Anson adalah putra tunggal dari pemilik rumah sakit tempat Aerin bekerja. Mereka bertemu kembali setelah tiga belas tahun. Namun Anson masih membenci Aerin karena dendam masa lalu.
Tapi... Akankah hati lelaki itu tersentuh ketika mengetahui Aerin tidak bahagia? Dan kenapa hatinya ikut terluka saat tanpa sengaja melihat Aerin menangis diam-diam di atap rumah sakit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Aerin membelalakkan mata saat melihat bentuk wajahnya di cermin dekat wastafel. Matanya bengkak, rambutnya acak-acakan dan pakaian yang dipakainya pun sudah tak berbentuk lagi. Sangat kusut.
Ya ampun Aerin. Memalukan, sangat memalukan. Pasti Anson menertawainya diam-diam tadi. Aaahh ... Kenapa dia bisa melakukan hal bodoh itu sih hari ini?
Lupakan Aerin. Mandi saja lalu langsung tidur. Anggap tidak ada yang terjadi.
Ucap Aerin pada dirinya sendiri. Lalu mengangguk kuat dan bersiap-siap mandi.
"Mana pengering rambutnya?"
Gadis itu mencari-cari. Di dalam kamar mandi tapi tidak ada, dikamar pun tidak ada. Sudah lama Aerin mencari tapi tidak juga menemukan benda yang dia cari.
Hufft ...
Gadis itu membuang napas panjang. Apa Anson tidak pernah menggunakan pengering rambut? Ya sudahlah. Padahal dia ingin langsung tidur, tapi bagaimana mau tidur coba kalau rambut basah begini.
Aerin pun menunggu sebentar sampai rambutnya kering. Ia duduk di kursi meja Anson yang di atasnya terdapat banyak tumpukan buku-buku medis.
Anson ternyata kutu buku.
Aerin tersenyum kecil saat membayangkan Anson membaca buku dengan memakai kacamata. Pasti lucu.
Gadis itu pun meraih sebuah buku yang dia lihat. Judul bukunya adalah Kapita Selekta Neurologi. Aerin mulai membacanya sambil menunggu rambutnya kering. Namun belum sampai lima menit membaca, perempuan itu menguap. Tak lama kemudian ia pun tertidur. Maklum, dirinya sudah terlalu lelah hari ini.
Dibalkon, seseorang menelpon Anson yang tengah melamun. Panggilan dari salah seorang perawat di tim-nya
"Dokter,"
"Ada apa, katakan dengan cepat." balas Anson datar.
"Pasien di kamar 23 mengalami muntah-muntah. Dokter yang menanganinya kebetulan tidak ada, dan para dokter yang lain pun tidak ada. Apa dokter bisa memeriksa?" perawat itu menjelaskan dan bertanya dengan hati-hati.
"Tidak bisa. Aku tidak ada di rumah sakit. Coba cari dokter yang lain, memangnya rumah sakit kita kekurangan dokter?"
"Tapi pasien itu di bangsal VVIP dokter,"
"Terus maksudmu dokter lain tidak memeriksa pasien VVIP kalau bukan dokter yang bertugas di bangsal itu? Pakai otakmu. Segera panggil dokter yang lain, bilang aku yang memerintahkan mereka. Ada pasien yang jauh lebih mengkhawatirkan di sini. Aku harus mengurusnya."
"B ... Baik dok." perawat di seberang terdengar ketakutan. Lalu panggilan terputus. Anson membuang nafas kasar. Itu saja repot. Tidak tahu apa dia sedang gelisah karena Aerin yang hampir bunuh diri malam ini.
Oh iya Aerin. Anson sampai lupa sudah hampir satu jam dia di luar. Gadis itu pasti sudah habis mandi. Ia lalu berbalik ke arah kamarnya. Membuka pintu perlahan-lahan. Ketika pintu terbuka, pandangannya berhenti ke Aerin yang duduk sembari membenamkan kepalanya di atas meja.
Anson berjalan mendekat.
Sudah tidur?
Benar sudah tidur. Lalu lelaki itu menyadari sesuatu. Rambut Aerin belum dikeringkan. Ia menyentuh rambut panjang gadis itu, memang masih sangat basah. Pria itu pun menggeram.
"Kenapa tidak keringkan rambut dulu baru tidur? Kau bisa masuk angin, bodoh." gumamnya terus memandang ke bawah. Gadis itu tampak pulas. Tapi Anson harus membangunkannya dulu. Ia pun berlutut di samping kursi putar yang di duduki Aerin. Memegangi bahu gadis itu.
"Hei, Aerin. Aerin, bangun sebentar. Kau harus mengeringkan rambutmu dulu." gumamnya pelan. Tangannya yang lain menepuk-nepuk pipi gadis itu lembut. Sayangnya usahanya untuk membangunkan Aerin tidak berhasil. Gadis itu tidak bergerak sama sekali.
