Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Membongkar.
Sabrina yang melihat situasi tidak kondusif, gegas mendekat.
“Kak Yoga.“
Yoga menoleh pada Sabrina, dia mengerutkan kening. “Kamu datang mau melabrak tunangan kamu juga? Makanya, jaga baik-baik tunangan mu ini! Jangan biarin dia mengganggu rumah tangga saya dengan menggoda istri saya!“
“Ck! Kak Yoga kayaknya salah paham, deh! Saya yang janjian sama Aruna, kami emang udah kenal dekat karena beberapa kali bertemu. Alaric lagi ada meeting di dekat sini, jadi saya minta dia kesini. Jangan nuduh macem-macem ya, tunangan saya ini tipe cowok setia... nggak kayak kak Yoga! Gimana kabar Vania, selingkuhan kak Yoga? Kandungan dia baik-baik aja, kan?“ sindir Sabrina, entah kenapa wanita itu tidak suka laki-laki peselingkuh.
Wajah Yoga memerah matang sempurna, malunya sudah sampai di ubun-ubun. Apalagi para pengunjung wanita melirik ke arahnya dan langsung saling berbisik mengatakan maling teriak maling. Selingkuh teriak selingkuh!
“Ayok!“ tak ingin berlama-lama disana karena malu, Yoga menarik tangan Yura dengan kasar.
"Jangan ka-sar sama istrinya, Pak!“ teriak salah satu pengunjung wanita.
“Huuuuu! Udah selingkuh maen kasar lagi! Pantasnya di keebi-ri!“ teriak Ibu-ibu.
Yoga tetap menarik ka-sar pergelangan tangan Yura hingga keluar dari cafe tersebut.
“Masuk!“ di parkiran, Yoga membuka pintu mobil bagian depan.
“Jangan keterlaluan kamu! Aku udah pernah bilang, jangan pernah lagi menyakiti tubuhku!“ bentak Yura, dia masih bergeming tak ingin masuk ke dalam mobil.
Yoga berkacak pinggang, tak lama kemudian menghela nafas berat. “Oke, maaf. Aku hanya cemburu, aku takut kehilanganmu sayang. A-aku sangat mencintaimu...“
Yura mendengus mendengar kata-kata menjijikkaan dari mulut Yoga, baginya terlambat jika Yoga mulai mencintainya.
“Bukankah terlambat untuk kamu mengucapkan nya?“ sindir Yura.
Yoga mengangguk, “Aku tau... tapi aku sedang berusaha memperbaiki kesalahanku padamu. Masalah Vania, aku akan segera membereskan nya. Dia nggak akan menganggu kehidupan kita lagi!“
“Kamu terlalu percaya diri! Mau kamu apakan anak dalam kandungan Mbak Vania?“
“Sudah, jangan bahas wanita itu! Beberapa hari lagi ada pesta anniversary pernikahan Tuan Ozawa dan istrinya. Dia ingin bertemu dengan mu lagi, istrinya juga orang Indonesia kamu pasti bisa meraih hati istrinya karena kamu cerdas. Aku akan membelikan mu gaun di butik, kau pasti cantik mengenakan gaun mewah.“ Yoga tersenyum membayangkan kecantikan istrinya saat memakai gaun.
“Cerdas? Aku? Bukankah kamu sering mengatai ku wanita kampungan dan bodoh?“
“Jangan dibahas terus! Aku juga sudah pernah bilang padamu... aku minta kesempatan lagi, Aruna. Tolong lah, hm? Sekali lagi kita jalani pernikahan ini, setelah Vania melahirkan... anak itu akan seperti Nessa dan Nevan, aku akan mengambil bayinya dan adik si kembar akan menjadi anakmu juga. Kamu sangat menyayangi anak-anakku, kan. Pasti kamu juga akan menyayangi anak ketiga ku,“ dengan percaya diri dan tidak tahu diri Yoga bicara seenak udelnya.
Tanpa Yoga duga, Yura malah tertawa terbahak-bahak. Benar-benar menertawakan ketololan Yoga saat ini.
“Heh!!! Jangan pikir karena aku sangat menyayangi si kembar, aku juga akan menerima dan menyayangi anak-anak mu yang lain! Jadi, saat nanti kau selingkuh lagi terus punya anak lagi... aku yang mengasuhnya gitu?! Kau ingin menjadikanku sebagai baby sitter seumur hidupku! Hhhh... sudahlah! Bicara dengan mu nggak ada habisnya... karena otakmu udah nggak bisa diperbaiki! Aku pergi naik taxi saja, mau jemput anak-anak!“ Yura mengibaskan tangan lantas berjalan menjauh dari mobil Yoga.
Yoga terhenyak mendapatkan ketegasan dari istrinya, padahal beberapa hari ini sosok Aruna sangat mematuhinya dan jarang bicara keras lagi. Namun barusan Aruna kembali seperti di awal-awal terbangun dari jatuhnya di tangga, sangat jutek dan bicara kasar.
“Aruna tunggu!“ Yoga menyusul namun sosok Yura sudah tidak ada.
