Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Arumi dan Gilang
Aqilah yang tertidur pulas.Sementara Arumi nampak gelisah membuat dia susah tidur hingga bangkit lalu duduk di tepi tempat tidur.Entah kenapa dia punya firasat buruk tentang Gerry saat ini.
"Semoga saja tidak terjadi sesuatu padanya.Aku ini kenapa sih?Seharusnya aku tidak memikirkan dia lagi setelah apa yang dia lakukan padaku.Tapi kenapa aku masih peduli padanya? Apa karena aku masih mencintainya? Tidak! Aku tidak boleh lemah karena cinta.Aku harus kuat.Aku juga harus memikirkan diriku sendiri bersama Aqilah supaya punya tempat tinggal tanpa harus tergantung pada bantuan orang lain," ucap Arumi dengan menyemangati dirinya sendiri.
Dengan rasa tenggorokan yang kering.Dia pergi ke arah dapur mengambil segelas air putih di kulkas kemudian duduk di depan meja makan lalu minumnya.Namun sontak membulatkan kedua matanya begitu sempurna saat melihat ada tulisan nama Arumi dan Gilang di meja makan sama seperti halnya yang dulu pernah dia tulis di meja makan Apartemen kekasihnya.
"Ini tidak mungkin."
Arumi masih tidak percaya hingga mengamati setiap dinding dan barang yang ada di dapur.Itu sama persis dengan Apartemen Gilang.Pria yang telah tega meninggalkan dirinya saat kondisi dia sedang hamil.Untuk lebih memastikan, dia bergegas masuk ke kamar.Ternyata kamar itu berbeda dari Apartemen mantan kekasihnya dari mulai cat dinding dan lemari.
Hingga Arumi bisa bernafas lega ."Huurff..syukurlah.Tapi kenapa meja makan itu ada di sini? Apa aku tanyakan saja pada Pak Angga besok? Untuk lebih meyakinkan lagi," ucap Arumi kemudian berbaring di tempat tidur lalu memejamkan matanya.
++++++
Tok....Tok....Tok....
Sarita yang masih tertidur pulas di kamarnya.Seketika wanita paruh baya itu terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ketukan pintu di luar rumah.
"Siapa sih yang datang sepagi ini? Apa itu Gerry karena semalam dia tidak pulang?"Sarita bergegas keluar dari kamar lalu berjalan ke arah pintu lalu membukanya."Kamu' kan temannya, Gerry?"
"Iya, benar Tan.Aku datang ke sini ingin menyampaikan kalau Gerry sekarang ada di rumah sakit."
"Apa? Di rumah sakit?" Sarita begitu terkejut mengetahui Gerry berada di rumah sakit.
Sebagai seorang ibu, dia hancur hatinya mendengar kabar kalau putranya masuk rumah sakit.Dia takut jika terjadi sesuatu hal buruk pada Gerry apalagi sampai meninggal.Cuma Gerry yang dia punya di dunia ini karena suaminya pergi meninggalkan dirinya dengan wanita lain saat Gerry masih berusia 5 Tahun.Dan sampai saat ini suaminya tak kunjung pulang bahkan tidak ada kabar sama sekali.
Dari situlah, Sarita harus kerja keras untuk menafkahi putranya tanpa adanya suaminya.Dia terpaksa menjadi pelayan dengan membawa Gerry bersamanya di rumah majikannya.Karena bertambah usia, Sarita tidak sanggup lagi menjadi pelayan hingga memutuskan untuk berhenti bekerja.Namun putranya yang sudah dewasa tidak pernah mau cari pekerjaan hingga Sarita harus menjual rumah suaminya untuk memenuhi kebutuhannya.Sebab itu, dia pindah ke rumah kontrakan sebagai tempat tinggalnya.Namun semakin hari, hasil penjualan rumah menipis hingga Gerry bertemu dengan Arumi.Lalu putranya menikahi Arumi dengan harapan wanita itu bisa menghasilkan uang dan itu benar terbukti.Tapi itu segera sirna setelah Arumi pergi dari rumah hingga hidupnya terasa sulit.
"Aku pamit pulang ya,Tan."
"Eh...jangan pergi dulu ! Tante tidak punya uang untuk naik ojek.Tolong ya kamu antar Tante ke rumah sakit!" pinta Sarita yang ingin nebeng di motor teman Gerry.