Anson jadi ingat perkataan Kyle dulu. Kyle pernah bilang Aerin itu kalau sudah tertidur, susah sekali dibangunkan.
Akhirnya Anson memutuskan membantu gadis itu mengeringkan rambutnya. Ia berdiri mengambil pengering rambut dalam lemari kecil dikamar mandi dan kembali. Jangan sampai Aerin sakit besok.
Anson mulai mengeringkan rambut Aerin. Angin yang dia pakai adalah angin sedang. Ia melakukan pekerjaannya dengan serius. Sesekali pria itu tertawa kecil.
"Baru kau orang yang membuatku melakukan ini." ucapnya. Lucunya, Aerin tetap pulas. Sama sekali tidak menyadari gerakan Anson dirambutnya. Jangankan gerakan Anson yang memegang-megang rambut, bunyi suara pengering rambut yang cukup kencang saja tidak berhasil membuat gadis itu terbangun.
Itu sebabnya Anson tidak membangunkan Aerin lagi. Ia lebih memilih menggendong gadis itu dan membaringkannya di atas ranjang. Begitu jauh lebih gampang daripada membangunkannya.
S h i t.
Anson memaki dalam hati saat menyadari Aerin ternyata hanya mengenakan kemeja putih miliknya.
"Kenapa tidak memakai celana sih?" padahal dia memberikan pakaian sepaket tadi. Lihat, paha mulusnya terekspos. Dan lebih gilanya lagi, Anson bisa melihat sesuatu yang menonjol dibalik kemeja gadis itu.
Aerin tidak pakai BH.
Astaga, dia benar-benar menggodaku. Memangnya dia lupa aku ini laki-laki?
Anson menelan ludah lalu cepat-cepat membaringkan Aerin dikasur dan langsung menutupi seluruh badannya dengan selimut. Badannya panas dingin. Ia takut tidak bisa menahan gejolak godaan Aerin dan mengambil kesempatan saat gadis itu tertidur.
Anson mungkin belum pernah pacaran seumur hidup ini. Tapi bukan berarti ia laki-laki polos yang tidak mengetahui tentang hal-hal yang berbau dewasa. Umurnya sudah matang. Memang belum pernah menyentuh satu perempuan pun, namun sebagai laki-laki tulen dan amat sangat jantan, tanpa pengalaman pun dia pintar dengan hal-hal begitu.
Habis menyelimutinya, Anson menatap gadis yang tampak sangat damai tersebut. Ia menatap sangat lama. Lalu tatapannya turun ke bibir Aerin. Pria itu menelan ludah.
Entah kenapa tiap kali melihat Aerin, ada emosi bercampur yang dia rasa namun tidak bisa dia jelaskan. Apakah benar kata orang? Bahwa perbedaan benci dan cinta itu sangat tipis? Apakah dia membenci gadis ini, tapi tidak sadar menyukainya juga?
Seperti sekarang ini. Anson sangat ingin mencium Aerin. Ahh, persetan dengan semuanya. Dia akan melakukan kehendak hatinya saja. Lalu tanpa berpikir apa-apa lagi wajah Anson turun.
Menempelkan bibirnya dengan bibir Aerin. Ini pertama kalinya dia mencium wanita. Awalnya hanya menempel dalam sepersekian detik. Namun saat mulut Aerin sedikit membuka, Anson dengan berani memasukkan lidahnya dan membelai di dalam sana. Merasakan semua isi dalam rongga mulut Aerin.
Aerin sampai melenguh akibat serangan panas yang Anson berikan. Tapi gadis itu tidak sadar-sadar juga. Begitu Anson melepaskan ciuman itu, laki-laki itu tertawa.
Kau gila Anson.
Katanya, mengatai dirinya sendiri. Dan tertawa. Namun ia tidak menyesali perbuatannya. Mungkin dia memang memiliki rasa pada gadis ini. Itu sebabnya nafsunya menggila tiap kali melihatnya.
Pria itu pun mengecupi puncak kepala Aerin lalu berdiri menjauh. Ia harus berhenti sekarang. Kalau tidak, dirinya mungkin bisa berakhir dengan memperkosa Aerin. Tidak, dia tidak akan pernah melakukan hal tidak senonoh itu tanpa persetujuan Aerin.
Bertindak secara impulsif dan sulit mengontrol emosi.
Pendarahan selama Operasi Buruknya sangat beresiko dapat menyebabkan Infeksi setelah operasi . Gumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau masalah paru-paru .
Satu bab buruk dalam hidup itu tidak berarti itu adalah akhir, tetapi itu adalah awal dari babak baru dalam hidupmu..
Namun jika situasinya seperti ini tingkat Lithium yang sangat tinggi dalam darah dapat mengganggu fungsi ginjal dan organ tubuh lainnya jika dikonsumsi berlebihan.