Perjuangan seorang Raisa dalam bertahan hidup di sebuah istana yang penuh dengan caci maki
langsung saja yaaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sheisca_4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Jangan macam-macam Haris."
Haris yang mendengar peringatan itu meneguk ludahnya kasar. Memangnya aku ngapain?!
Dia mendelik pada Arga, segitu takutnya istrimu aku rebut ya? Posesif sekali.
Haris tidak tahu saja hubungan keduanya seperti apa. Hubungan Raisa dan Arga bukan hubungan suami istri biasa, yang diberkati dengan kasih sayang yang besar. Ini hanya hubungan untung rugi.
"Di sini saja Dokter." Ucap Raisa.
Aku tidak berani menyentuh milik Tuan Arga. Ranjang itu tempat tidur Tuan Arga. Dia merasa itu tempat suci yang tidak boleh sembarang ia sentuh.
"Eh kenapa? Kenap juga kau seperti ketakutan seperti itu? Apa Arga berbuat kasar padamu?"
Mendengar itu Arga tak terima, dia menarik kerah belakang pakaian Haris. "Berani kau bilang itu?!"
"Astaga Arga! Aku ini hanya becanda. Sakit! Lepas! Hei Jou bantu aku."
"Itu sudah menjadi konsekuensi anda atas apa yang anda ucapkan." Ujar Jou dengan wajah lurus.
Sekertaris sialan.
Haris ini memang tidak ada jera-nya. Dia kan seharusnya sudah tahu watak dari Arga tuh seperti apa. Masih saja ingin mengusili Arga.
Tapi wajah kesal-nya menjadi hiburan sekaligus penderitaan buatku. Aku suka menjahili Arga dan membuat dia berekspresi seperti itu. Muak dengan wajah lurusnya itu.
Tapi memang Arga harus dibuat kesal sesekali, untuk mengingatkan jika dia manusia biasa dengan sejuta perasaan.
Sekarang Haris punya arena baru untuk memancing kekesalan Arga. Sangat mudah untuk mengkontroversi Arga berbeda dengan sekertaris Jou. Manusia satu ini memang tidak punya perasaan. Haris tidak yakin apakah laki-laki ini memiliki hati nurani. Jika si suruh memilih Haris lebih baik berbicara dengan Arga ketimbang dengan sekertaris Jou.
"Baiklah Nona jika Anda lebih nyaman di sini. Nanti anda lihat ke atas saja yaa. Jangan takut, anda relax aja." Dokter Haris mengintrupsi Raisa dan Raisa menurut tanpa kata.
...----------------...
"Arga istrimu sangatlah lugu." Ujar Haris kini mereka berada di ruang kerja Arga. Ada sekertaris Jou juga.
Arga menendang betis dokter Haris, "sudah kubilang jaga mulutmu."
"Awsss sakit." Ucap Haris mengaduh kesakitan, tapi setelah itu dia tertawa puas misinya berhasil telah membuat Arga kesal lagi.
"Haha segitu cintanya kau pada istri kecilmu?"
"Jangan sok tahu. Pulanglah! Kau sudah tidak dibutuhkan lagi." Usir Arga.
Haris menyeka air matanya yang keluar akibat tertawa. "Hei sekertaris Jou tidak kah kau juga merasa bahwa Arga sangat lucu? Tertawalah sedikit saja agar kau tidak gila."
"Tidak terima kasih dokter. Anda saja sering tertawa tetap gila."
Haris menggigit bibir bawahnya dia kalah telak. Mulut sekertaris Jou tidak usah di ragukan ketajamannya.
"Sudah larut dokter. Besok anda dinas pagi. Pintu keluar ada di sana." Jou menunjuk pintu.
Kalian ini memang tidak mau ada aku di sini ya. Aku juga ga mau! Memangnya siapa yang mau berteman dengan orang stres seperti kalian.
"Baiklah aku pulang! Aku orang sibuk. Arga jaga diri baik-baik. Jangan sampai kau kecapean saat bekerja. Bekerja secukupnya saja Arga, kau sudah sangat kaya. Kau juga Jou, seringlah tertawa dan tersenyum untuk mengingatkan bahwa dirimu adalah manusia." Setalah mendapat jawaban khas Arga akhir Haris pulang dengan di antar oleh Busil.
Di ruang kerja menyisakan Arga dan Jou saja.
"Menginaplah di sini Jou. Sudah sangat larut untuk pulang."
"Baik Tuan."
"Kau lihat tadi. Rambutnya jadi seperti itu. Haha."
"Itu terlihat cocok dengan Nona muda."
"Benar. Dia sedikit seperti manusia jika seperti itu. Tapi aku tidak suka dengan kontak lensa itu. Tidak cocok untuk orang bodoh seperti dia."
"Jika anda mau Nona bisa operasi mata Tuan."
"Haha"