Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan ibuku
"Iya Tun. Sudah saatnya kamu tahu yang sebenarnya terjadi. Rodiah bukan ibumu." tegas Bu Lilis lagi, dia tahu Atun sedih, namun lebih baik daripada menyimpan rahasia itu lebih lama.
"Lalu dimana ibu? Dimana Bu lek?" tanya Atun, ia terlihat sangat emosional, ia meraih tangan Bu Lilis dan memegangnya erat sambil menatap penuh harap.
"Ibumu sudah meninggal."
"Hah....! I...bu, meninggal?" ucapnya dengan air mata berjatuhan bak air hujan. Tubuhnya yang sudah lelah itu semakin terasa lemas, seolah habis semua tulang-tulangnya. Hanya bisa menangis dengan sejuta pertanyaan yang belum terjawab.
"Sabar Dek." Abdul yang sudah masuk sejak pembicaraan serius itu dimulai, kini memeluk Atun dan mengusap pundaknya, menenangkan Atun.
"Emak bukan ibuku Mas?" tanya Atun dalam tangisnya.
"Iya, Mas sudah menebak dari lama." jawab Abdul, terus mengusap pundak istrinya dan memeluknya.
"Tun.... Yang sabar ya!" ucap Marina ikut menangis.
Bu Lilis diam dengan menahan nafas, sesak pula di dadanya. Setetes dua tetes air matanya tak bisa di tahan untuk bersembunyi.
Suasana berduka itu berlangsung hingga beberapa saat. Hingga Atun sudah mulai berhenti menangis.
"Bu lek? Apakah Mbak Rara dan Mbak Ajeng adalah saudara tiri ku?" Tanya Atun sesenggukan.
"Ajeng dan Rara itu kakakmu Tun, Satu ayah." jelas Bu Lilis, membuat Atun menautkan alisnya.
"Dulu, pernikahan ayah dan ibumu sudah menginjak waktu lima tahun, tapi belum juga mendapatkan anak. Ibumu tak kunjung hamil." Bu Lilis menarik nafas sejenak, sepertinya cerita selanjutnya adalah hal berat baginya.
"Lalu, datanglah Rodiah yang kala itu baru pulang merantau. Rodiah adalah gadis yang cerdik dan pintar dalam merayu laki-laki, dia menarik perhatian ayahmu yang saat itu termasuk orang berada. Dan bodohnya ayahmu malah kepincut rodiah sampai akhirnya menikah.
Tentu saja ibumu merasa sakit hati dan kecewa, namun ayahmu tidak peduli lantaran Rodiah langsung mengandung kala itu.
Ibumu begitu menderita lahir dan batin karena selama ayahmu menikahi Rodiah, keadaannya sangat menyedihkan. Ya, walaupun ayahmu tetap memberi nafkah, namun waktunya lebih banyak kepada Rodiah.
Hingga akhirnya, tiga tahun kemudian Rodiah melahirkan Ajeng. Dan saat itu pula ibumu hamil, jadilah ia melahirkan kamu."
Atun mendengarkan dengan seksama, sambil sesekali menyeka air matanya.
"Naasnya, setelah melahirkan, ibumu meninggal." lanjut Bu Lilis.
"Huhu....hu...." tangis Atun kembali pecah, dia sudah tidak bisa memendam tangisnya.
"Ayahmu tak punya pilihan, ia merawatmu bersama Rodiah. Meskipun saat itu aku pernah mengatakan ingin merawatmu, namun Rodiah bersikeras mempertahankan mu sehingga kami bertengkar hebat kala itu. Tentu saja aku kalah telak, ayahmu membela Rodiah dan kamu tetap di asuh oleh mereka."
"Lalu, kenapa Bu Lek tidak memberi tahu aku sejak awal kalau emak bukanlah ibuku?" tanya Atun.
"Karena saat itu, ayahmu memintaku untuk tidak ikut campur. Dan Rodiah sudah berjanji akan merawatmu dengan baik, juga merahasiakan tentang statusmu, dia akan merawat dan menganggap mu seperti anaknya sendiri." jelas Bu Lilis lagi, perempuan itu berkali-kali mengusap air matanya yang turun tanpa ia sadari. Begitu pula Atun kini menangis tanpa suara.
"Tapi, tiga tahun kemudian Rodiah mulai menunjukkan sifat aslinya. Dia merayu ayahmu untuk tinggal dirumah milik ibumu. Dia juga mulai mengeruk dan menghabiskan banyak uang milik ayahmu. Dia tidak tulus merawatmu. Sampai akhirnya semua aset ayahmu tergadai kepada pak Sukma. Itu semua karena Rodiah yang selalu menuntut ayahmu, dia ingin uang dan uang. Begitu yang ku dengar, namun pastinya aku tidak tahu. Tapi satu hal yang aku tidak mengerti, bahwa ayahmu dan pak Sukma itu dulunya adalah teman dekat."
