Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk
bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni
kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Tes DNA
Cuti Faris sudah mendapatkan approval, sedangkan Anindya tidak mendapatkan izin dari pimpinan Puskesmas. Sehingga keduanya sepakat untuk menghabiskan waktu cuti mereka di rumah.
Akan tetapi setelah 4 hari menjalani cuti, Faris mendapatkan telepon dari Ibunya yang memintanya untuk pulang. Anindya pun mengizinkan suaminya untuk pulang sendirian karena tidak mungkin menolak keinginan Ibu Faris yang mengatakan jika Faris harus pulang. Faris pun pulang di hari berikutnya lewat jalur Banjarmasin untuk menghemat biaya pesawat karena ia terlanjur tidak mengambil akomodasi dari perusahaan.
Anindya menjalani rutinitasnya seperti biasa tanpa kehadiran Faris. Suaminya mengatakan akan selalu memberinya kabar, sehingga Anindya bisa tenang menunggu kabar dari Faris.
Sementara itu, Faris yang telah sampai di Bandara Semarang melanjutkan perjalanannya menuju Jogja menggunakan bus. Sesampainya di rumah, ia dikejutkan dengan Rani yang menghambur ke dalam pelukannya disaksikan oleh kedua orang tua Faris dan seorang bayi ruang tamu.
Ayah Faris memintanya untuk duduk dan minum terlebih dahulu. Kemudian menjelaskan jika Rani mendatangi mereka dengan membawa balita berumur 1 tahun dan mengatakan jika balita tersebut anak dari Faris. Dan sekarang, kedua orang tuanya meminta penjelasan dari Faris apa yang sebenarnya terjadi.
“Apakah benar dia anakku, bukan anak laki-laki lain?” tanya Faris tajam ke arah Rani.
“Tentu saja anakmu! Sejak aku mengenalmu, aku tidak pernah lagi berganti pasangan!” jawab Rani tidak terima.
Rani adalah pegawai di sebuah kafe yang hanya buka di malam hari. Sebelum mengenal Faris, dirinya sering berganti-ganti pasangan dengan alasan untuk mencari uang tambahan dalam memenuhi kebutuhannya. Semenjak Rani mengenal Faris, ia memang tidak lagi menemui laki-laki lain karena merasa Faris adalah jaminannya untuk hidup enak. Dengan status Faris yang bekerja di Kalimantan, memberikan gambaran bahwa ia akan hidup terjamin dengan gaji Faris yang besar.
Maka dari itu, setiap kali mereka bertemu Rani akan merayu Faris hingga mereka berhubungan. Rani sengaja mengatakan kepada Faris untuk tidak menggunakan pengaman karena ia yang akan mengonsumsi pil nantinya. Alhasil, setiap mereka berhubungan mereka tidak pernah menggunakan pengaman. Tetapi hal tersebut tak lantas membuat Rani hamil. Sampai saat terakhir Faris cuti, Rani mengetahui jika dirinya mengandung.
Maksud hati ingin mengejutkan kepulangan Faris saat cuti, tetapi ia justru dikejutkan dengan pernikahan Faris dengan Anindya. Kedatangannya malam itu pun ingin mengatakan jika dirinya hamil.
“Bukankah terakhir kali kamu belum hamil?” tanya Faris bingung.
“Jadi kalian benar berhubungan?” tanya Ibu Faris tidak percaya.
“Bukankah hal biasa jika saling mencintai berhubungan?” tanya Rani santai.
“Faris, apakah kamu tahu akibat dari perbuatanmu ini? Nasab anak ini akan ikut Ibunya!” Ayah Faris meradang.
Tidak hanya masalah nasab. Bagaimana dengan menantunya, Anindya yang juga sedang hamil? Ayah Faris merasa gagal menjadi seorang ayah seketika, sedangkan Ibu Faris hanya diam menahan amarah. Beliau tahu anaknya memiliki hubungan dengan Rani, sehingga beliau memutuskan untuk menikahkan anaknya dengan Anindya. Beliau mengira masalah akan selesai, tetapi sekarang masalah menjadi rumit dengan kedatangan Rani dan anaknya.
Faris yang meragukan perkataan Rani pun mengajaknya untuk melakukan tes DNA. Ia ingin memastikan jika bayi yang ia bawa benar anaknya. Setelah ada hasilnya barulah ia akan membuat keputusan. Segera setelah mengatakannya, Faris meninggalkan ruang tamu dan masuk ke dalam kamarnya. Rani yang tidak terima dengan perlakuan Faris pun meninggalkan rumah keluarga Faris dengan kesal.
Kini kedua orang tua Faris yang masih di ruang tamu hanya bisa diam. Mereka larut dengan pikiran masing-masing dengan kekhawatiran yang berbeda. Jika Ayah Faris mengkhawatirkan nasib Anindya, anak dari teman baiknya. Sedangkan Ibu Faris mengkhawatirkan nama baik keluarganya di lingkungan tempat tinggalnya.
