendalikan. Sementara saat itu Adrian masih benar-benar santai.
Namun, ia mulai menyadari bahasa komunikasi pengasuhnya sudah berbeda.
Pria dengan crazy rich yang populer di kalangan bisnis itu, beranjak dari tempat duduknya. Ia menatap dua kotak makan, kemudian menunjuknya menggunakan telunjuk satu-persatu secara bergantian. "
Ini, dan itu. Seharusnya hanya ada untukku, lalu ini kenapa ada dua, Melissa ?!!"
Suara benda jatuh membuat Melissa terperanjat. Adrian membant* ng makanan itu sesaat mulutnya menyebutkan nama Melissa dengan keras dan sewot. Lagi-lagi makanan yang ia bawa terbuang sia-sia.
Omlet dan steak daging yang awalnya ia tata dengan sangat cantik, kini berserakan terpisah dari tempatnya. Seperti tidak ada harga dirinya sama sekali.
"Berani sekali kamu membagi makananku untuk bawahan. Itu tidak pantas!!" tegasnya dengan lantang. "Makanan yang layak aku makan tidak boleh diberikan dengan orang yang tidak pantas memakan itu!"
Melissa tidak menyangka setelah ia melihat wujud kepribadian asli yang tuan. Sikap tempramental Adrian membuat Melissa membencinya saat itu juga.
"Kamu membuat alasan tentang anakku hanya untuk menyuapi dia? Kebohongan dalam dunia kerja itu kesalahan besar!"
Dengan lelehan air mata, Melissa berseru keras. "Mulai saat ini aku bukan lagi pekerjamu. Nikmati mengurus anak tanpa aku.
Kubayar hutangku nanti!" tegasnya.
Melissa berbalik badan, memulai langkah untuk mengundurkan diri dari perusahaan, dan mungkin dari rumah Adrian juga. Namun, niatnya tak mulus. Majikannya itu menjambret tangannya sampai jatuh ke dalam dekapan.
"Pintar sekali Melissa , kontrak kerjamu belum habis sementara hutang itu sudah kubayar lunas!"
Sekuat tenaga Melissa memberontak, tetapi Adrian jauh lebih kuat sehingga Melissa bertahan dalam rengkuhan keras itu.
"Andai dia tidak kau pecat Pak, mungkin aku akan bertahan!" tegas Melissa .
"Aku tidak menyukai kalian ada hubungan. Lagi pula pria rendahan sepertinya tidak pantas bekerja dengan seorang Adrian Wright!"
Tak terima, kekasihnya dihina tangan Melissa tiba-tiba refleks melayangkan tamparan ke pipi seorang raja bisnis itu.
"Selain Tuhan, kau tidak ada hak mengatur. Aku dan dia menjalin hubungan, itu urusan kami!"
Jika Melissa tidak menerima kekasihnya dihina, kini Adrian yang merasa tak dihormati sebagai pria yang membayar hutang-hutangnya.
"Lepas! Hmpfhh ... TOLONG!"
Adrian bukan pria kasar yang membalas dendam sesuai perlakuan Melissa tadi. Namun, pria itu meluapkan rasa tidak senangnya dengan c*uman yang menyiksa. Mungkin, bagi Melissa itu adalah kecupan pertama, tetapi untuk Adrian sendiri itu adalah yang kedua.
"Aku yang membayar hutang-hutangmu, bukan dia!"
Melissa sudah jatuh di lantai karena lemas mendapatkan serangan. Air matanya tak terbendung, entah sudah berapa banyak yang ia keluarkan. Melihat semua ini, ia merasa menyesal membubuhkan diri sebagai pekerja seorang pria kejam.
"Angkat dia, bawa pulang, kunci di kamarku, habis itu ikat!"
Adrian menyeru pada bodyguardnya. Terdengar kejam, tetapi itulah yang ditangkap oleh telinga Melissa .
"Gak, gak mau. Jangan sentuh aku bodoh, akanku adukan perlakuan kalian dengan Andres!" teriak Melissa menjerit-jerit saat anak buah majikannya membopongnya.
