"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan Butanya Jessie
Ponsel Tania berdering terus menerus merusak tidur nyenyaknya, dengan malas ia meraih ponsel itu.
"Ha..lo..." dengan suara serak.
📞 Jessie : Tan... bukain pintu kamu Tan cepet... Tan.. tolong aku cepet... bukain pintunya... hiks...
Suara Jessie yang panik benar-benar menyadarkan Tania dari tidurnya.
📞Tan : "Iya iya mba...", sembari berlari menuju pintu.
Brughhh... ketika pintu dibuka Jessie menerobos masuk dan kembali menutup pintu dengan kasar, dengan napas yang terengah-engah seperti habis lari maraton. Tania hanya melotot kebingungan melihat tingkah Jessie. Pasalnya ia baru sadar itu jam 2 subuh. Apa yang membuat Jessie kalang kabut sepert ini.
Tanpa banyak tanya, Tania membuatkan coklat hangat untuk Jessie. Kini wanita dengan gummy smile indah itu duduk meringkuk dengan selimut, wajahnya pucat dan sedikit gemetar.
"Kamu kenapa mba? Ada masalah?", tanya Tania perlahan ketika dirasa Jessie sudah lebih tenang.
"Jangan pernah sembarangan kencan buta ya Tan, jangan!", seru Jessie.
Lalu kemudian tangisnya pecah, menceritakan bahwa ia di untit dan merasa di teror terus menerus oleh pria yang pernah menjadi partner kencan butanya kala itu.
Pria itu terus menerus mengirimkan foto telanjang setengah badannya yang lama kelamaan membuat Jessie takut. Jessie sudah memblokir kontak pria aneh itu namun nomor baru terus bermunculan dan setelah dicari tahu orangnya masih sama.
Tidak puas hanya dengan ponsel, pria itu akhirnya mulai membuntuti Jessie kemana pun ia pergi, dan Jessie menyadari itu sebulan kemudian ketika ia mengecek cctv cafe nya.
Pria itu selalu menunggu di ujung jalan, kadang dengan mobilnya, kadang dengan skuter, atau hanya berdiri disana. Dan baru saja Jessie juga diganggu makanya seperti di kejar setan begitu.
Beberapa saat sebelum ia melarikan diri ke apart Tania, pria itu menggedor-gedor pintu cafe yang nota bene lantai duanya adalah tempat tinggal Jessie. Karena takut Jessie menyembunyikan semprotan merica di kantong hoodienya. Ketika pintu dibuka, pria itu tersenyum lebar dan menakutkan meski sebenarnya wajahnya sangat tampan, tapi tetap saja menguntit itu kejahatan.
Masih dengan senyum lebarnya itu, ia menunjukkan cincin dan gaun pengantin.
"Ayo Jessica, kita menikah." serunya.
Jessie tidak menjawab ia hendak menutup pintu tapi sialnya pria gila itu malah menahan pintu dengan sebelah kakinya, lalu masuk begitu saja. Jelas Jessie takut luar biasa, diperhatikan dari jauh saja ia sudah bergidik ngeri, bagaimana jika berada di satu ruangan yang sama, saling berhadapan pula.
Gila.
Jessie menekan remote mobil miliknya yang terparkir didepan cafe, secepat kilat menyemprotkan merica kepada pria itu. Disaat pria itu kesakitan itulah kesempatan Jessie menghambur keluar, kabur, dan berakhir di apartemen Tania.
"Aku cuma punya cctv yang kemarin-kemarin itu. Dia ngga ngelakuin apa-apa. Cuma duduk atau berdiri itupun jauh. CCTV cafe hari ini rusak, mungkin dirusak sama cowo itu karena dia udah tahu aku sadar kelakuannya." tangis Jessie.
"Tan, boleh ngga aku tinggal disini buat sementara?".
"Ya jelas boleh dong, mba. Pertanyaan macam apa itu. Untuk sementara tutup aja dulu cafenya mba."
"Ngga papa kok. Dia cuma berani kalo udah malem. Aku bakal tutup lebih cepet. Lalu balik kesini."
"Okay, ayo kita packing barang yang mau dibawa kesini besok. Sekalian girls day out." girang Tania.
"Ntar pacar kamu tantrum." ledek Jessie mengingat bagaimana Joon Young ketika Tania lupa sebentar saja memberi kabar.
"Hehehe... Biarin ah, dikit doang ngga bakal ngaruh apa apa. Lagian besok aku off, Joon Young juga seharian di rumah sakit besok."
"Maaf ya aku ngerepotin." keluh Jessie.
"Ngga sama sekali mba, aku malah seneng ada temennya."
"Thank you sayang." balas Jessie menunjukkan gummy smilenya.
Begitu ramai dan riuhnya mall yang mereka datangi, tapi Jessie kelihatan sekali tidak bersemangat. Ia masih lesu, dan terlihat agak tertekan. Bahkan untuk beberapa waktu ia terlihat awas ketika ada orang yang berjalan di belakang mereka. Tania menangkap hal itu, ia terus mengajak Jessie berbicara, melihat dan belanja ini itu. Setidaknya Jessie bisa melupakan sejenak.
"Mba, jangan terlalu kuatir. Pasti kita punya bukti nantinya. Aku udah telepon pihak properti, pasti CCTV nya udah dibenerin."
"Astagah... bener CCTV nya ya ampun Tan, aku aja sampe lupa. Makasih banget ya. Aduh... bener deh aku nge blank." keluh Jessie.
"Bentar mba, calon masa depan nelpon nih." seru Tania menatap layar ponselnya serius.
"Dih...", cicit Jessie menaikan ujung bibirnya.
"Halo mas Joon. Hmm lagi di mall bareng mba Jessie. Iya babe, nanti aku kabarin kalau udah balik ke apart. Iya bye."
"Bucin bener sih berdua. Sirik tau ga." cicik Jessie.
"Heheheh... Inget kan mba, aku pernah di posisi kamu? Sama - sama nyeremin. Telat sedikit aja aku, ahhh aku ngga tahu gimana aku sekarang. Bayangin gimana takutnya aku dikejar-kejar orang yang waktu itu bener-bener jadi gila. Aku lari gelap-gelapan tanpa alas kaki, wahhh...
Bener-bener kayak sihir, lampu mobilnya Joon Young nerangin jalanku, nuntun aku untuk berlari sekencangnya ke arah dia. Aku meluk dia gitu aja, padahal disitu aku dan dia masih bukan siapa-siapa, dia ngunci aku di pelukannya, dan mba tahu... itu rasanya nyaman, aman, kalang kabutku hilang semua. Senyaman dan se aman itu, dari situ aku bisa suka dan percaya sama dia.
Mba Jessie cuma perlu nemuin atau ditemuin orang yang seperti itu, yang punggungnya lebar untuk tempat berlindung, stop kencan buta mba. Berhenti main-main. Aku yakin mba akan ketemu. Jangan dicari lagi, stop iseng hanya karena sepi sedikit." jelas Tania panjang dan membuat Jessie tergugah sampai matanya berkaca-kaca.
"Woahh... kenapa aku malah ngerasa jadi adik ya.. hahaha." kekeh Jessie dan juga ditanggapi gelak tawa Tania.
.
.
.
Tbc ... 💜