Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 08
Seno begitu tersinggung, dengan penuturan ibunya di hadapan para asisten rumah tangganya, sungguh hal yang begitu menyakitkan, dia tidak pernah membayangkan kalau ibunya akan setega itu menyakiti istri dan anaknya, padahal apa yang terjadi semua gara-gara anaknya.
"Mam sudah cukup, jangan pernah Mama menyakiti istri dan anakku lagi, ingat Ma, dia seperti itu juga gara-gara aku," sungut Seno yang merasa kecewa atas sikap ibunya.
"Seno kamu berani melawan Mama hanya demi wanita kampung ini," ketus Sabrina.
"Aku tidak pernah melawan kepada wanita yang sudah membuatku hadir di dunia ini, aku hanya ingin melindungi istri dan anakku sebagai mana dulu Mama selalu melindungi ku." kata-kata yang di ucapkan Seno begitu rendah tapi mampu membuat ibunya diam.
Suasana mendadak hening pada akhirnya Seno yang mengalah dan memilih mengajak istrinya itu untuk keluar dari rumah, suasana pagi di luar rumah lebih menenangkan, dari pada di dalam rumah, meskipun Seno hanya mengajak jalan-jalan istrinya di taman komplek rasanya bisa mengurangi sejenak beban dan sakit hati yang dia pikul.
"Mas, terima kasih ya, sudah mencoba untuk melindungi anak kita, jujur saja jikalau hanya diriku yang dihina aku tidak akan ambil pusing, tapi kalau sudah menyangkut anakku, pasti aku akan sakit hati, beruntung kamu tidak diam seperti kemarin, aku sangat bahagia ternyata perlahan kamu sudah mulai menunjukkan kepedulianmu, terhadap anak kita," ucap Shafina dengan penuh rasa syukur.
"Sayang, mulai hari ini dan seterusnya, aku akan menjadi Seno mu yang dulu, yang selalu ada untuk dirimu, maafkan aku untuk satu bulan yang lalu, jujur saja aku benar-benar dilema dan menghindar darimu, itu semua aku lakukan demi Mama, tapi semakin ke sini aku rasa permintaan Mamaku itu salah, dan membuatku untuk lebih sadar dan melihat lebih memperdulikan lagi keadaan kalian berdua," sahut Seno, dia benar-benar mengakui kesalahannya.
"Semoga saja dengan berjalannya waktu rasa kecewaku ini mengikis, jujur saja waktu itu aku hampir putus asa," tutur Shafina.
Selesai menenangkan pikiran, keduanya langsung memutuskan untuk kembali lagi ke rumahnya, untuk kali ini Seno benar-benar ingin membicarakan semua kepada papanya tentang keberlangsungan hidup dirinya dan juga keluarga kecilnya nanti, karena untuk sekarang ini dia benar-benar tidak bisa tinggal satu atap dengan mamanya yang jelas-jelas sudah merendahkan istri dan juga anaknya.
Di dalam rumah saat ini papanya itu sedang duduk di ruang keluarga, mungkin ini saatnya waktu yang tepat untuk membicarakan semua, agar masalah cepat terselesaikan.
"Kalian berdua dari mana saja, papa tunggu di meja makan tidak kunjung datang?" tanya Arman.
"Emmb kami berdua sedang jalan-jalan pagi sebentar Pa," sahut Seno.
"Ya sudah makan sana, kalian berdua belum sarapan kan, biar cucu papa, di gendong dulu sama mbak," titah Arman.
"Gak usah Pa, biar aku saja yang gendong," sahut Seno dengan cepat.
"Sayang kamu makan saja dulu ya, sini Chantika biar aku yang gendong," pinta Seno sambil mengambil bayinya itu dari istrinya.
Shafina pun langsung menyerahkan bayinya itu kepada suaminya, dia langsung berjalan menuju ruang makan karena memang perut ibu menyusui ini sedang lapar, beruntung di ruang makan suasana sepi, tidak ada satu orang pun, hanya saja ketika hendak mengambil nasi netranya menatap meja, yang di hidangkan hanya satu biji tempe saja, rasanya begitu sedih melihatnya. Rumah sebesar ini yang dihidangkan hanya satu biji tempe, entah ini perbuatan siapa yang jelas Shafina tidak mau ambil pusing yang terpenting sudah ada nasi putih di dalam piringnya.
