Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 : Kakak yang rindu
Zara berjalan tergesa. Hari ini adalah hari pertamanya di stase bedah. Dan seperti kata konsulennya seminggu lalu, jika Zara di ijinkan masuk ke kamar operasi mendampingi dokter Bayu.
Jujur, Zara cukup kaget. Karena untuk masuk ke kamar operasi minggu pertama di departemen bedah, itu adalah sesuatu hal yang tidak biasa. Bahkan mahasiswa kedokteran sebelumnya, harus melewati dua atau tiga minggu baru bisa bergabung di kamar operasi.
Sepanjang malam, Zara tidak tidur, dia sibuk menghapal alat alat yang di gunakan di dalam kamar bedah. Zara tidak ingin di cap goblok dan tidak tau apa apa saat nantinya berada di dalam kamar operasi. Walau sebenarnya, mahasiswa kedokteran yang sementara stase seperti Zara, tidak di perkenankan memegang apapun atau melakukan apapun, cukup mengamati saja apa yang dokter spesialis lakukan.
Tibalah Zara di kamar operasi. Selain dia, ada satu lagi yang ikut bergabung menemani dokter Bayu. Meski tak satu kampus, tapi Zara bisa cepat beradaptasi dengan calon partner nya nanti di dalam sana.
Zara sudah mengganti baju, menunggu dokter Bayu datang sembari bertanya pada perawat perawat senior tentang apa yang sebaiknya harus dia lakukan ketika mengikuti operasi dokter Bayu.
Dan, di dapatlah informasi, jika dokter Bayu adalah dokter yang sangat teliti dan disiplin. Tidak boleh ada kesalahan dalam bentuk sekecil apapun demi menyelamatkan nyawa pasien yang sedang terbaring dengan berbagai jenis suntikan anastesi yang membuat mereka kehilangan kesadaran untuk waktu yang di tentukan. Dan kebetulan dokter Bayu juga baru saja menyelesaikan residensinya. Sebentar lagi akan ada penambahan di belakang namanya dengan gelar baru subspesialis bedah digestif.
Tak menunggu lama, dokter Bayu datang. Sebelum mencuci tangannya, dia sempat melihat Zara dan memasang seulas senyum.
" Aku mengijinkan kalian mengikuti operasiku karena beberapa pertimbangan. Dan salah satunya adalah nilai kalian berdua. Selain seorang laki laki yang ikut operasi ku beberapa minggu lalu, kamu dan teman mu ini salah satunya yang memenuhi syarat penilaian ku." Terang dokter Bayu.
Dokter Bayu kembali menatap Zara. " Kau siap?" Tanyanya
" I..iya dok." Jawab Zara terbata. Terus terang dia gugup.
" Kalau begitu, ayo masuk."
Operasi kali ini tidaklah terlalu sulit, Zara cukup intens memperhatikan bagaimana cara kerja dokter Bayu. Benar yang di katakan perawat, jika konsulen nya itu bekerja rapi dan sangat teliti. Zara salut. Dokter Bayu bahkan masih mengajar kedua coasnya di saat dia harus fokus dengan tindakan pembedahan nya.
Operasi selesai lebih cepat dari jadwal, dokter Bayu keluar dari ruangan operasi di dampingi beberapa residen bedah dan tentu saja Zara dan temannya. Mereka berjalan paling di belakang sesuai kasta di dunia medis. Karena sejatinya, Zara baru menjalani profesi dokter, sementara residen menjalani program pendidikan dokter spesialis, yang menyatakan jika mereka sudah menjadi dokter namun kembali sekolah demi memperdalam ilmu bedah yang mereka minati.
Dari tempat Zara berjalan, dia bisa melihat dengan jelas seorang pria paruh baya sedang berjalan ke arahnya. Pria yang di dampingi beberapa orang yang berjalan di belakangnya itu sangat Zara kenal.
" Baru selesai operasi dok?" Sapa Abi Adam.
" Iya dok." Dokter Bayu membungkukkan sedikit tubuhnya. Pria yang sedang menegurnya itu adalah pria yang sangat ia hormati. Selain sebagai pimpinan Brawijaya Hospital, dokter Bayu sangat menyukai dokter Adam karena adab yang dokter senior itu miliki. Meski memiliki segalanya, tapi dia tetap rendah hati.
" Wah, asisten dokter Bayu banyak sekali." Kata Abi tersenyum lalu melirik ke arah Zara yang berdiri paling di belakang.
Dokter Bayu tersenyum lebar.
" Tolong di bimbing dengan baik ya dok, karena mereka mereka ini adalah penerus kita nantinya."
" Tentu saja dok."
" Baiklah, dokter Bayu lanjut saja, maaf karena menahan mu beberapa menit, aku tau dokter Bayu sangatlah sibuk."
" Tidak apa dok." Ujar dokter Bayu sungkan.
Adam melewati para dokter yang mengatur barisan memberi hormat padanya.
Dan Abi Adam tersenyum penuh arti ketika berpapasan dengan Zara, Zara membalas dengan senyuman sembari menunduk.
Beberapa saat, bunyi notifikasi terdengar dari ponsel Zara.
" Assalamualaikum bidadarinya abi, ke ruangan abi setelah kamu tidak ada kerjaan ya nak."
" Waalaikumsalam, iya abi ku sayang,,hehehehe."
Visite dilakukan di perawatan bedah, dan Zara masih ikut dengan dokter Bayu, namun beberapa residen sudah membaur, ada yang kembali ke kamar operasi, dan sisa sedikit yang mengikuti dokter Bayu.
Di ruang perawatan, Ezar juga tengah melihat pasiennya.
