NovelToon NovelToon
I'M Glad You'Re Mine

I'M Glad You'Re Mine

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Author menulis cerita ini karena terinspirasi dari sebuah lagu, tentang seseorang yang selalu menunggu cintanya, dan akhirnya bersama.

Pernahkah kalian merasakan dejavu? Perasaan aneh seakan mengalami kejadian yang sama, yang pernah kita alami di masa lalu.
Gita mengalami dejavu, mimpi buruknya yang terus berulang...

"Duarrr..."
Kali ini kulihat mobil hitam yang sama di mimpiku menabrak sisi Nino. Refleks Nino sama seperti di mimpiku, ia refleks memelukku untuk memberikan semacam perlindungan kepadaku.
Sebelum memejamkan mata, aku berdoa kepada Tuhan,
"Tuhan tolong aku berikan aku kesempatan lagi...".

Full of love,
from author 🤎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terluka

Nino menautkan tangannya dengan tanganku setelah pembicaraan saat sarapan tadi pagi. Ia tidak melepaskan tanganku dari awal kami masuk taksi sampai sekarang, saat menunjuk barang yang sesuai dengan seleranya, atau memesan minuman ia masih memegang tanganku erat, ia baru melepaskannya saat akan membayar pesanan minuman kami. Mungkin orang yang melihat kami akan mengatakan kami adalah pasangan yang romantis atau sedang kasmaran, sebenarnya aku sendiri masih tidak percaya saat sesekali melihat tangan kami bertautan. Bukan berarti tidak nyaman, hanya terasa sedikit aneh dan tidak terbiasa. Kami melalui hari ini dengan berjalan jalan di mall saja, kemudian kembali ke hotel saat menjelang malam.

Keesokan harinya kami jalan-jalan mencari lemari atau ide renovasi kamar di mall yang lain, sama seperti kemarin, aku selalu berpegangan tangan dengan Nino. Kami memutuskan untuk menonton bioskop, kebetulan ada film yang sedang booming di bioskop "How to Make Millions Before Grandma Dies". Selama film berlangsung kami juga berpegangan tangan. Film itu sungguh sangat menyentuh hati, air mataku sudah membanjiri mukaku, dan tentu saja Nino tersenyum melihatku. Aku sungguh malu, pasti mataku bengkak karena tidak berhenti menangis. Nino merangkulku lalu berbisik ditelingaku,

"Aku suka wajahmu yang merah karena malu".

Aku berusaha melepaskan pegangan tangannya, tapi Nino malah mempereratnya, lalu membersihkan sisa air mata di wajahku dengan tangannya yang lain.

"Mau makan malam apa Git?".

"Kita pulang aja yuk No, aku malu nih mata bengkak begini".

"Hehehe....bagaimana kalau kita makan makanan kaki lima saja di taman dekat hotel, disitu areanya cukup luas, lagipula sudah gelap kita bisa mencari tempat duduk yang tidak terlalu ramai dan tidak terlihat orang".

"Baiklah No".

Kami duduk di bangku taman yang agak sepi. Selesai makan kami mengobrol sambil memperhatikan keramaian dari kejauhan.

"Kamu tau Git, saat aku meminta izin pada mamamu untuk mendekatimu, aku juga membawa cincin ini, sebagai bukti bahwa aku berniat serius denganmu dan berjanji akan berusaha membahagiakanmu", Nino berkata sambil mengelus cincin nikah yang aku pakai.

Ya, tidak heran mama memintaku untuk mempertimbangkan Nino, kataku dalam hati.

Kemudian kami saling bertatapan, dan ia memelukku lagi. Ini pertama kalinya aku dipeluk dengan alasan yang berbeda. 2 pelukannya dulu terjadi saat kecelakaan, pelukan berikutnya saat aku menangis, namun kali ini pelukannya untuk menyatakan perasaannya. Pelukan kami di hotel kemarin, karena aku membutuhkan penghiburan, namun kali ini jika aku membalas pelukannya berarti aku menerima perasaannya. Aku bingung harus memeluknya kembali atau tidak, saat tanganku bergerak pelan ingin menerima pelukannya, ia melepaskan pelukannya. Seakan tau apa yang ada di pikiranku, Nino berkata,

"Aku akan menunggumu Git, setidaknya berjanjilah padaku untuk tidak melepaskan tanganku", kata Nino sambil menautkan kembali tangannya padaku.

"Ya aku berjanji tidak akan melepaskannya", jawabku.

"Mari kita pulang Git".

Kami kembali berjalan menuju hotel, saat gedung hotel sudah terlihat tidak jauh dari tempat kami, ada orang yang menabrak Nino dengan sangat keras.

"Hei... !!", kataku keras menegur orang itu.

Tapi tangan Nino mempererat genggamannya.

"Tolong aku Git".

Aku kaget baju Nino sudah dipenuhi dengan darah, kucari sumbernya, ternyata perut Nino sepertinya terluka atau robek, orang yang menabrak Nino tadi adalah pelakunya.

Aku berteriak sekencang mungkin,

"Tolong... tolong suamiku...", kataku sambil menangis.

Para satpam hotel yang berada tidak jauh, menolong kami, aku menceritakan kejadiannya dan mengatakan kami adalah salah satu pengunjung hotel ini.

Mobil hotel segera membawa kami ke rumah sakit terdekat. Nino langsung dimasukkan ke UGD dan aku harus menandatangani beberapa dokumen, aku sudah tidak bisa berpikir atau membaca dokumen apa yang aku tanda tangani, aku hanya memohon kepada para dokter dan suster yang menangani Nino bahwa aku bersedia membayar biaya apapun yang penting Nino harus selamat.

Dengan gugup aku menelepon memberi kabar kepada orangtua Nino dan mama.

Mereka datang ke rumah sakit, pada saat yang sama dengan polisi sedang meminta keterangan dariku. Karena kejadiannya dekat dengan hotel yang memiliki kamera CCTV di beberapa sudut jalan, jadi polisi juga bisa dengan mudah mencocokan ceritaku dengan rekaman CCTV. Mama dan orangtua Nino turut mendengarkan ceritaku dan melihat rekaman CCTV, mereka juga dimintai keterangan oleh polisi mengenai Nino.

Setelah polisi selesai dengan pertanyaan-pertanyaannya, giliran mama dan orangtua Nino yang bertanya padaku kenapa aku tidak berada di Sumba.

Aku beralasan bahwa kami ketinggalan pesawat dan memutuskan untuk berbulan madu di hotel saja. Mungkin karena suasana sedang tegang menunggu hasil tes dan operasi Nino, jadi mereka tidak menanyakan detail tentang itu.

Kemudian dokter datang menghampiri kami, dan menjelaskan situasi Nino. Operasi Nino berjalan dengan lancar, tusukan benda tajam itu cukup dalam sehingga mengenai organ bagian dalam Nino. Untuk sementara Nino dalam keadaan baik, namun dokter akan memantau perkembangannya terus dan menunggu Nino siuman.

Aku sedikit lega mendengarnya. Mama Nino memelukku dan berkata,

"Nino akan baik-baik saja Git".

"Apa kamu mau beristirahat nak?", tanya mama padaku.

"Tidak ma, aku mau menunggu Nino disini, aku hanya akan memejamkan mataku sebentar".

Ya aku sudah sangat lelah menangis, aku hanya butuh memejamkan mataku sebentar.

...----------------...

Menerima adalah bentuk ikhlas paling sempurna,

dan kesabaran adalah bentuk ketulusan yang tidak terukur kedalamannya.

-Sanindiar-

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!