Karyawan kantor pun tak sedikit yang menggunjing, bertanya-tanya dengan mereka yang menggotong gadis ceria yang selalu membawakan makanan ke perusahaan.
***
Saat tiba di rumah, hanya Laksa yang menggendong Melissa karena gadis itu tak sadarkan diri setelah diberikan bi*s
"Laksa ada apa? Kenapa Melissa pingsan!" Yani menghadang, ia cemas melihat pengasuh itu tumbang di gendongan bodyguard.
"Laksa apa salahnya menjawab !" Gertak Sasa.
Mereka kesal sekali karena melihat Laksa yang acuh dan melewatinya begitu saja.
Sebelumnya mereka sudah tahu bagaimana karakter Laksa sebagai bodyguard yang paling seram dan kejam, tidak jauh dari majikannya.
"Mbak Yan, kira-kira Melissa kenapa ya?" Sasa cemas.
"Semoga gak ada apa-apa!" balas Yani.
Tak lama kemudian Laksa keluar, lalu mengatakan sesuatu pada mereka. "Nona Melissa sedang mendapatkan hukuman dari tuan. Kalau masih ingin bekerja, jangan coba-coba mendekati kamar tuan yang di mana letak dia saat ini!"
Sontak ketakutan Sasa dan Yani semakin menjadi. Masih ingin bertanya, tetapi pria itu sudah pergi.
"Mbak ada apa si? Aku takut Melissa kenapa-kenapa!" gumam Sasa.
"Aku yakin ini pasti ada sangkut pautnya dengan Andres!"
"Kok Andres, Mbak?"
"Bisa jadi pak Adrian tau hubungan mereka, makanya semalam Andres dipecat!" balas Yani.
"Tapi, buat apa dia dihukum, dan apa alasan juga Andres dipecat? Memangnya gak boleh ada hubungan sesama pekerja di sini? Atau ...." Sasa terkejut saat menyadari sesuatu. "Mbak, jangan-jangan pak Adrian gak suka sama hubungan mereka karena bapak suka sama Melissa ?"
"Bisa jadi!"
***
Malam hari. Yani, Sasa dan pekerja lain menyambut kepulangan Adrian yang biasanya itu adalah tugas Melissa .
Hari ini tidak ada yang berisik sama sekali, seperti semula saat belum ada kehadiran wanita yang menjadi pengasuh. Semua segan dan sungkan, tidak ada yang seberani Melissa saat berhadapan dengan pria tersebut.
"Selamat malam, Tuan!" ucap mereka.
"Bagaimana dengan kondisi anakku?" tanya Adrian .
"Dokter Nadya sempat ke sini Pak, dia bilang sudah lebih baik, tapi nona muda masih sering menangis," jawab Yani.
"Kenapa?"
Dengan takut-takut Yani kembali menjawab, "Mu-mungkin mencari Melissa , Pak!"
Adrian tidak merespon lagi, ia langsung menindakkan kakinya menuju kamar. Kini, tempat persinggahannya itu sudah dihuni seseorang, tidak lagi kosong. Jika dulu istrinya, maka sekarang adalah calon...? Entahlah!
"Selamat malam!"
Adrian tersenyum, ia mengunci pintu dengan tangan yang terus bergerak membuka kancing baju.
Gadis malang, dengan ikat tali di sisi kanan kiri sampai kaki, tampak miris.
Jika ia bekerja untuk membayar hutang, maka kini akan ditawan untuk pelunasan hutang. Bagaimana perasaan ayahnya melihatnya putrinya seperti ini demi dirinya?
Sekarang gadis itu menyadari sisi gelap di balik tuannya.
Ucapan-ucapan yang dikeluarkan pembantu lain tentang dirinya yang berbahaya dan kejam, ternyata benar adanya.
Hanya karena sebuah hubungan, ia berakhir dipasung layaknya wanita gila.
"Untuk malam ini caramu melayaniku akan berbeda, Melissa !"
Bersambung ~