Perlahan suapan per suapan nasi masuk ke dalam mulutnya hingga tandas, selesai makan ibu muda itu langsung bergegas mengambil anaknya yang ada di dalam gendongan suaminya itu, ketika dia sedang berada di ruang keluarga, telinganya tidak sengaja mendengar kalau papa mertuanya itu akan memberikan rumah yang ada di kota sana untuk suaminya, rasanya sangat bahagia mendengar ini semua, tidak lama lagi akhirnya dia bisa keluar dari rumah ini.
"Mas," Sapa Shafina.
"Oh sini Sayang duduk," ajak Seno.
"Sini Mas anaknya aku gendong," pinta Shafina, lalu Seno pun menyerahkan bayi mungil itu.
"Sayang, mungkin nanti siang kita akan berangkat ke Jakarta," ucap suaminya itu.
"Apa Bang, Jakarta," beo Shafina.
"Iya, Sayang. Dan semoga saja kamu betah dengan kehidupan di sana," tutur Seno.
Shafina bahagia sekali mendengar pernyataan dari suaminya, akhirnya dia bisa keluar juga dari rumah ini, andai saja mertuanya mau menerima keadaan bayinya pasti gadis muda itu akan tetap memiliki tinggal di sini, karena deket juga dengan bibirnya, tapi bagaimana lagi, mertuanya sangat membenci dia dan juga anaknya, hingga pada akhirnya Shafina dan Seno memutuskan untuk tinggal menjauh dulu.
Setelah berbicara panjang lebar akhirnya papa Seno mulai mengakhiri pembicaraannya, dan beliau pun sudah menyiapkan semua tiket pesawat mereka berdua untuk menuju ke Jakarta.
"Sen, ya sudah papa tinggal dulu," pamit papa Seno setelah membicarakan semuanya.
"Oh baik Pa, terima kasih," ucap Seno.
"Sayang ayo temani aku makan," ajak Seno Shafina pun hanya mengangguk, dan mengikuti langkah suaminya itu ke ruang makan.
Ketika sudah sampai di ruang makan mata Shafina begitu berbinar melihat segala lauk pauk terhidang di meja makan, hati wanita muda itu begitu berdesir menyaksikan semua ini, andai saja suaminya itu tahu pasti dia tidak akan terima jika istrinya di perlakukan seperti itu, tapi untuk kejadian ini Shafina bisa menerima toh sebentar lagi dia akan keluar dari rumah neraka ini.
"Sayang kamu mau nggak ayam gorengnya," tawar Seno yang di angguki oleh Shafina.
Seno pun langsung menyuapi istrinya dengan paha ayam yang begitu lezat, seolah tahu kalau istrinya itu sejak dulu memang sangat menyukai paha ayam, Seno pun mengalah dan memberikan semuanya kepada istrinya itu.
"Mas, cukup. Aku sudah kenyang," tolak Shafina ketika suaminya itu hendak menyuapi kembali.
"Baiklah kalau begitu," ucap Seno lalu menyudahi makannya itu.
"Mas, ayo kita mandikan dedek bayi, setelah ini kita kan mau berangkat," ajak Shafina.
"Baiklah Sayang, kalau begitu kita mandikan sekarang saja ya." Seno pun mengiyakan apa yang di ajak istrinya.
Sesampainya di kamar mereka berdua dengan rukun berbagi tugas untuk memandikan bayi mungil itu, bayi itu begitu anteng ketika, berendam di dalam bak yang sudah berisi dengan air hangat, meskipun tangan ibunya masih belum terbiasa memandikan bayi tapi, bayi tersebut terasa anteng dan tidak menangis.
Setelah mandi bayi tersebut menangis mungkin karena kedinginan, meskipun sempat panik tapi ibu muda itu terlihat begitu tenang dan tangannya langsung memakaikan baju bayi dan juga bedong biar bayinya merasa hangat, dan benar setelah di pakaikan baju dan bedongnya bayi tersebut terdiam dari tangisannya.
"Masya Allah akhirnya anak Mama diam juga, sekarang kamu sudah cantik Sayang," ucap Shafina sambil menyerahkan bayi itu kepada suaminya.
Selamat malam kakak-kakak semoga suka dengan kelanjutan novel ini🥰🥰🥰🙏🙏🙏
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