Bayu menyapa Ezar dengan sopan, secara dari segi umur Ezar memang lebih tua.
" Halo bang." Sapa dokter Bayu.
Ezar tersenyum." Halo juga Bay."
Zara berdiri cukup jauh dari Bayu dan Ezar. Namun tiba tiba saja, dokter Bayu memanggilnya.
" Zara."
" Iya dok." Zara mendekat. Berdiri di antara Ezar dan Bayu.
" Siang dok." Zara menyapa Ezar, dan jelas dia harus menyapa salah satu konsulennya itu, meski sedang tidak berada di bawah bimbingan Ezar langsung.
" Siang." Jawab Ezar singkat.
Ezar memperhatikan gestur Bayu ketika berbicara dengan Zara. Dan Ezar tidak suka itu. Dokter Bayu seperti hanya mencari alasan dengan bertanya hal hal yang sebenarnya bisa Bayu tanyakan pada perawat yang berjaga.
Dan tatapan Bayu pada Zara juga terlihat berbeda. Jelas Ezar bisa merasakannya, dia laki laki dan sifat semua laki laki itu hampir sama.
Ezar menjadi pendengar setia ketika Bayu mulai memberikan pertanyaan pada Zara. Dan semua pertanyaan Bayu bisa di jawab Zara dengan benar.
Ezar tersenyum. Namun senyumnya menghilang ketika dia melihat Bayu menatap Zara dengan tatapan memuja.
" Aku duluan ya Bay.." Pamit Ezar. Hatinya tiba tiba saja mendidih karena marah, entahlah dia juga bingung.
" Iya bang."
Zara menunduk dan memberi hormat pada Ezar ketika pria itu berlalu dari hadapannya.
" Kalian boleh istirahat." Kata dokter Bayu pada Zara dan temannya.
" Iya dok."
Keduanya keluar.
" Aku lapar. Ayo ke kafetaria." Ajak Dila, teman Zara.
" Mmm,, kamu duluan ya La, aku masih ada sedikit urusan."
" Baiklah."
Zara dan Dila berpisah. Zara melangkahkan kakinya ke ruangan abi Adam.
Zara mengetuk pintu. Dan asisten abi Adam membuka pintu untuk Zara.
" Abi ada mas?" Tanya Zara sopan.
" Ada nona, silahkan masuk."
" Makasih mas."
Zara mengucap salam dan mencium tangan abi Adam.
" Bagaimana kabarmu nak?"
" Alhamdulillah, baik abi."
" Duduk, kamu belum makan kan?"
Zara mengangguk.
" Tunggu kakakmu dulu, abi juga sudah memanggilnya. Umi buatkan makanan kesukaan kalian."
" Benarkah?" Taya Zara tersenyum lebar.
Abi Adam mengusap pucuk kepala putrinya.
Tidak lama berselang, Zayn pun datang.
" Mas.." Zara berlari dan memeluk Zayn.
" Kenapa? Kau rindu padaku?" Kata Zayn tersenyum.
" Tentu saja, memangnya mas tidak rindu."
" Lepaskan pelukan mu. Nanti ada yang liat, kita di kira pacaran lagi." Ucap Zayn.
Zara melerai pelukannya lalu memukul lengan Zayn dengan keras.
" Auuu..sakit Ra." Pekik Zayn.
" Bocah gendeng. Kau liat, selain abi, memangnya ada orang lain sini." Sungut Zara." Bilang saja kalau tidak mau di peluk." Gadis itu kini merajuk.
Abi Adam tertawa renyah. Sengaja dia memanggil Zara ke ruangannya atas permintaan Zayn. Zayn kesepian. Semenjak Zara menikah, dia tidak punya teman lagi di rumah.
Zayn berkilah tidak ingin di peluk Zara, padahal dia rindu dengan sifat manja adiknya itu.
" Ayo makan. Aku sudah sangat lapar." Ajak Zayn.
" Ayo."
Zara menggandeng tangan Zayn dan duduk di sofa, sementara abi Adam duduk di kursi kerjanya, sibuk dengan berbagai berkas yang harus dia tanda tangani.
" Kalian makan dulu, abi ada pertemuan." Kata abi setelah asistennya masuk dan memberitahukan jadwal abi Adam selanjutnya.
" Iya bi."
Abi Adam keluar menyisakan Zayn dan Zara yang asik bercerita satu sama lain.
" Dokter Ezar apa kabar?" Tanya Zayn di sela sela makannya.
" Baik, mas tidak bertemu dengannya?"
Zayn menggeleng." Pekan depan baru aku ikut operasinya." Zayn meneguk air kemasan yang disiapkan Zara.
" Kau bahagia?"
" Maksud mas?"
" Mas berbicara tentang pernikahan mu dengan dokter Ezar."
Zara tidak menjawab.
" Jangan terlalu memaksakan kehendak dek, mas tidak ingin ikut campur, tapi jika dia menyakitimu, mas orang paling pertama yang akan membuatmu berpisah dengannya. Terserah, mau abi atau umi marah mas akan hadapi. Mas yang akan bertanggung jawab."
" Tidak mas, Zara bahagia." Ujar Zara tersenyum. Karena belakangan ini, Ezar terbilang cukup baik padanya.
Zayn menatap adiknya, dan dia tidak menemukan kebohongan di sana.
Zayn menghela nafas panjang. Dia berusaha untuk mempercayai adiknya, meski sebenarnya dia tidak terlalu yakin.
" Baiklah, habiskan makananmu. Waktu istirahat kita hampir selesai."
...****************...
dasar, ezar si mesum😂