Dan Faris yang ada di dalam kamar sedang dilema. Di satu sisi, istri yang awalnya tidak membuatnya tertarik membuatnya ingin menikmati seolah sudah menjadi candu baginya dan sekarang sedang hamil. Di sisi lain, jika benar bayi tersebut adalah anaknya ia harus bertanggung jawab.
Ia tidak menyesali perbuatannya, baginya Rani adalah partner ranjang yang pas untuknya dulu karena Rani berpengalaman dalam bidangnya. Pikirannya sangat kalut sampai ia lupa untuk menghubungi istrinya yang sudah pasti menunggunya.
Tentu saja Anindya menunggu kabarnya bahkan sampai terlelap ia masih memegangi ponselnya, takut sewaktu-waktu suaminya menghubungi. Sampai keesokannya harinya Anindya terbangun dengan kecewa karena suaminya tidak ada mengabarinya sama sekali. Walaupun kecewa, Anindya masih berpikiran positif menganggap jika suaminya mungkin kelelahan setelah perjalanan jauh.
Anindya mencoba menghubungi Faris namun tidak bisa. Ia pun mencoba menghubungi Ibu mertuanya. Ibu mertuanya mengatakan jika Faris sudah sampai tadi malam dan sekarang belum bangun. Anindya percaya saja. Ia pun meminta Ibu mertuanya untuk menyampaikan kepada Faris agar menghubunginya setelah bangun.
Kenyataannya, Faris ada di samping ibunya saat ini sedang menikmati teh yang disajikan. Hari ini mereka akan pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA. Meskipun mereka berusaha tenang, tetap saja mereka tidak bisa tenang karena kenyataannya Faris mengakui jika dirinya memang berhubungan dengan Rani. Anindya yang tidak mengetahui apa pun menjalani harinya dengan biasa.
Mereka pergi ke rumah sakit secara terpisah untuk menghindari pandangan para tetangga. Sesampainya di rumah sakit, mereka mendaftar dan mengisi formulir untuk melakukan tes DNA. Pertama Faris yang menjalani pengambilan sampel, kemudian bayi yang ada dalam gendongan Rani. Tenaga medis mengatakan jika mereka bisa kembali satu minggu lagi untuk mengambil hasil tes DNA atau mereka juga bisa mengirimkannya lewat email. Faris pun memilih mereka mengirimkannya lewat email untuk menghindari pandangan orang.
Sayangnya, apa yang mereka harapkan tidak terwujud. Hasil tes DNA yang dikirimkan ke email Faris satu minggu kemudian berisi kecocokan antara Faris dan bayi Rani yang diberi nama Aris. Rani yang percaya diri pun mengatakan jika dirinya siap menjadi istri kedua Faris. Tentu mendapatkan penolakan dari Ayah Faris yang memikirkan Anindya, menantunya. Sedangkan Ibu Faris hanya diam tidak bersuara. Perempuan yang susah payah ia singkirkan dari kehidupan anaknya kini meminta menjadi istri kedua, membuat beliau tidak bisa berkata-kata.
Sedangkan Faris, hanya menundukkan kepalanya. Dalam hati ia juga tidak sekejam itu, mau tak mau ia harus bertanggung jawab atas Rani dan anaknya. Walaupun nasab anak tersebut hanya akan mengikuti ibunya.
“Baiklah, aku akan menikahimu. Akan tetapi aku memiliki syarat.” Kata Faris yang menegakkan kepala.
“Katakan!” kata Rani yang tidak sabar.
“Jangan sampai Anindya ataupun keluarganya mengetahui pernikahan kita dan kamu akan tetap tinggal di rumahmu.”
“Bagaimana bisa kamu mengatakan seperti itu!” Rani tidak terima dengan syarat yang diajukan Faris.
Angan-angannya untuk hidup enak tidak bisa ia rasakan jika ia tetap tinggal di rumah milik orang tuanya saat ini.
“Mau atau tidak? Kamu hanya menjadi istri kedua, sedangkan Anindya adalah istri sahku. Tentu kamu akan mendapatkan bagian yang lebih kecil darinya. Uang bulanan tentu aku akan memenuhi dan aku akan berkunjung saat aku tidak sedang bersama Anindya.” Jelas Faris yang sebenarnya tidak ingin Anindya meninggalkannya.
Sedikit ia tahu tentang sifat Anindya. Yang pasti tidak ada perempuan yang mau memiliki madu. Mau tak mau, Rani mengiyakan syarat Faris. Untuk saat ini ia akan mengikuti pengaturan Faris, untuk nanti ia akan memikirkan cara agar bisa memiliki Faris untuk dirinya sendiri.
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.