Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Mulai Menjalankan Aksi
Beberapa saat kemudian, setelah semuanya dirasa siap, dengan sedikit mengendap, ketiga laki-laki itu mulai mendekati sebuah bangunan rumah warga yang sudah diincar sebelumnya dari tadi. Tekad dan niyatnya sudah bulat.
Tidak lupa, mereka sudah memakai penutup wajahnya masing-masing, hanya kedua mata mereka yang tampak tajam bak mata elang yang siap menerkam mangsa.
Dengan penuh waspada penuh, ketiga perampok itu mulai merangsek mendekati rumah incarannya.
Rumah yang menjadi incaran oleh Ki Gendut Ireng dan kedua teman nya adalah rumah juragan Basri, salah satu warga kampung Lemburasri, Saudagar ( Pedagang ) yang jual beli hasil bumi ( hasil pertanian ) yang cukup kaya dan sukses dengan usahanya sehingga sangat terpandang dengan kekayaannya. Pantas saja kalau ketiga perampok tersebut, sangat ingin menyatroni rumah Juragan Basri.
Di sela gelapnya malam dengan sinar rembulan yang redup terang, ketiganya berkelebat dari arah belakang rumah Juragan Basri. Anan ditugasi paling depan, dan diikuti oleh Ki Gendut Ireng dan Si Codet.
"Apa yang harus aku lakukan nanti dengan Juragan Basri. Sejujurnya, aku sudah sangat muak dengan pekerjaan hina ini.!!" Batin Anan, saat mengendap mendekati pagar tinggi yang menutup seluruh banguan rumah Juragan Basri.
"Apalagi rumah yang akan disatroni adalah rumahnya Juragan Basri. Walaupun jadi saudagar kaya raya, tapi dia tidak sombong, dan selalu memberikan bantuan pada orang - orang yang membutuhkan, walaupun isterinya terkenal pelit dan sifatnya sedikit berbeda dengan suaminya itu. Hhhhahh...!!"
Gumamnya lagi dalam hati. Membuat Anan sedikit ragu dan tertekan saat beberapa langkah lagi sampai dekat pagar tinggi itu.
"Ada apa, Anan..!!? Kenapa kayaknya kamu ragu, hah...!! Ayo jalan...!!" Tiba-tiba terdengar suara Si Codet di belakang Anan, walau berbisik, tapi terdengar jelas oleh Anan. Yang terasa penuh penekanan itu.
"Ti...tidak a..apa-apa, B..bang..!" Jawab Anan kaget.
"Jangan keras-keras, Br*ngs*k...!! Kamu mau, acara kita gagal hah...!!?" Teriak Si Codet lagi, membisikkan ke telinga Anan, tangan kanan Si Codet meremas baju Anan. Hingga membuat Anan merinding juga. Detik kemudian, ia tetap berjalan mengendap pandangannya dilebarkan ke berbagai arah.
"Siaaal...!!. Aku harus mencari cara agar terbebas dari kedua Bandit ini. Mudah-mudahan ini akan berakhir bagiku. Dan aku akan lepas dari perbuatan keji ini." Gerutu Anan dalam hatinya lagi. Kedua tangannya sudah siap untuk melempar tali tambang yang sudah ada pengait besinya, yang sebentar lagi ia lemparkan, dan menaiki pagar tinggi di hadapanya itu.
Bagi Anan, sebenarnya sudah ingin mengakhiri perbuatannya itu bersama Ki Gendut Ireng dan Si Codet. Namun, karena keahlian bela diri / ilmu silat Anan yang masih jauh dibandingkan Ki Gendut Ireng dan Si Codet, serta berbagai ancaman dan penekanan dari Ki Gendut Ireng pada Anan, hingga membuat pemuda itu nyalinya kembali ciut. Anan harus berfikir keras lagi bagaimana caranya bisa bebas dari kedua bandit jahat dan bengis itu.
****
#Keadaan di Pos ronda saat itu.
Angin malam terus berhembus sedikit kencang dan membuat hawa semakin dingin. Apalagi dimusim kemarau panjang, dinginnya mulai terasa saat matahari ketika terbenam.