"Kalau mereka reman dekat, lalu mengapa pak Sukma meminta aku untuk menjadi istrinya Bu?" tanya Atun.
Bu Lilis menggeleng. "Ada dua kemungkinan Nak. Bisa jadi Rodiah yang menawarkan mu, atau mungkin Sukma dan ayahmu yang sudah melakukan perjanjian. Aku masih tidak tahu tentang hal itu, tapi tidak mungkin juga ayahmu tega menjual anaknya sendiri kepada pria tua sekalipun dia adalah sahabatnya." jelas ibunya Marina itu.
Atun menangis sesenggukan, ia masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia bukanlah anak emak, meskipun dulu ia pernah berpikir jika seandainya dia bukanlah anak emak. Dia terlalu menderita kala itu.
Atun memilih pulang, menutup cerita dari Bu Lilis itu meskipun belum usai, sudah tentu hatinya kacau dan semakin kacau balau jika dilanjutkan lagi.
Atun berjalan lambat, langkahnya berat, ia diam seribu bahasa dalam pelukan Abdul. Pikirannya melayang dan mengelana jauh ketika ia masih kecil.
"Pantas saja, Emak tidak menyayangiku, Pantas saja, emak tidak mengizinkan aku sekolah. Pantas saja, emak begitu pilih kasih, seperti sangat bernafsu untuk menyiksaku.
Ternyata, emak bukan ibuku,,"
"Huhu .....hu." Tangisnya kembali pecah ketika sudah di pertigaan jalan menuju rumahnya. Ia berjongkok memegangi lututnya yang lemas.
"Dek, jangan menangis di sini. Ini sudah Maghrib." bujuk abdul, ikut berjongkok memeluk istrinya, meminta Atun berdiri dan pulang.
"Emak jahat Mas...!" ratapnya masih tersedu-sedu.
"Iya. Tapi semua sudah terjadi, Yang diinginkan almarhum ibumu adalah kamu bahagia, bukan terus menangis seperti ini." Abdul mengusap airmata Atun, memegangi wajahnya dengan sayang.
Beberapa kali membujuk dan menghiburnya, akhirnya Atun berhenti menangis.
"Aku ingin ketemu Emak." ucapnya.
"Dek, sebaiknya besok saja_"
Atun tidak menggubris ucapan suaminya, ia berjalan cepat meskipun kakinya terasa pegal, ia tidak peduli.
"Dek!" Abdul mengejar Atun, namun langkah Atun begitu cepat setengah berlari.
"EMAK...!!!!!" teriak Atun di tengah azan berkumandang, matanya nyalang menatap pintu rumah emaknya itu, dia sedang dikuasai emosi.
"Dek, nyebut Dek! Ini maghrib!" Abdul mencoba menenangkan Atun, meraih tangannya walau percuma.
Atun menepis tangan Abdul dengan kasar.
"Mak!!!" Keluar atau pintunya aku tendang sampai lepas!" teriaknya lagi.
Tak hanya Emak Rodiah, tapi juga banyak tetangga yang membuka pintu dan menatap rumah emak Rodiah dengan penasaran.
Beberapa dari mereka mulai berbisik ketika melihat Atun datang dengan emosi yang meledak-ledak. Bahkan ini kali pertama Atun berteriak, marah.
"Mak!!! Buka!!" teriaknya lagi, dan pintu rumah emak Rodiah terbuka.
"Atun?" Rara menatap adiknya dengan sangat heran.
"Mana emak?" ucapnya dingin, Rara tercengang menyaksikan wajah adiknya yang terasa asing, seram dan menakutkan di matanya.
"Siapa yang teriak-teriak?" ucap Perempuan yang baru saja keluar itu, tentu saja Atun sangat senang, ia tersenyum sinis.
"Aku!" jawab Atun.
"Ngapain kamu teriak-teriak?" tanya emak Rodiah sinis, dia menilik wajah Atun, lalu menautkan alisnya.
"Aku ingin pulang, ke rumahku!" ucap Atun dingin.
"Pulang?" Mak Rodiah tersenyum mengejek. Lalu berkata. "Pulang saja, asal bukan ke rumah ini. Di sini sudah tidak bisa menampung kamu. Kecuali kamu bersedia menikah dengan Pak Sukma."
"Aku tidak akan Menikah dengan Sukma. Aku juga tidak akan menuruti apapun kata-kata mu lagi. Kamu bukan ibuku."
Sontak saja mata emak Rodiah terbelalak lebar.
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )