Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Pengalihan Kekayaan Pada Renata.
Di rumah sakit, Dena terus menatap suaminya dengan wajah terkagum-kagum. Entah kerasukan iblis tampan darimana, suami yang sering terlihat berpenampilan formal serta kaku kini malah terlihat seperti aktor idolanya Kim Soo-hyun ala bule.
Juna malah merasa malu terus diperhatikan istrinya, “Ekhm! Om, jelek banget ya? Dari Apartemen sampai di sini, kamu diam aja kayak nggak suka.“
Dena terkekeh, ternyata seorang Juna bisa insecure juga. “Kenapa Om rendah diri, Om harusnya percaya diri saat mengambil keputusan untuk merubah penampilan Om. Jangan hanya bertujuan dipuji olehku, tapi niatkan untuk Om juga. Sebelum aku bicara tentang penampilan Om, gimana perasaan Om dengan new style dalam fashion?“
“Nyaman dan merasa lebih muda.“ Juna tersenyum, memang dia merasa demikian.
“Kalau begitu, aku suka penampilan Om. Membuatku jatuh cinta, eh... m-maksudku bikin aku ter'Juna-Juna,“ wajah Dena merona malu karena lidahnya keseleo mengucap cinta.
Sama hal nya dengan Juna, wajah lelaki itu pun memerah, “Kok... kita malah kayak lagi pacaran ya. Om lebay banget, kan? Tapi, jantung Om berlarian ini dengar pujian dari kamu.“
“Yee, kan emang kita lagi pacaran halal Om. Kita menikah langsung ke KUA... tanpa pacaran lebih dulu.“
Keduanya saling menatap, tiba-tiba tawa mereka berdua pecah. “Hahahaha...“
“Om denger loh, tadi kamu bilang cinta sama Om. Awas! Jangan dilepehin lagi kata-kata nya.“ Wajah Juna merajuk karena merasa Dena ingin melupakan perkataan nya tadi.
Dena menggeleng seraya terkikik, ternyata umur saja lebih tua tapi terkadang sikap Juna seperti anak kecil.
“Baby, ada kabar baik. Mommy akhirnya memberi restu sama kita, Mommy undang kamu untuk makan malam nanti malam. Gimana?“
“Om nggak bohong, kan? Kok bisa? Segitu marahnya loh Mommy Om sama aku.“
Kemudian Juna menerangkan yang terjadi tadi siang saat dirinya pulang dan perubahan yang terjadi pada sang Mommy.
“Babe... a-aku...“ mata Dena berkaca-kaca, dia kira akan terus menerus ditentang seperti drama-drama ikan terbang yang mertuanya jahat dan keras hati. “Aku sangat bersyukur, bisakah Mommy Om jadi Mommy ku juga sekarang?“
Juna merengkuh tubuh istrinya mendekap erat melihat air mata haru Dena, dia ikut baper. “Boleh dong, Mommy Om sekarang Mommy kamu juga. Jangan nangis, mau lihat Om nangis juga ya?“
“Kenapa Om harus nangis?“
“Lihat air mata kamu, mata Om jadi ikut perih. Jadi, jangan sering nangis ya.“
“Terlalu sweet kata-kata Om, aku takut diabetes...“ gadis itu malah bercanda.
Sontak Juna tergelak kencang, macam ada aja situasi lucu dengan istrinya itu. “Istrinya siapa sih ini, gemesin!“
“Istri Oppa Juna... hihi...“
“Enggak pantes tau, wajah bule berewok gini dipanggil Oppa atau Ahjussi. Rata-rata orang korea itu wajahnya klimis, nggak cocok untuk Om.“
“Terus... ngapain pakai style fashion ala Korea gini?"
“Biar kelihatan lebih muda, lagian ini ide dari Arsen. Udahlah... yang penting Om keren, kan!“ pedenya.
Tak tak tak
Seseorang mendekati keduanya, “Bang Juna.“
Juna menoleh, “Oh kamu Rum, Ibu datang juga nggak?“
“Ibu juga datang, Ibu sedih mendengar kondisi Bang Devan juga kak Renata. Ibu sudah duluan ke kamar rawat kak Renata ditemani anak buah Abang.“
Juna mengangguk, “Tapi maaf ya, kamu dan Ibu aja yang menjenguk Renata. Kami berdua enggak.“
“Iya... Rumi ngerti, Bang. Emmm... Bang Devan gimana kabarnya?“ wajah Arumi nampak gugup.
“Masih belum sadarkan diri dan dalam observasi, tapi Dokter bilang respon dari tubuh Devan sudah ada kemajuan.“ Jawab Juna.
"Alhamdulillah, semoga Bang Devan cepat sadarkan diri dan pulih. Aamiin...“
“Kak Rumi, bicara sebentar sini.“ Dena menepuk-nepuk bangku panjang di lorong rumah sakit, dia menepuk di sampingnya.
Arumi menurut, dia duduk disamping Dena.
“Jadi, orang yang menyelamatkan Kak Devan dulu saat kecelakaan adalah Kak Rumi. Om Juna udah cerita, makasih banyak ya.“ Dena menarik tangan Arumi menepuk-nepuk pelan.