Karena rasa simpati, teman Gerry akhirnya setuju untuk mengantar Sarita ke rumah sakit.
++++
Sementara Angga yang sudah rapi dengan jas hitam yang dia gunakan sedang berdiri depan cermin dengan menyisir rambutnya sambil bersenandung.
"Tumben banget anak Mami serapi ini? Padahal biasanya rambut kamu di biarkan begitu saja.Senyum-senyum lagi di depan cermin.Coba.... katakan sama Mami! Siapa wanita yang membuat kamu seperti ini?"tanya Dewi,Mami Angga.
" Tidak ada,Mi!"
Angga masih menutupi tentang perasaan yang di miliki pada Arumi karena wanita itu masih status istri orang.Walaupun insting di mengatakan kalau rumah tangga Arumi dengan suaminya tidak baik-baik saja karena wanita itu sampai pergi dari rumah.Namun, dia tidak ingin terlalu berharap yang nanti akan menyakiti hatinya sendiri.
"Apalagi yang coba kamu tutupi? Mami tahu kalau kamu ini sedang jatuh cinta saat ini.Sekarang perkenalkan wanita itu sama Mami dan Papi!Jika tidak!Mami terpaksa menjodohkan kamu dengan anak teman Papi," ancam Dewi untuk menakuti putranya.
"Ini bukan zaman Siti Nurbaya,Mi.Aku tidak mau mau ya di jodohkan.Apalagi Mami tahu sendiri selama ini aku lebih fokus kerja bukan fokus cari pasangan," protes Angga.
" Pokoknya Mami tidak mau tahu, jika lima bulan ini kamu belum menemukan wanita untuk jadikan istri.Kamu harus nurut sama Mami! Jangan seperti Adik kamu yang susah di atur!" tegas Dewi yang tidak ingin menerima alasan apapun dari Angga.
Karena tidak ingin berselisih dengan sang Mami hingga pria itu tidak membantah lagi perkataan maminya.
"Yah... terserah,Mi.Kalau begitu Angga pamit pergi," ucap Angga sambil menyelami tangan sang Mami dengan takzim.
"Makan dulu, baru pergi! Bibi sudah menyiapkan makanan di meja makan,"kata Dewi.
"Tidak,Mi! Aku makan di kantor saja.' tolak Angga lalu pergi.
++++++
Satu jam kemudian, Angga sudah tiba di Apartemen hingga masuk ke dalam lift untuk sampai ke lantai lima untuk menemui Arumi.Hanya saja, dia berpapasan dengan Arumi saat keluar dari lift.
" Kebetulan sekali, kalian sudah ada di sini.Ayo, kita pergi!" ajak Angga dengan memasuki lift bersama Arumi dan Aqilah.
Sementara Arumi hanya diam di dalam lift karena kepikiran tentang sekolah Aqilah.Dia bingung harus berbuat apa selain membawa Aqilah bersamanya karena tidak ada lagi orang yang bisa mengurus putrinya selain dirinya.
"Pak Angga tidak keberatan,kan jika aku membawa Aqilah ke perusahaan?" tanya Arumi dengan meminta persetujuan Angga
" Tentu saja tidak.Justru aku senang jika Aqilah ikut."
"Tapi,om.Aqilah mau pergi sekolah.Supaya jadi anak yang pintar," ucap Aqilah.
Kemudian Arumi meraih tangan putrinya."Tidak bisa, sayang.Bunda tidak bisa menjaga kamu karena bunda harus kerja."Arumi mencoba memberikan pengertian pada Aqilah.
" Aqilah mau pergi sekolah!" tegas Aqilah yang terlihat cemberut.Dia begitu kekeh ingin pergi sekolah.
"Okey, Aqilah boleh pergi sekolah.Om, akan pengantar Aqilah ke sekolah yang bagus, tanpa pengawasan orang.Apa Aqilah mau?"
Aqilah menjawab dengan anggukan kepala.Tapi sepertinya Arumi tidak setuju dengan hal itu.Dia merasa sikap bosnya itu terlalu berlebihan untuk Aqilah
sebenarnya Gerry yg tlg mencuri wang ibunya...🤣🤣🤣