Hanya hayalan author semata.
Di ciptakan hanya untuk kekuatan dan setelah lahir di buang oleh Ibu kandung nya sendiri, menjadi sosok yang begitu kuat namun juga jahat.
karena kemarahan nua kepada sang Ibu membuat siluman cantik selalu menebar kejahatan, namun dia juga sangat perhatian kepada sang adik yang bertekad menjadi manusia sepenuh nya dan bertapa di alas roban.
tapi kejahatan siluman cantik ini pudar setelah di asuh oleh wanita yang mantan istri Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Korban kedua
Bu Narti pamitan pada Erna mau kesawah karena padi mereka mulai menguning dan harus di jaga terus karena bila tidak maka akan habis di makan burung, Erna pun mengangguk saja karena dia nanti akan menyusul nanti. Bu Narti pun petgi membawa bekal juga untuk makan siang supaya tidak perlu pulang lagi, karena lelah bila harus pulang pergi hanya untuk mengambil makan saja, sedangkan para burung itu datang nya tahu setelah siang dan mau maghrib itu karena dia tahu jam segitu orang nya pasti sedang istirahat makan atau pun tiduran karena lelah seharian menunggu burung, maka persiapan pun lengkap semua dan wanita setengah baya ini berjalan menuju ladang.
Grosaaak.
"Eh babi apa siang begini." heran Bu Narti karena semak di sebelah nya berisik.
Namun tidak pernah ada babi di jalan sini karena walau pun sepi semak nya cuma sedikit saja, mendadak hati Bu Narti cemas karena dia teringat dengan mayat Pak Bungkul tadi. bukan karena hantu nya, tapi bisa jadi ini adalah macam yang memakan pria tua itu, dia menatap kanan kiri karena dia sama sekali tidak melihat apa pun, malah yang ada hanya kucing kecil yang sedang kesakitan karena mungkin saja lapar tak ada yang memberi makan setelah di buang oleh pemilik nya di sini.
"Makan lah, aku berbagi lauk dengan mu ya." ujar Bu Narti memberikan sepotong ayam lauk nya.
Baru saja Bu Narti mau tegak setelah memberi makan kucing, dia tegang karena di belakang nya ada yang berdiri dan tangan nya menahan tubuh dia bagian belakang. tidak berani Bu Narti mau menoleh sangking besar nya ukuran mahluk ini, bahkan ekor nya yang berduri tajam menari nari di depan mata dia sehingga gemetar lah seluruh tubuh nya Bu Narti dan sama sekali tidak ada kesempatan untuk melarikan diri dari situasi yang begitu menyakitkan bagi diri nya, tangan yang tadi menahan itu sudah menerobos masuk kedalam kulit.
"Eeegh!"
Darah mengucur dari luka dan juga mulut nya Bu Narti, dia masih bisa berdiri tegak karena kaki nya di topang oleh ekor Sekar, parah nya lagi Sekar menunjukan hati yang ia ambil dari tubuh Bu Narti sehingga wanita yang sekarat ini kian lemas tak berdaya.
"Lihat lah hati mu ini, rasa nya enak sekali." bisik Sekar.
"Eeeggh, ughhhh!"
"Apa iya sakit rasa nya? enak ini makanan yang sangat ku sukai." lirih Sekar menjulurkan lidah.
Kembali suara yang sangat nikmat bergemuruh di mulut nya Sekar karena dia mengunyah hati Bu Narti, wanita yang perut nya bolong itu lemas tak bernyawa dan kondisi nya berdiri karena di topang dengan ekor nya, jantung nya pun lepas dari tubuh dengan satu kali sentakan saja.
Broool.
Usus nya Bu Narti lepas juga dari perut nya, Sekar tidak mau makan usus karena itu jorok dan bau menurut dia, hanya hati dan jantung saja yang habis di makan nya. setelah itu dia tinggal kan begitu saja mayat Bu Narti yang ada di sana dan Sekar segera pergi setelah kenyang dengan apa yang ia makan barusan.