Di pos ronda, tampak empat orang laki-laki yang sedang berkumpul berjaga di dalam Pos. Badan mereka masing-masing ditelungkupi kain sarung karena merasa kedinginan yang mulai meresap pada badan mereka.
Rasa dingin yang terasa menusuk nusuk tulang mereka, juga rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang ke empat orang ronda yang padahal tidak lama sudah pada minum air kopi, hingga membuat keempatnya sangat malas untuk beranjak meninggalkan pos ronda. Masing-masing badan mereka sudah ditelungkupi kain sarung untuk mengamankan diri dari rasa dingin yang tidak bisa diajak kompromi. Hingga dari bibir mereka terdengar hampir berbarengan suara "brrrr..sssshhhh... Brrr". Seperti paduan suara saja.
Kalau saja tidak ingat dengan kewajiban dan kesepakatan bersama. Tentunya keempat ronda itu sudah meninggalkan pos ronda, dan pulang ke rumah masing-masing.
Terdengar dari salahsatu ronda yang bernama Juhro berkata.
"Bagaimana kang Adun, apa perlu kita keliling kampung lagi,?" Tanya salah satu ronda yang bernama Juhro. Kedua tangannya masih memegang erat ujung sarung, hingga yang terlihat wajah nya saja.
Laki-laki yang dipanggil Kang Adun menoleh ke arah Juhro di sampingnya.
"Tadi kan kita sudah keliling, dan keadaan kampung kita aman-aman saja. Kalau menurut Aku mah cukup sekali saja. Paling nanti kelilingnya lagi sekitar jam 3 an. Lagian jam seginih dinginya terasa banget. Hoaaaam....mataku kok mendadak terasa berat dan lengket banget... Hoaaaam..."
Kata Adun pada Juhro. Memberikan jawaban sebagai alibi saja.
"ia nih... Aku juga merasa kedinginan banget. Mana lupa tidak membawa jaket lagi duh... brrr... dingiiiin... hoaaaam!!" Kata Roji, ronda di sebelah Adun yang bernada sama dan menggigilkan badannya.
"Ya sudah kita berjaga di sini saja. Yang penting sudah menjalankan tugas. Nanti sekitar jam 3 kita keliling kampung lagi." Laki-laki yang bernama Jubed menimpali.
Matanya disipitkan ke arah jam dinding yang menempel di dinding pos. Lalu melangkahkan kakinya mendekati kentongan yang mengantung di pinggir tiang sebelah barat pos.
" tok...tok... tok.. tok..!!! ( 12 kali ) " Suara kentongan yang dipukul Jubed, bunyinya sangat nyaring suaranya jelas sekali menyebar kemana-mana di wilayah sekitar pos. Apalagi suasana hening di tengah malam tersebut.
Suara kentongan yang dipukul 12 kali. Menandakan sudah jam 12 malam. pas tengah malam.
Selesai memukul kentongan, Jubed kembali ke arah ketiga temannya yang masih berkumpul dan bergumul saling merapatkan badan untuk menghilangkan rasa dingin yang semakin terasa.
Terdengar suara mengorok yang bersahutan dari Adun dan Roji. Beberapa menit kemudian, tidak kalah juga Juhro menyahut, persis seperti perlombaan mengorok di Pos ronda tersebut.
Jubed hanya bisa menggelengkan kepala dan mengusap kasar wajahnya. Tidak berselang lama juga, Jubed memposisikan badannya di samping Juhro yang sudah terlelap di alam mimpinya.
"Hoaaaammmm..." Terdengar dari mulut Jubed, dan langsung mengerjap ngerjapkan matanya yang mulai terasa berat dan lengket.
Beberapa menit kemudian. Suasana pos ronda itu sedikit gaduh dengan suara dengkuran yang saling bersahutan. Keempat ronda akhirnya terlelap. Tidak curiga suatu apapun, sebenarnya bahwa bahaya sebentar lagi datang.
****
Sementara itu, diwaktu yang sama, Ki Gendut Ireng, Si Codet dan juga Anan telah berhasil menaiki pagar tinggi 3 meteran di belakang rumah Juragan Basri.
Sebelum menjalankan aksinya, Ki Gendut Ireng memberikan isyarat lagi pada kedua temannya, agar aksinya itu berjalan mulus dengan sempurna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe