Bayangkan terbangun dan mendapati dirimu dalam tubuh yang bukan milikmu. Itulah yang terjadi padaku setiap kali matahari terbit. Dan kali ini, aku terperangkap dalam tubuh seorang pria asing bernama Arya Pradipta. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana aku bisa ada di sini, atau apakah ini hanya sementara. Hanya ada kebingungan, ketakutan, dan kebutuhan untuk berpura-pura menjalani hidup sebagai seseorang yang tak kukenali.
Namun, Arya bukan orang biasa. Setiap hari aku menggali lebih dalam kehidupannya, menemui teka-teki yang membuat kisah ini semakin rumit. Dari panggilan misterius, kenangan yang menghantui, hingga hubungan Arya dengan seorang gadis yang menyimpan rahasia. Di setiap sudut hidup Arya, aku merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh yang kumiliki sementara.
Dalam perjalanan ini, aku menyadari bahwa kehadiranku dalam tubuh Arya bukanlah kebetulan. Ada kekuatan yang menyeret
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Kepercayaan yang Terkoyak
Setelah percakapan jujur dengan Arya, aku merasa sedikit lega, meski tetap ada sisa ketidakpastian di dalam hatiku. Kami berdua telah berkomitmen untuk terus maju bersama dan menatap masa depan, namun tetap saja, bayangan masa lalunya masih sesekali muncul, menghantui pikiranku.
Minggu berlalu, dan aku berusaha keras untuk memercayai Arya sepenuhnya. Namun, suatu hari ketika aku sedang membuka media sosial, aku tanpa sengaja melihat postingan foto lama Rina bersama Arya yang diunggah kembali. Di foto itu, mereka berdua tampak bahagia, dan dalam deskripsi, Rina menulis kata-kata yang membuat hatiku tercekat: "Kenangan yang tak akan pernah tergantikan."
Postingan itu langsung menarik perhatianku. Ada banyak komentar di bawahnya, beberapa dari teman-teman mereka yang sepertinya masih berharap mereka bisa kembali bersama. Aku menggulir layar, membaca komentar demi komentar, dan semakin banyak membaca, semakin cemas dan bingung perasaanku. Rina jelas belum bisa melepaskan Arya, dan rasa cemas itu kembali merayapi hatiku.
Malam itu, ketika aku bertemu Arya, aku tak bisa menyembunyikan kegelisahanku.
“Aku melihat postingan Rina tadi,” kataku dengan nada yang tak bisa disembunyikan lagi.
Arya terlihat bingung. “Postingan apa?”
“Dia memposting foto lama kalian, dengan caption yang membuatku merasa... tidak nyaman,” jawabku dengan suara pelan.
Arya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Rina memang belum sepenuhnya bisa melepaskan masa lalu, tapi itu tidak berarti aku ingin kembali bersamanya. Semua itu sudah berakhir.”
Meski Arya berkata demikian, aku tidak bisa menahan rasa sakit yang muncul di dalam diriku. Seperti ada sesuatu yang patah, sesuatu yang membuatku semakin sulit untuk memercayainya sepenuhnya.
“Kenapa kamu tidak bicara padanya, Arya? Beri dia pengertian kalau kamu sudah bersama seseorang sekarang,” kataku, berharap bisa menemukan jawaban yang menenangkan.
Arya tampak ragu. “Aku merasa jika aku berbicara padanya, itu hanya akan membuatnya semakin sulit untuk move on. Aku pikir lebih baik aku tidak menanggapi apa pun yang dia lakukan.”
Aku mengerti alasannya, tapi tetap saja, perasaan cemburu itu terlalu sulit untuk diabaikan. Aku tidak ingin menjadi orang yang selalu curiga, namun di saat yang sama, aku tak bisa sepenuhnya percaya.
“Baiklah,” kataku akhirnya. “Tapi tolong, Arya, aku butuh kamu untuk lebih meyakinkanku. Aku tidak mau merasa seolah-olah masih ada orang lain di antara kita.”
Arya menatapku dengan penuh kasih. “Aku mengerti, dan aku berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu merasa aman bersamaku.”
***
Beberapa hari berlalu, dan aku mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaan dan kehidupan pribadiku, mengabaikan keraguan yang sempat muncul. Namun, malam itu, sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul di ponselku.
“Hati-hati, kamu tak tahu semuanya tentang Arya,” begitu isi pesannya.
Aku terdiam, menatap layar dengan perasaan yang tak menentu. Siapa yang mengirim pesan ini? Apakah ini Rina? Atau mungkin seseorang dari masa lalu Arya?
Pesan itu datang seperti petir di siang bolong, menghancurkan segala usaha yang telah kulakukan untuk mempercayainya. Malam itu, aku tidak bisa tidur, pikiranku dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang semakin membuat hatiku gelisah.
Keesokan harinya, aku akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Arya secara langsung. Kami bertemu di sebuah taman yang sepi, dan aku langsung mengutarakan apa yang ada di pikiranku.
“Arya, aku menerima pesan dari seseorang yang mengatakan aku tidak tahu semua tentangmu,” kataku tanpa basa-basi.
Arya terkejut. “Apa maksudmu?”
“Aku tidak tahu siapa yang mengirimnya, tapi aku merasa semakin banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku,” jawabku dengan suara yang bergetar.
Arya terdiam, terlihat bingung dan cemas. “Aku sudah cerita semua padamu. Aku tidak tahu siapa yang mengirim pesan itu atau apa tujuannya, tapi aku bersumpah, aku tidak menyembunyikan apa pun darimu.”
Namun, dalam hatiku, keraguan itu sudah tertanam. Pesan itu mungkin hanya sebuah kebetulan, tapi aku tak bisa mengabaikan betapa hal itu mengguncang kepercayaanku pada Arya.
Arya menggenggam tanganku erat. “Tolong percaya padaku. Kita sudah terlalu jauh melangkah untuk dihancurkan oleh hal-hal seperti ini.”
Aku menatap matanya, mencoba mencari kejujuran di sana. Bagian dari diriku ingin percaya, namun bagian lain masih meragukan semua ini.
***
Hubungan kami perlahan-lahan mulai terasa tegang. Setiap pesan, setiap postingan, setiap kenangan yang muncul dari masa lalunya dengan Rina menjadi beban yang sulit aku abaikan. Aku tahu bahwa hubungan tanpa kepercayaan adalah hubungan yang rapuh, tapi aku juga tidak bisa menyingkirkan perasaan cemas ini begitu saja.
Malam itu, aku merenung sendirian, mempertanyakan segala hal. Aku ingin menjadi sosok yang bisa memberikan Arya kepercayaan penuh, tapi aku juga ingin hubungan yang bebas dari bayang-bayang masa lalu.
Di tengah semua kebimbangan ini, aku mulai mempertanyakan diriku sendiri: apakah ini karena Arya, atau karena ketidakmampuanku untuk melepaskan masa lalunya?
Akhirnya, aku memutuskan bahwa aku harus membuat pilihan yang tegas. Jika memang Arya adalah orang yang tepat untukku, maka aku harus belajar menerima masa lalunya sepenuhnya. Namun, jika aku tidak bisa melakukannya, aku harus merelakan hubungan ini.
Esok harinya, aku mengajak Arya bertemu lagi. Di bawah langit senja yang indah, aku memandangnya dalam-dalam.
“Arya, aku mencintaimu, tapi aku juga tidak bisa terus hidup dalam keraguan seperti ini,” kataku dengan suara pelan, namun tegas.
Arya menggenggam tanganku, menatapku dengan tatapan yang penuh kejujuran. “Aku paham, dan aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah menyakiti hatimu dengan sengaja.”
“Aku akan berusaha percaya padamu,” jawabku akhirnya, “tapi aku juga ingin kita membuat janji untuk saling jujur dan terbuka tanpa ada yang disembunyikan, apa pun yang terjadi.”
Arya mengangguk dan berkata, “Aku berjanji, mulai hari ini, tidak akan ada lagi rahasia di antara kita.”
Kami mengakhiri percakapan itu dengan pelukan hangat, berharap bahwa segala ketidakpastian akan lenyap, digantikan oleh keyakinan yang lebih kokoh.
Malam itu, aku pulang dengan hati yang lebih tenang. Aku tahu bahwa jalan kami masih panjang, dan mungkin masih akan ada rintangan di depan. Namun, aku percaya bahwa selama kami berdua tetap saling mendukung dan jujur, cinta kami akan mampu bertahan menghadapi segala badai yang datang.
***
Hubungan kami masih berjalan, meski tidak sempurna. Setiap hari adalah proses belajar, proses menguatkan kepercayaan yang sempat terkoyak. Aku tak lagi berharap hubungan ini bebas dari masalah, tapi aku berharap bahwa setiap tantangan yang datang akan selalu membuat kami semakin kuat bersama.