NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3. Gadis Labil

Pelangi mengerjap dan tersadar dari lamunannya. "Apa?"

Binar melotot. "Dari tadi gue jelasin sampai mulut gue hampir berbusa-busa lo nggak dengar?"

Pelangi nyengir. "Gue nggak minta lo jelasin kejadiannya, jadi bukan salah gue dong kalau nggak dengerin, salah siapa yang jelasin sendiri?"

"Gue kan mau cerita! Bagi-bagi gitu lagi senang, bodo ah gue ngambek! Gue nggak mau bicara lagi sama lo sampai besok!" Binar memalingkan wajah sambil bersidekap dada.

Dari zaman ia masih zigot sampai jadi seonggok daging dan tulang sampai sekarang, satu-satunya manusia yang ngasih tahu lagi ngambek dan ngambeknya sampai kapan, yang baru Pelangi temukan hanya Binar Arrabella Prakasa. Temannya itu memang agak spesial, mood-nya gampang berubah dan cerewet, sangat labil. Meski begitu, Pelangi menyayanginya dan tak mau Binar terluka.

***

Sepertinya Binar benar-benar ngambek, ia yang biasanya sering bicara jadi diam dengan ekspresi judes. Padahal sahabatnya itu biasanya tak tahan kalau tak bicara lima menit sekali saja, kecuali pas lagi tidur mungkin. Pelangi sih biasa-biasa saja, ia jamin Binar tak akan kuat ngambek padanya meski hanya sampai besok sekali pun.

Istirahat kedua, Binar memilih duduk di kursinya sambil memainkan smartphone.

Meski Pelangi akui, Binar cukup kuat tahan sampai bel pulang sudah berbunyi kali ini.

"Gue pulang duluan ya, mau pulang sama kak Bima."

Pelangi melangkah keluar bangku. Binar baru saja akan berbicara namun ia menahan diri dan mengatupkan kembali rahangnya mengingat jika ia masih dalam mode ngambek. Jadi ia hanya mencibir pelan saja.

"Dih, geli amat. Gue juga bisa sekarang! Mau pulang sama kak Cakra!" monolognya.

Binar keluar dari bangku sambil menghentakkan kakinya, lalu melangkah agak cepat, kini sudah melangkah keluar kelas dan berjalan menyusuri koridor.

Setelah beberapa saat, ia menatap ke arah parkiran. Baru saja akan melangkah lagi, langkahnya terhenti ketika ada yang mencekal tangannya sekaligus memanggilnya.

"Binar!"

Gadis itu refleks menoleh. Ia tak bisa menahan helaan napas kasar waktu tahu jika itu lagi-lagi adalah Surya. Kapan sih lelaki ini berhenti mengganggunya? Pikir Binar.

"Apaan sih ah? Gue mau pulang."

"Kebetulan dong, kita sear---"

"Nggak usah repot-repot! Gue mau pulang sama kak Cakra!" Binar memotong ucapan Surya.

Lelaki itu menaikan alis. "Cakra? Cakrawala Letnio?"

Binar mendelik. "Iyalah, Cakra mana lagi?" sungutnya kesal.

Kening Surya mengernyit. "Nggak mungkin."

"Tahu ah bodo amat! Pokoknya ya gue mau pulang sama kak Cakra!" gadis itu menarik tangannya yang berada di genggaman Surya, lalu mengibaskan rambutnya yang panjang sampai sedikit menampar wajah lelaki itu.

Surya kaget dan memundurkan tubuh. Tapi untungnya, rambut Binar wangi. Ia memandangi Binar yang pergi menjauh menuju parkiran. Surya menghela napas, kapan usahanya akan terbayar? Kapan Binar akan melihatnya sekali saja tanpa adanya Cakrawala Letnio? Lelaki itu hampir tahu apa pun tentang Binar. Ia hanya bersikap sok tak tahu menahu di depan gadis itu.

Lewat Pelangi, Surya selalu bertanya, apa yang Binar suka, apa yang Binar tidak suka, siapa yang Binar suka. Soalnya kalau nanya Binar langsung, gadis itu tak acuh dan mungkin akan menganggapnya terlalu kepo, lalu merasa risi.

Tapi tentu saja segala usahanya tidak cukup ampuh untuk membuat Binar luluh. Jelas, idol kesukaannya dan Cakrawala Letnio adalah musuh besar utamanya yang akan sulit digeser dari puncak hati Binar. Bahkan mungkin, dilihat dari bagaimana gadis itu berbicara dan menatap padanya, Binar seolah malas dan enggan. Boro-boro jadi yang ke satu, masuk seratus besar lelaki yang menduduki tempat spesial di hati Binar pun mungkin tidak.

Apalagi sekarang, Cakrawala Letnio satu langkah lebih dekat dengan gadis itu. Kesempatannya mungkin hanya tinggal 0,01 %. Surya tersenyum miris.

Sementara Binar kini sudah melangkah mendekat menuju motor gede berwarna hitam yang diapit dua motor gede berwarna hitam pula di kanan kirinya. Itu adalah motor Cakra. Ia hanya tinggal menunggu sang empunya motor yang sekarang mungkin masih menuju perjalanan ke sini.