“Sama-sama, aku ikhlas jadi nggak usah merasa harus berterima kasih.“
“Kenapa sih kak Arumi nggak jujur aja sama Kak Devan dulu kalau Renata bohong, mungkin saja wanita yang dicintai kak Devan itu kak Rumi. Nggak adil tau... buat kak Rumi!“
Wajah Arumi merona, dia menunduk malu takut wajahnya terbaca oleh kedua orang yang bersamanya.
Dena dan Juna tentu saja dapat melihat wajah merona Arumi, keduanya saling bertatapan penuh arti seolah pikiran mereka terkoneksi.
Sepertinya Arumi menyukai Devan!
“Ekhm, apa kak Arumi tau kalau Renata mengkhianati kak Devan dengan Om Rendi?“
Ya, akhirnya Dena pun tau karena semalam Juna menceritakan semua tentang hubungan Renata dan Rendi yang memang sudah terjalin sejak dulu bahkan sebelum Juna bercerai.
“A-apa katamu, Dek?“ Arumi tiba-tiba merasa marah, padahal dia selalu mengalah untuk menjauhi Devan karena disuruh oleh Renata. Bahkan saat Renata menikah dengan Juna, tak urung Renata masih melarang Arumi mendekati Devan yang saat itu belum menikah dengan siapapun.
“Aku juga baru tau dari Om Juna, aku kira dia hanya manipulatif dan jahat padaku saja. Ternyata dia juga mengkhianati kak Devan di belakang, apalagi bersama Om Rendi yang notabene nya adalah orang kepercayaan kak Devan. Kuat dugaan juga... Renata lah yang menyuruh Om Rendi untuk membunuh kak Devan dengan menyabotase mobil.“
“Astagfirullah, ya Allah!“ Arumi mengusap wajahnya, ternyata keputusan nya menuruti permintaan Renata untuk tutup mulut mengenai dirinya yang pendonor darah asli malah membuat petaka untuk Devan. “Ya Allah, maafkan hamba... andaikan saja sejak awal aku jujur dan membongkar kebohongan kak Renata. A-aku minta maaf karena aku mendukung kebohongan kak Renata tentang pendonor, akhirnya Bang Devan malah menderita.“
Dena memeluk tubuh Arumi yang bergetar karena sudah mulai menangis, sementara Juna sedang memikirkan sesuatu.
“Baby, apa kakakmu menandatangani sesuatu? Jika benar dugaan kita... jika Renata lah yang merencanakan pembunuhan pada kakak mu, pasti wanita itu sudah mempunyai persiapan matang. Tidak mungkin dia membunuh laki-laki yang selama ini menjadi penopang hidupnya, suami yang selalu menuruti permintaan nya. Sepertinya... kakak mu sudah mencurigai Renata dan wanita itu mengetahui tentang kecurigaan suaminya. Jadi Renata merencanakan pembunuhan ini!“
"Sepertinya dugaan Om masuk akal, aku akan menelepon pengacara keluarga!“
Dena menekan nomer pengacara keluarga, sambungan lama tersambung dan akhirnya diangkat.
"Halo, Nona Denada?“
“Halo, Pak Robert. Apa Anda tahu tentang kecelakaan yang menimpa kak Devan?“
“Apa?! Kakak mu kecelakaan? Kenapa istri Tuan Devan tidak memberi kabar padaku?“
“Begitu, jadi Pak Robert nggak tau ya. Saya ingin menanyakan sesuatu pada Pak Robert, apa surat wasiat dari almarhum orang tua saya ada perubahan? Mungkin kak Devan berusaha merevisi nya?“
“Ya, sebenarnya sudah lama Tuan Devan merubah surat wasiat. Tuan Devan memberikan 50 persen bagian kekayaan nya untuk istrinya, Nyonya Renata. Mengenai perubahan lain, belum ada lagi Nona.“
“50 persen, ya ampun kak Devan! Baik, Pak Robert. Terima kasih atas informasinya, dan jika ada perubahan baru misalnya istri dari kakak ku datang... bisakah Anda mengabari saya secepatnya.“
"Baik, Nona.“
"Sekali lagi terimakasih, Pak.“
"Sama-sama, Nona.“
"Saya tutup.“
Dena mematikan panggilan, dia menatap Juna dengan wajah kecewa. “Kak Devan sudah memberikan warisan dari orang tua kami sebesar 50 persen pada Renata, sementara sisanya aku dan kak Devan.“
“Belum harta dari laba perusahaan dan juga saham-saham, siapa asisten Devan?“
“Kak Jonny.“
“Untuk mencegah Renata lebih serakah lagi atau melakukan sesuatu yang merugikan Devan dan perusahaan, kamu harus menemui asisten kakak mu. Om akan antar kamu...“
Juna mengelus kepala Dena, “Bersiaplah dengan kemungkinan terburuk, jika Renata sudah lebih maju satu langkah dari kita. Tapi tenanglah, bersamaku... kamu nggak akan kekurangan meskipun Renata mengambil seluruh kekayaan kakak mu. Jika pun itu terjadi, kita akan rebut kembali semuanya dari wanita iblisss itu.“
Dena menghela nafas pasrah, harusnya kakaknya itu tidak terlalu bodoh dengan menandatangani sesuatu... seperti pengalihan kekayaan pada Renata sebelum kecelakaan, bukan?