Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Emmanuel
"Bro, jangan menutup matanya! Biarkan dia melihat ketampananku ini! Aku yakin dia pasti akan langsung jatuh hati saat melihatku!" ujar Dafa yang membuat mata Emmanuel langsung melotot saat mendengarnya.
"Itu lah mengapa aku tidak suka kau datang ke sini! Kau itu terlalu narsis dan playboy! Jika sekali saja kau berani menggoda Silvia ,aku tidak akan mengampunimu!" sungut Emmanuel dengan nada geram yang justru membuat Dafa langsung terkekeh.
"Silvia? Namanya sangat cantik seperti orangnya. Kau tahu aku kan? Ketika aku sudah melihat wanita cantik pasti aku akan memilikinya. Tak peduli dia milikmu atau tidak, aku akan mengejarnya sampai dapat!" ucap Dafa dengan senyuman miringnya yang membuat Emmanuel merasa sangat tertantang. Sedangkan Silvia yang mendengar itu hanya bisa terdiam, ia tak bisa berbuat apa-apa karena tangan Emmanuel masih menutupi kedua matanya.
"Berani sekali kau berkata seperti itu!" bentak Emmanuel yang langsung berdiri dari duduknya.
"Tuan sabarlah. Aku yakin pria ini hanya bercanda," ucap Silvia berusaha menenangkan Emmanuel yang terlihat sangat marah saat ini.
"Siapa bilang aku bercanda? Nona yang cantik, aku ini sedang serius!" sungut Dafa.
Silvia yang mendengar itu pun lantas hanya bisa terdiam. 'Ya ampun. Ternyata pria ini sedang serius. Sifat narsis dan playboynya sangat tinggi,' gumam Silvia dalam hatinya.
"Keluar kau, Dafa!" bentak Emmanuel dengan sangat keras.
"Tunggu dulu. Aku akan keluar dari ruangan ini, tapi sebelum itu aku ingin meminta nomor si cantik ini!" ucap Dafa seraya mengeluarkan ponselnya lalu melangkah mendekati Silvia ."Sebutkan nomormu!" titah Dafa yang membuat emosi Emmanuel sudah tak tertahankan lagi.
Bug!
Satu pukulan keras melayang mengenai rahang tegas milik Dafa. Pria berusia 23 tahun itu langsung terjatuh dan tersungkur ke lantai. "Fuck!" pekik Dafa kesakitan. Terlihat darah yang mengalir keluar dari sudut bibir Dafa dikarenakan pukulan tersebut.
"Sekali lagi kau menggoda Silvia, aku tidak akan mengampunimu, Dafa!" teriak Emmanuel sangat murka.
Silvia yang melihat kejadian itu lantas melototkan matanya dengan sempurna. "Tuan ... apa yang kau lakukan. Kenapa kau memukulnya?" panik Silvia.
"Dia duluan yang menyulut emosiku! Datang-datang dia langsung ingin merebutmu dariku!" sungut Emmanuel yang membuat Silvia langsung terdiam.
"Tega sekali kau memukulku, Bro. Rasanya sakit sekali!" sungut Dafa seraya menyeka darah yang ada di sudut bibirnya itu.
"Keluarlah! Sebelum aku memukulmu lagi! Kau tahu sendiri aku tidak bisa mengendalikan emosiku ketika sedang marah dan kau malah sengaja memancing emosiku saat ini!" ujar Emmanuel dengan nada tegas.
"Aku kan hanya bercanda. Lagi pula tidak mungkin merebut kekasih dari keluargaku sendiri! Kenapa kau malah memukulku! Kau tega sekali!" sungut Dafa seraya berdiri dari duduknya.
"Aku bilang keluar!" bentak Emmanuel dengan sangat keras membuat Dafa mulai ketakutan.
"Baiklah aku akan keluar!" Dafa pun segera berlari keluar dari ruangan itu dengan sangat ketakutan. Kesalahan terbesar yang ia lakukan adalah berani menyulut emosi Emmanuel.
Pandangan Silvia langsung tertuju pada Emmanuel. Silvia dapat melihat wajah Emmanuel yang terlihat memerah dan berkeringat, dada pria itu naik-turun mengambil nafas dengan berat, bukti bahwa saat ini ia sedang sangat marah dan murka.
"Tenangkan dirimu, Tuan," ucap Silvia melangkah mendekat seraya mengelus punggung kekar Emmanuel dengan sangat lembut.
"Tidak bisa! Dia begitu kurang ajar! Andai saja dia tak aku anggap sebagai saudaraku sendiri, sudah pasti aku akan membunuhnya!" sungut Emmanuel masih terlihat marah.
"Ya ampun, Tuan. Dia kan hanya bercanda kenapa Tuan bisa semarah ini?" tanya Silvia merasa sangat heran.
GREP!
Seketika saja Silvia terdiam kaku di tempatnya ketika Emmanuel tiba-tiba menarik lalu memeluknya dengan sangat erat.
"Tuan!" Silvia pun berusaha memberontak.
"Peluk aku, Silvia. Peluk aku dengan erat. Sebentar saja ...." lirih Emmanuel. "Aku memang seperti ini, Silvia. Aku susah meredahkan amarahku sendiri. Peluk aku agar emosiku bisa segera menghilang."
Silvia yang mendengar itu pun mulai mengerti, dengan segera ia membalas pelukan Emmanuel.