NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gosip

"Gea! Bagaimana kabarmu!" ucap Via. Ia berlari menuju ke arahku. "Kudengar dari Ibumu, kau baik-baik saja, kan?"

"Hei ... satu persatu. Belum waktunya untuk menjenguk," ucap Radit yang kala itu sedang merebahkan diri di sofa seraya menonton televisi.

"Kau pikir aku tamu? Kau saja yang keluar dari ruangan ini," ketus Via pada Radit.

"Tidak mahu. Siapa yang lebih cepat datang ke sini?" tanya Radit.

"Lagi pula, rumah sakit ini bukan milikmu. Pergilah!"

"Sudah-sudah," sahutku, melerai. "Radit, keluarlah. Kau sudah lebih dulu melihatku, sekarang biarlah bagian Via. Sebentar lagi waktu jenguk telah tiba, kita bisa berkumpul lagi."

Radit keluar dengan ketus. "Kau ini menggangguku saja."

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa ada bagian tubuhmu yang hilang?" tanya Via. Ia mengamati tubuhku dari atas kepala hingga ke ujung kaki.

"Tidak ada ... aku baik-baik saja," ucapku seraya tertawa. "Hanya beberapa luka bakar ringan, semuanya baik-baik saja. Kau pulang lama sekali, membeli ikan saja mencapai waktu satu hari!"

"Maaf ... ibuku ternyata sembari mencari bisnis ikan untuk pempeknya. Lalu kapan kau akan pulang?" tanya Via.

"Mungkin malam ini aku akan menginap, esok kalau mulai membaik akan dokter pertimbangkan."

"Cepatlah pulang Gea ... aku benar-benar sangat mengkhawatirkanmu!" Via hendak memelukku, tetapi langsung kutolak.

"Jangan."

"Kenapa? Kau tidak butuh pelukan dariku lagi?" murka Via.

"Pundakku sakit! Sama saja kau menyakitiku," jawabku.

"Ya ampun! Berapa luka yang berada di tubuhmu? Bagaimana kejadiannya?" Via kembali melihat beberapa luka di tubuhku. "Kau ini memang kurang berhati-hati!"

"Ya ... aku hanya sedang sial. Sebentar lagi juga akan kembali pulih," sahutku. "Bagaimana dengan lokasi kejadian? Apa sudah kembali normal?"

"Masih terus dilakukan pencarian korban ... kurasa, kejadian ini membuatku trauma. Baru pertama kali hal ini terjadi."

"Ya ... kejadiannya begitu cepat." Kualihkan pikiranku. "Ah sudahlah, aku tak ingin mengingatnya lagi. Kau ke sini bersama siapa?" tanyaku pada Via.

"Bersama Ibu dan Ibumu." Via membuka jeruk yang berada di meja. "Milik siapa ini?"

"Sudah jelas berada di mejaku, kau pikir milik siapa lagi?"

Via tertawa. "Ya sudah, milikmu adalah milikku. Mulutku terasa masam. Aku ingin mencoba jeruk ini, terlihat manis sekali."

"Makanlah ...."

Radit kembali ke dalam ruangan. "Jam besuk telah dibuka." Tatapan Radit menatap pada jeruk yang sedang disantap Via. "Milik siapa itu?"

Via mendelik. "Kau lagi, kau lagi. Kenapa kau selalu iri pada semua tindakanku?" Via melepehkan biji jeruknya.

"Tidak, aku hanya bertanya."

"Kau sudah membeli baju kebaya untuk perpisahan nanti?" tanya Via terhadapku.

"Ibuku sudah membuatnya. Aku hanya tinggal mencari songket untuk roknya."

"Tadinya, aku ingin membeli berbarengan denganmu," sahut Via. "Memangnya baju kita tidak akan bermodel sama?"

"Aku belum membelinya," sahut Radit.

"Tuh ... Radit belum membelinya. Samakan saja model bajumu dengannya," timpalku pada Via seraya tertawa.

"Kalau bajuku sama dengannya, orang-orang akan mengira aku dan Radit adalah sepasang kekasih. Tidak mahu!"

"Harusnya kau senang. Semua wanita berbondong-bondong ingin memiliki baju yang sama denganku. Dan kau adalah orang yang terpilih," timpal Radit.

"Katakan padaku, siapa wanita yang kegirangan itu? Aku akan cepat-cepat menyadarkannya. Kasihan wanita itu."

Seperti biasa aku hanya bisa menonton tingkah Radit dan Via. Hidupku menjadi lebih berwarna karenanya.

"Kau ini bodoh, Via. Aku adalah pangeran yang turun dari surga, kau menolakku mentah-mentah?" ceplos Radit.

"Sesukamu saja Radit. Aku sudah muak menimpal semua ucapanmu itu, enyahlah." Via menyelonjorkan kedua kakinya. "Hidupku sudah rumit, kau jangan mempersulit."