Kebetulan! Ia melihat Cakrawala sudah berada di ujung koridor dan sedang melangkah ke sini bersama Bima, Pelangi, dan ..., Ravana. Gadis itu jadi mendengus. Seharusnya yang sekarang di sana itu dia! Binar iri dengki dan kini merengut.

Walau berikutnya keningnya mengernyit melihat ada seorang lelaki yang menggaet leher Ravana sampai kakak kelasnya itu kaget dan memekik. Gadis itu memberontak ingin dilepaskan, namun bukannya dilepaskan ia malah digeret paksa mengikuti langkah lelaki itu hingga keduanya berjalan terlebih dahulu. Kalau tidak salah ... namanya Asenaga Presmana. Lelaki itu merupakan senior kelas dua belas yang masuk list cowok tampan menurut Binar di SMA nya, meski tingkahnya rada-rada goblok dan nakal.

"Woi!"

"Akh!" Binar meringis sekaligus kaget ketika ada yang menyentil keningnya.

Gadis itu refleks mengusap keningnya yang terasa agak sakit, kini menatap pada si pelaku.

"Tiap ketemu, lo pasti lagi bengong, hati-hati kesambet penunggu parkiran, lo nggak tahu kan di sini ada penunggunya? Waktu itu ada yang kesurupan." Cakra malah menakut-nakuti.

Binar percaya begitu saja, tanpa sadar merapat pada lelaki itu dan menabok lengan Cakra. "Hah? Emang iya? Dih nggak mungkin! Mana ada!"

Binar suka agak parnoan. Tak peduli meski itu pagi, siang, sore atau pun malam.

"Ada, mang Jawi penunggunya. Masa lo nggak tahu?" Cakra mengerjap polos. Menyebutkan salah satu satpam sekolah yang terkenal paling garang dan tegas dalam sepak terjang persatpaman di SMA mereka.

"Ih itu mah beda lagi!" Binar menabok keras lengan lelaki itu untuk kedua kalinya. Bukannya meringis karena ditabok, Cakrawala malah tertawa melihat wajah sebal yang ditunjukan Binar.

"Sejak kapan kalian sedekat ini?" suara Pelangi memecah perhatian mereka.

"Sejak tadi, mereka kan udah pacaran." Bima yang menjawab, ia mengusap puncak kepala pacarnya itu dengan lembut.

Kedua mata Pelangi membulat. "Ciee. Jadi, lo serius?" tanya Pelangi kini menatap Binar dengan gaya antusias berlebihan.

"Iya lah! Masa bohong!" kata Binar kesal. Sudah lupa jika ia tidak akan bicara sampai besok pada Pelangi.

"Ya ampun gue terharu! Anak mamah akhirnya nggak jomblo," katanya.

Lalu gadis itu mengusap sudut matanya yang sama sekali tak berair dan sok dibuat terharu. Binar mendesis jijik, sejak kapan sih Pelangi yang doyan nyinyir sebelas dua belas sepertinya jadi lebay seperti ini?

"Gue kira tadi lo ngibulin gue!" kata Pelangi.

"Ya nggak lah ya ampun." Binar mendengus.

"Sorry-sorry." Pelangi cengengesan.

"Pulang yuk," ajak Bima.

Pelangi menoleh ke belakang sesaat. "Ok! Lo pulang sama kak Cakra, Bi?" tanyanya pada Binar.

Binar melirik Cakra yang menatap padanya. Kemudian dengan pipi merona dan ragu menjawab, "Kayaknya."

"Ok deh!"

Binar menatap sahabatnya yang kini dipakaikan helm oleh Bima meski Pelangi bilang bisa memakainya sendiri. Lalu setelah keduanya memakai helm dan menaiki motor, Bima dan Pelangi meninggalkan parkiran sekolah serta Binar dan Cakra.

"A-aku nebeng Kak Cakra ya? Kita kan searah," cicit Binar.

"Ok. Tapi gue cuma bawa helm satu," kata Cakra.

"Nggak papa, Kak Cakra aja yang pakai."

Cakra mengangguk. Sebelum menaiki motor, ia membuka topi hitam yang ia pakai, kemudian memakaikannya pada Binar yang langsung membuat gadis itu terdiam kaget karena perlakuan tiba-tibanya.

"Lo pakai itu aja," katanya.

Binar mengerjap. Mencoba menguatkan hati supaya tak ambyar di tempat.

"Kak Puput kok nggak ada?" tanya Binar setelah menaiki motor besar milik Cakrawala. Mencoba mencari topik untuk dibicarakan.

Lelaki itu menoleh ke belakang sekilas. "Kenapa nyariin? Naksir?"

"Bukan! Mana ada ..., maksudnya kan kalian tiga sekawan dan selalu bareng-bareng."

"Nggak selalu bareng-bareng." Cakra mulai menyalakan motornya, kemudian melajukan motor hingga meninggalkan parkiran sekolah.

"Si Puput pasti ke kelas ceweknya, lo tahu kan? Sesi kelas XII IPS 1. Senior."

Binar mengangguk, dengan ragu melingkarkan tangannya ke pinggang Cakra. Kali ini, gadis itu tak bisa menahan senyuman di balik punggung lelaki di depannya.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!