Dinikahi Bos Suamiku

"Sudah terlambat untuk meminta maaf, sebaiknya kamu merenungi kesalahan mu. Aku sudah nggak bisa kasih toleransi lagi," tolak Ardika tetap pada pendirian untuk mengurung istrinya sendiri di dalam sana.

"Mas Ardika semua ini juga karena kamu yang selalu mengabaikan kehadiranku dan nggak mau menerimaku," balas Annisa sudah tidak tahu harus bicara apa lagi kalau suaminya sendiri nggak suka dengan istrinya.

"Jangan banyak bicara lagi!" bentak Ardika tidak suka mendegar perkataan istrinya menyesal saat di mana harus mengikuti perintahnya. Akan tetapi, ia juga menyadari awal dari pertengkaran dengan istrinya memang tentang pernikahan yang sebenarnya tidak diinginkan.

Ardika menarik paksa tangan istrinya lalu melempar ke arah kasur untuk segera menutup pintu hingga terdengar suara teriakan Annisa sampai isak tangisnya karena, ia tidak tahu harus menggunakan cara apa meminta maaf kalau perkataan saja tidak di terima oleh pendamping hidupnya itu. Berbuat kasar pun sangat salah, mengancam pun juga tidak baik. Entah sampai kapan bisa membuat istrinya terdiam dengan perdebatan yang tidak ada habisnya jika, terus mengandalkan keinginan menyelesaikan masalah yang terjadi.

"Annisa, ini yang terbaik aku lakukan untuk sementara sampai masing-masing dari kita bisa menjadi lebih tenang," gumam Ardika sedikit ragu untuk membiarkan istri barunya menderita akibat pertengkaran yang semakin memanas dan saling menyakiti dengan perkataan tidak baik. Namun, berhenti sejenak mendengar suara dari istrinya apakah di dalam baik-baik saja.

"Mas Ardika jika, kamu nggak memulai lebih dulu semua ini tak akan terjadi. Mas," lirih Annisa menghapiri pintu kamar dengan kondisi pasrah untuk menyampaikan keluhan selama ini. Hatinya tidak tenang bila apa yang ada di dalam pikiran tidak tersampaikan maka, tidak ada titik balik dari permasalahan ini. Ia yakin bahwa suaminya sedang mendengar perkataan dari luar walaupun tidak bisa mempengaruhi keputusan untuk mengurungnya.

"Aku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Jadi bersabarlah untuk menunggu pintu dibuka olehku sampai kamu lelah," gumam Ardika merasa tidak cukup waktu mendidik istrinya penurut sehingga tidak membuat masalah lebih serius.

"Mas Ardika tak bisakah kita bicarakan semua ini?" tanya Annisa memegang pintu hingga tubuhnya melemah kehabisan tenaga hanya sisa suara saja.

"Kita bicara aja tak ada penyelesaian lebih baik pikirkan masing-masing. Introspeksi masing-masing menurutku sudah cukup," jawab Ardika berbicara dari jarak jauh untuk bisa istirahat sejenak setelah kejadian tidak disangka.

"Masa aku harus menunggu untuk bisa keluar dari kamar Mas," protes Annisa sangat jenuh jika dirinya harus berada di dalam sampai beberapa hari. Bahkan semenit pun tidak rela diam di kamar karena, tidak bisa melakukan apa-apa hanya tidur saja.

"Percuma kamu protes, buang-buang tenaga dan waktu. Kamu tetap aja di kamar," tolak Ardika menepis perkataan istrinya apapun caranya terpenting sadar atas apa yang pernah dilakukan tadi sudah sangat cukup.

Namun, Annisa tidak kehabisan ide untuk bisa menaklukan rintangan dalam rumah tangga. Ia mulai mengirim pesan Fahri untuk menolongnya.

Annisa

Fahri, besok bisa tunggu aku di tempat biasa nggak?

Fahri

Kenapa? Ada masalah dengan suami kamu? Atau mau aku jemput sekarang aja.

Annisa

Jangan sekarang! Aku belum ketemu cara untuk bisa keluar dari kamar, apalagi suamiku masih ada di rumah yang ada kalau kamu jemput malah tambah masalah.

Fahri

Ya sudah, sampai jumpa besok aja. Kasih tahu aku kalau kamu sudah bisa keluar.