****

Kini kami berkumpul lagi. Semakin lama, topik pembicaraan semakin panas.

"Sudah kubilang kan! Leo itu memang berselingkuh dari Jihan ... selama ini, dia memang memanfaatkan karena kepintaran Jihan selama ini," sahut Via. "Ditambah lagi Jihan kan memang orang yang berada. Sudah kukatakan saat itu tetapi tidak ada orang yang percaya padaku."

"Kau berbicara di waktu yang salah. Sudah tahu saat itu hubungan mereka sedang booming dan hangat. Bukankah mereka dijuluki 'couple kesetiaan tanpa batas' ... kau mengatakan itu tanpa bukti," sahut Radit. "Bodohmu natural. Tentunya kau akan diserang fans-nya."

"Empat tahun bukan waktu yang sebentar ... bukankah hubungan mereka saat sejak di bangku SMP kan?"

"Leo memang jahat."

Kami sedang membicarakan topik paling hot yang sedang booming di sekolah. Leo adalah ketua osis, Ia memiliki hubungan dengan teman sekelasku saat itu, Jihan.

"Aneh ... orang-orang pandai sekali berselingkuh, aku satu aja tak dapat," timpalku.

"Kau hanya kurang gatal ... coba kau lebih gatal lagi." Radit menimpal seraya memakan anggur dari parsel yang dibawanya.

"Jangan, Gea. Coba kau lihat Radit, sudah gatal tetapi tetap saja tak dapat. Hanya mencoreng harga dirimu saja," ejek Via.

"Kau memang tidak pandai dalam 'bermain' dibutuhkan logika, kecepatan, strategi dan permainan soal itu—" (ucapannya langsung disergah Via).

"Halah cuh! ... hidupmu dipenuhi oleh strategi, saat dijalankan semuanya salah jalan."

Ucapan Via membuatku tertawa terbahak-bahak.

"Itu belum saatnya saja ... kau tidak mengetahui strategiku."

"Coba kau ingat-ingat kembali pada strategi dahulu yang kau lakukan untuk berkenalan dengan Gisel kelas unggulan itu. Apakah berjalan dengan baik? Kau malah diblokir, kan?"

"Itu salah jalan—"

"Nah ... kau sendiri yang berbicara! Salah jalan, kan? Radit, aku ini sahabat dekatmu. Kutahu mana yang salah dan yang baik. Hiduplah dengan mengalir, kurangi tingkahmu itu, kurangi hal-hal yang memang tidak perlu kau lakukan dalam hidup ini."

"Kau ini memang repot ... senang sekali mengatur hidupku," jawab Radit.

"Aku bukan mengatur hidupmu. Masalahnya, atas semua tingkah lakumu yang aneh itu lagi-lagi aku dan Gea yang akan mempertanggungjawabkannya!"

Radit langsung menoleh seraya tersenyum. "Heheeh ... maafkan aku, itu dahulu." Terlintas dipikiran Radit tentang sesuatu. "Kau tahu tidak? Pada saat Pak Suryo meninggal, Mbak Lasmi mengamuk?" ucap Radit.

"Bukankah Mbak Lasmi mengalami gangguan kejiwaan?"

"Ya ... aku hanya bercerita saja. Katanya, Ia berteriak bahwa yang dikubur itu adalah pohon pisang."

"Penyebab Mbak Lasmi gangguan kejiwaan itu apa?" tanyaku.

"Mbak Lasmi itu orang yang mendalami ilmu turun temurun dari leluhurnya. Sepertinya Ia tak sanggup mengikutinya."

"Aku tidak percaya jika yang memberitahunya itu adalah kau. Kau kan pandai berbohong," sahut Via.

"Kali ini aku serius, Via. Tidak ada lelucon soal ini, coba kau tatap aku! Apakah raut wajahku terlihat mempermainkan soal ini?"

Seketika pembicaraan kami terhenti.

"Via ... sepertinya waktu besuk akan segera berakhir, kau akan pulang bersama Ibu?" tanya Ibunya Via, Rina. "Sudah hampir malam."

"Sepertinya aku akan pulang bersama Radit." Via menoleh pada Radit. "Kau akan pulang pukul berapa?"

Radit melihat jam dinding. "Padahal aku masih ingin berbincang-bincang. Ibu, apa Ibu menginginkan istirahat di rumah?" tanya Radit pada Ibuku.

"Tidak, Ibu ingin bersama Gea. Memangnya kenapa? Kau tidak ingin pulang?" tanya Ibuku kembali.

"Kalau Ibu akan pulang, biarkan aku dan Via menjaga Gea di sini."

"Ah tidak ... kau juga perlu istirahat. Pulanglah, esok akan Ibu hubungi kalau Gea sudah diperbolehkan pulang."

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!