"Aku akan membantumu!"
"Aku akan mengeluarkan mu dari kehidupanmu yang menyedihkan itu! Aku akan membantumu melunasi semua hutang-hutang mu!"
"Pegang tanganku, ok?"
Pada saat itu aku masih tidak tahu, jika pertemuan ku dengan pria yang mengulurkan tangan padaku akan membuatku menyesalinya berkali-kali untuk kedepannya nanti.
Aku seharusnya tidak terpengaruh, seharusnya aku tidak mengandalkan orang lain untuk melunasi hutangku.
Dia membuat ku bergantung padanya, dan secara bersamaan juga membuat ku merasa berhutang untuk setiap bantuan yang dia berikan. Sehingga aku tidak bisa pergi dari genggamannya.
Aku tahu, di dunia ini tidak ada yang gratis. Ketika kamu menerima, maka kamu harus memberi. Tapi bodohnya, aku malah memberikan hatiku. Meskipun aku tahu dia hanya bermaksud untuk menyiksa dan membalas dendam. Seharusnya aku membencinya. Bukan sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Tolong
Belum juga dia mulai melakukan pekerjaannya, tapi tenaganya sudah terkuras habis.
Dengan tubuh lemas nya itu, Luna bengong menatap pintu lift yang sedari tadi belum juga terbuka.
Hotel King's Robe yang memiliki tinggi 25 lantai dan memiliki akses menuju Sunrise Mall itu baru diresmikan beberapa bulan yang lalu.
Karena sebuah keberuntungan, 5 bulan yang lalu Luna mendapat kerja di sana meskipun sebagai pekerja casual on call. Meskipun begitu gajinya lumayan tinggi. Bersyukurnya lagi, hingga saat ini dia masih dibutuhkan di sana saat Hotel membutuhkan tenaga lebih.
"Ada apa dengan matamu?" suara itu membuyarkan lamunan Luna, yang tanpa dia sadari pintu lift telah terbuka.
May, seorang pekerja tetap yang usianya 2 tahun lebih tua dari Luna itu menahan pintu lift, menunggu Luna untuk masuk. Luna masuk kedalam lift sembari mengucek matanya. Kemudian mengeluarkan cermin dari dalam tasnya.
"Gak biasanya kayak gini kalo habis nangis.." gumamnya.
May merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda dari dalam sana.
"Nih, aku tadi nemu pas bersihin kamar. Paling juga punya tamu ketinggalan.." ujar May seraya menyerahkan tetes mata pada Luna.
Karena dia bekerja di bagian room attendant, benda-benda yang tidak terlalu berharga seperti tetes mata itu contohnya, sering kali dia temukan.
Luna menerimanya, lalu segera meneteskan tetes mata itu ke matanya.
"Katanya hari ini owner nya dateng.."
"Terus di lantai VIP kayaknya juga ada tamu-tamu penting gitu. Ada acara semacem party katanya. Mungkin kamu nanti bakal di tugasin di sana.." tutur May.
"Hmm, makasih.." respon Luna.
Luna segera berlari menuju loker nya setelah pintu terbuka, karena dia sudah terlambat 5 menit.
Setelan rok hitam se-paha dengan kemeja putih berlengan panjang, juga rompi merah. Ya, dia seorang waiters. Dengan cepat dia memakai seragamnya. Dan tak lupa pula name tag yang harus selalu dipakainya.
"Lun, aku naik duluan, ya.." pamit May.
"Iya, Kak.." jawab Luna.
Setelah selesai dengan seragamnya, Luna menyanggul rambut panjangnya. Lalu mengganti sepatu kets nya dengan pantofel. Kemudian segera dia berlari kembali menuju lift.
"Syukurlah datang disaat yang tepat.." gumam Luna.
Pintu lift terbuka begitu Luna sampai di sana. Segera dia menekan tombol angka 5, dimana letak dapur berada.
"Lun, langsung ke lantai 21, ya. Kata Bu Melda kamu di tugasin di sana, soalnya di sana kekurangan tenaga," tutur teman Luna saat dia keluar dari lift.
Luna mengangguk sebagai tanda mengerti, lalu masuk kembali kedalam lift dan segera menuju ke lantai 21 seperti yang telah di perintahkan.
Lantai 21 sebenarnya tidak ada bedanya dengan lantai 5, bar dan resto. Yang menjadi pembedanya hanyalah kelas dan juga fasilitasnya. Dekorasinya juga lebih berkelas. Fasilitas ruang makan privat juga tersedia di sana. Lantai 21 adalah lantai khusus untuk tamu istimewa VIP dan VVIP.
Jika dilantai 5 lebih tenang, maka di lantai 21 ini akan menjadi kebalikannya. Dentuman musik dari club' menyambut kedatangan Luna setelah pintu lift terbuka di lantai itu.
"Lun.."
Musik keras dan juga lampu disco yang ada di tempat itu membuat Luna tidak bisa mendengar ataupun melihat dengan benar.
"Luna!"
Dia samar-samar mendengar seseorang memanggil namanya, tapi dia tidak bisa menemukan orang itu di antara banyaknya tamu di sana.
"Luna!"
"Duh.. Dipanggil berulang kali juga.." seru Sara yang akhirnya menghampiri Luna karena dia tak menjawab panggilannya.
"Ruang Flamboyan.." ucap Sara yang langsung dimengerti oleh Luna.
Luna menarik napas panjang dan menghembusnya dengan perlahan, lalu mulai berjalan ke arah ruang Flamboyan.
Dia merasa sangat gugup, karena ini pertama kalinya dia di tugaskan di lantai ini. Tempat dimana hanya ada orang-orang kalangan atas dengan tatapan merendahkan.
Luna berdiri di depan pintu besar dengan papan kecil bertuliskan 'Flamboyan Room' yang tergantung itu.
Dia menatap tulisan itu cukup lama, kemudian menarik napas panjang sambil memejamkan matanya. Kemudian menghembuskan nya perlahan seraya membuka matanya.
"Semangat, Luna.." gumamnya.
'Sudah di clear up? Tapi kenapa aku disuruh kesini kalo udah di clear up..' batin Luna setelah membuka pintu ruangan itu dan melihat di meja banquet hanya ada beberapa botol minum keras.
Dia menelan saliva nya setelah melihat sekumpulan pria mabuk didepannya. Kemudian memberanikan diri untuk mendekat dan bertanya.
"Permisi say~"
"Halo nona cantik.."
Belum dia menyelesaikan ucapannya, seseorang dari belakang memeluknya, dan dengan kurang ajarnya dia menyentuh paha Luna.
Hal itu sontak membuat Luna memukul wajah pria itu. Dengan penuh amarah, pria itupun menghempas tubuh Luna hingga menabrak meja banquet.
Luna mencoba untuk bangkit, namun dengan cepat pria itu meraih tubuh Luna, meraih kepalanya dan membenturkan nya diatas meja. Rambut yang disanggulnya dengan rapi pun berantakan. Dengan posisi Luna yang tengkurap itu, pria itu menindihnya.
"Brengsek! Lepaskan!" teriak Luna sambil berusaha menendang-nendang agar pria itu menjauh.
Luna terus meronta dan mencoba untuk menendang titik kelemahannya. Sialnya lagi pria itu menangkap kakinya, lalu merabanya.
"Pria sialan! Lepas!"
"Tolong!!"
Luna terus berteriak. Namun seorang pria yang duduk didepannya menghampiri dan membungkam mulutnya.
"Kau sangat cantik, tapi sayangnya kepribadian mu sangat buruk, Nona.." ucap pria itu.
"Apa seorang pramusaji Hotel boleh berkata kasar pada pelanggannya?" lanjutnya.
Bagaimana bisa orang-orang bejat seperti mereka masuk kedalam hotel. Batin Luna.
Tidak ada yang bisa dia lakukan lagi. Jika saja orang itu tidak menindih Luna, dan andai saja kekuatannya lebih besar, mungkin Luna bisa melawannya.
'Jika Tuhan memang adil, selamatkan aku. Selamatkan aku, Tuhan..' batin Luna seraya memejamkan matanya.
Luna meraih botol minum keras yang ada di depannya, kemudian melemparkan nya kebelakang dengan sembarangan karena dia tidak bisa melihat kebelakang.
"Gadis sialan! Apa kau bosan hidup?!" bentak pria itu.
Pria itu menjambak rambut Luna dan membalik tubuhnya, yang kini tubuhnya telentang di atas meja.
"Kalau tadi botol itu sampai mengenai ku, aku akan menancapkan pecahannya di kepalamu!" tegas pria itu sambil meletakkan cengkeraman nya dileher Luna.
"Lepaskan tangan kotor mu dariku!" teriak Luna.
Pria itu tertawa, diikuti oleh beberapa kawannya yang sedang duduk menonton.
"Lihatlah tatapan ganas gadis ini.." ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi Luna.
"Membuat ku semakin bergairah.." lanjutnya.
Dan serangan tak terduga datang dari Luna. Dia meludahi wajah pria itu, yang tentu saja hal itu membuatnya marah besar.
"Aku sudah terlalu sabar dari tadi, sialan!" bentak pria itu.
Pria itu meraih botol minuman keras di depannya, kemudian melayangkannya pada Luna.
mampir juga dong ke karya terbaruku. judulnya "Under The Sky".
ditunggu review nya kaka baik... 🤗