"Aaaah aku kenyang sekali rasa nya." Sekar tersenyum bahagia.
Rasa hati riang karena kenyang dan keinginan nya juga berjalan lancar tanpa kendala membuat Sekar nyaman dengan kondisi ini, yang peling penting dia dan adik nya tidak terpisah dan dia bisa kembali menemui adik nya kapan saja.
Mau orang mati berapa pun dia tidak peduli karena itu bukan keluarga nya, dan yang ia batu tahu adalah jeroan manusia lebih enak dari pada jeroan milik iblis, sehingga dia pun meraja lela untuk makan jeroan manusia yang ada di kampung ini.
...****************...
"Mayaaaaaat!"
Kembali warga di hebohkan dengan penemuan mayat yang di temukan di jalan menuju sawah, mereka ingin kesawah juga dan kaget melihat ada mayat yang sama juga kondisi nya dengan Pak Bungkul, karena banyak orang yang baru pulang melayat maka banyak juga yang melihat jasad Bu Narti.
"Ibuuuuu!"
Erna histeris melihat jasad Ibu nya yang rusak begitu, sangat tidak ia duga bahwa Bu Narti akan meninggal juga sama seperti Pak Bungkul tadi, padahal niat nya cuma mau pergi kesawah tapi malah meninggal dengan kondisi begini.
"Yang kuat ya, Nak! doakan Ibu mu masuk surga." Laras ada di sana dan menenangkan Erna.
"Kenapa orang itu tega pada Ibu ku, Mbak Laras?" isak Erna lemas.
"Istigfar, doa kan saja supaya Ibu mu tenang di sana." jawab Laras mengelus kepala nya Erna.
"Aku tidak bisa hidup sendirian, lebih baik aku ikut Ibu saja." isak Erna.
"Ya allah, Erna! tidak baik bicara begitu, istigfar." sergah Laras.
Erna sudah membayangkan bagai mana hidup nya tanpa Ibu dan pasti nya akan sangat sulit sekali, biasa hidup berdua dan sekarang Ibu nya meninggal dengan begini parah nya sehingga pasti susah sekali untuk Erna.
Sekar yang melihat Ibu nya begitu dekat dengan anak lain membuat nya dia emosi, rada cemburu menyerang hati Sekar karena dia tak bisa bila melihat hal seperti ini, dendam dan kemarahan berkumpul dalam hati nya yang sangat dalam karena rasa tidak terima.
"Awas ya kau, tunggu saja pembalasan dari ku." geram Sekar sangat tidak terima.
Erna di peluk Laras sehingga hati Sekar panas, akan ia biarkan semua ini terjadi karena dia sangat tidak rela menerima nya, pokok yang paling utama adalah Laras tidak boleh sayang pada orang lain, bila itu Nae maka terserah saja karena Sekar tidak peduli dan bodo amat dengan semua itu, toh dia juga tak sayang atau pun punya ikatan batin dengan Ibu kandung nya.
Mayat Bu Narti segera di gotong oleh para warga menuju rumah nya untuk di urus dan di makam kan secara layak, hari juga belum terlalu siang sehingga rasa nya masih bisa terkejar, paling lama ya nanti menjelang maghrib baru selesai karena mau menggali tanah kuburan juga tentu nya.
"Sabar ya, tidak baik putus asa." nasihat Laras pada Erna.
"Aku mau Ibu, ya allah sungguh jahat orang yang membunuh Ibu ku." pekik Erna.
"Mau jahat apa tidak, memang nya kau tahu aku." Sekar tergelak kencang menyaksikan semua nya.
Panas dan juga cemburu karena Bu Laras terus memeluk Erna dengan penuh kasih sayang, Sekar ingin merasakan pelukan itu dari Ibu nya yang baik hati, namun apa mungkin Laras akan mau setelah melihat bentuk nya yang ular begini.