Annisa

Eh ... satu lagi ajak temen cewe kamu ya. Jadi aku bisa nyaman dan tidak berdua dengan kamu aja.

Fahri

Oke, jangan khawatir tentang itu.

Annisa

Terima kasih atas bantuanmu teman.

Annisa merasa lega satu masalah bisa di atasi, tinggal mencari cara untuk keluar dari kamar tanpa sepengetahuan suaminya saja. Namun, tidak terbayangkan setelah suaminya mengetahui apa yang dilakukan. Memang sedikit berbahaya, tapi hanya bisa mengandalkan caranya saja supaya hidup lebih tenang tanpa pertengkaran.

"Semoga saja dia tidak tahu rencanaku besok," harap Annisa tertidur pulas setelah lelah menangis dan memberontak untuk bisa keluar dari kamar.

Sementara itu, Ardika yang sudah tidak mendengar suara dari sang istri bergegas masuk ke dalam kamar untuk istirahat sambil membisikkan sesuatu ke telinga Annisa.

"Maaf sayang, aku hanya nggak mau main kekerasan terhadap kamu. Jadi, aku terpaksa mengurung kamu di dalam kamar sampai lelah. Sekali aku minta maaf atas tindakanku ini," bisik Ardika lalu mengecup kening istrinya dan tidur berhadapan dengannya.

Annisa yang tidak sengaja terbangun ketika mengetahui suaminya ada di sebelahnya meteskan air mata haru karena, suaminya tidak pernah berbicara lembut seperti ini. Namun, ia juga sadar beberapa hari ke depan tidak bisa tinggal satu atap dengan sang suami untuk memberi ketenangan batin.

"Maafin aku juga," gumam Annisa tidur dengan balik badan untuk menghindari bertatap muka suaminya.

Besok harinya, Ardika bangun terlebih dahulu sebelum istrinya. Namun, tetap saja tidak berikan kebebasan untuk istrinya keluar. Ia takut Annisa meninggalkannya di saat situasi mulai lemah karena, sudah mulai ada rasa untuk bisa mencintainya walaupun sedikit. Akan tetapi, ia juga menyiapkan sarapan yang di letakkan dalam kamar supaya istrinya tidak kelaparan.

"Sayang, sarapan aku letakkin di meja samping tempat tidur ya. Jangan lupa makan!" Ardika mengecup kening istrinya untuk bersiap-siap berangkat kerja walaupun situasi di perusahaan sangat kacau akibat video kemarin.

Namun, Ardika tetap untuk bekerja demi perusahaan yang dirintis sejak lama. Apalagi sekarang sudah berkeluarga, tanggung jawabnya lebih besar untuk menafkahi dan menyenangkan istrinya meskipun terlalu sering bertengkar satu sama lain tanpa adanya rasa cinta.

Setelah, Ardika berangkat mengendarai mobil. Annisa yang sudah lama memperhatikan gerak-gerik suaminya, mulai mencoba mencari celah untuk keluar dan bersembunyi beberapa hari di rumah teman perempuan Fahri. Namun, perasaan bersalah muncul tiba-tiba membuat Annisa menyelesaikan sarapan untuk menghargai perbuatan tulus suaminya itu.

"Terima kasih Mas Ardika," gumam Annisa sambil melahap masakan yang sudah disiapkan oleh sang suami sampai habis. Setelah itu, ia mulai mencari sesuatu membuka jendela kamarnya untuk bisa keluar secepat mungkin.

Beberapa situasi tidak terkendali karena, ada seseorang yang mengawasi dirinya sekitar rumah. Mungkin, orang suruhan suaminya yang tidak ingin istrinya kabur dari genggaman tangannya. Apalagi kabar video sudah mulai menyebar bisa mempengaruhi suasana hati suaminya lagi.

"Haduh! Bagaimana ini? Sekarang semakin susah untuk bisa kabur dari sini," gumam Annisa memikirkan cara tercepat sebelum suaminya kembali. Hingga beberapa menit kemudian....

Annisa

Fahri, hari ini kita batalkan rencananya. Situasi darurat!

Fahri

Situasi darurat seperti apa? Kamu perlu bantuanku nggak untuk bisa keluar?