“Sial! Apa aku keterlaluan dengan melabrak nya, padahal dia hanya bertemu Sabrina? Sekarang dia marah padaku! Sial-an kau Paula!“ akhirnya Yoga menyalahkan adik perempuan nya.
Di mobil lain di parkiran, Sabrina sudah naik mobil Alaric. Keduanya melihat kejadian antara Yoga dan Yura di parkiran, senyuman tersungging di bibir Alaric.
“Tiba-tiba cinta datang kepadaku, saat ku mulai mencari cinta. Tiba-tiba cinta datang kepadaku, Ku harap dia rasakan yang sama...“ Sabrina tiba-tiba menyayikan lagu Maudy Ayunda – Tiba-Tiba Cinta Datang.
Kali ini Alaric tidak menyanggah dan membiarkan temannya itu mengolok-oloknya, karena Sabrina bisa membantunya untuk lebih dekat dengan Aruna.
.
.
Beberapa hari pun terlewati, secara diam-diam melalui Sabrina ternyata Alaric menghubungi Yura mengenai perceraian. Pengacara Alaric meminta bukti-bukti namun harus lebih konkret, termasuk perilaku keluarga Yoga yang terlihat tidak menyayangi atau menginginkan si kembar agar memudahkan mengambil hak asuh nantinya.
Atas permintaan Alaric dan Yura, akhirnya Sabrina meminta bantuan Emran untuk mencuri rekaman Cctv di dalam rumah beberapa bulan ke belakang karena jika Yura sendiri yang mengambil kemungkinan akan mencurigakan dan kesulitan.
Cctv guna menjadi bukti kekera-saan pada Yura dan juga tingkah laku Yoga terhadap si kembar.
Berhasil! Emran mendapatkan nya, berkas-berkas perceraian sudah di daftarkan ke Pengadilan Agama.
.
.
Hari itu Vania mengajak bertemu Yura, keduanya sudah berada di dalam kamar hotel untuk menjaga keamanan dan tidak akan ada Cctv di dalam kamar.
“Ada apa?“ tanya Yura sedikit cuek.
“Sekarang apa rencana mu, Aruna? Aku bosan terus dimarahi Mas Yoga karena mengganggu dia sesuai perintah mu! Sebenarnya aku curiga padamu, apa benar Mas Yoga masih cinta padaku seperti katamu! Kalau iya... kenapa dia bilang kau adalah istri dan Ibu yang baik baginya dan anak-anak. Dia terlihat mencintai mu bukan aku!!!“ Vania membentak-bentak Yura.
Yura tiba-tiba menyeringai dingin, dia berjalan mendekati Vania....
PLAK!
Satu tampa-ran Yura kembalikan pada Vania.
Mata Vania membelalak, “KAU!!!“
“Kau terkejut! Bahkan aku akan memu-kul mu lagi!“
PLAK
PLAK
Yura beberapa kali menam-par Vania bahkan kini dia menja-mbak rambut Vania dan menen-dang lutut Vania hingga wanita itu terjatuh ke atas lantai dengan lutut membentur lantai begitu keras.
“Awww! Sakit!!!“ air mata sudah keluar dari mata Vania. “Apa yang kau lakukan, Aruna!“
Yura tersenyum menakutkan, dia masih menja-mbak rambut Vania. “Jangan pikir aku nggak bisa berbuat apapun padamu, jalaaang! Kau berani menamparku dan terus memben-tak anak-anakku! Aku sudah katakan padamu dengan jelas, selama perjanjian kita... jangan pernah menyakitiku seujung kuku pun apalagi menyakiti hati anak-anak!“
Yura semakin mengeratkan jamba-kan nya, “Jangan menyalahkan ku jika sekarang Yoga mencintaiku, karena aku memang lebih hebat darimu! Kau jalaaang hina yang hanya mampu membuka selangkan-gan mu untuk menggoda dan memuaskan Yoga! Sementara aku… mengunakan otakku bukan tubuhku untuk menawan hatinya!“
“Awww! Oke... oke! Lepaskan aku, aku akan menuruti mu lagi! Malam itu, aku hanya terlalu menghayati peranku... aku marah pada Mas Yoga karena menampar ku, lalu aku melampiaskan padamu dengan menam-par mu! lepaskan aku...!“ Tubuh Vania sudah bergetar hebat, rasa sakit dari jamba-kan Yura menembus ke dalam kulit kepalanya.
Yura melepaskan jamba-kan nya, “Satu kali kesempatan lagi, Vania! Atau aku akan bercerai dari Yoga tanpa bantuan mu dan semua harta gono-gini yang akan aku dapatkan akan menjadi milikku semuanya! Kali ini kau tidak perlu mengganggu keluarga itu lagi... kau hanya perlu hadir di persidangan dan menjadi saksi saat hak asuh anak digelar dan memberikan kuasa mu sebagai Ibu kandung untukku! Mengerti?!“
Vania mengangguk dengan wajah kesakitan. Jika bukan karena takut Mas Yoga tidak memilihku dan terus mempertahankan Aruna... mana sudi aku kerjasama dengan mu! Lihat saja Aruna! Aku akan mengadukan mu pada Mas Yoga dan membongkar tabiat aslimu ini! Cih!
