Dinikahi Bos Suamiku

Dinikahi Bos Suamiku

Hanya Sebatas Status

"Sudah untung aku mau nikah sama kamu. Apa susahnya menyiapkan sarapan?! Dasar tidak tau terimakasih, Hah! " Ardika mengumpat di depan perempuan yang baru dijadikan istrinya.

"Aku bukan pembantumu yang bisa diperlakukan kasar seperti itu. Lagipula kamu punya kaki dan tangan untuk apa menyuruhku," bela Annisa tidak ingin dipermainkan dengan seenaknya setelah dinikahkan oleh lelaki dingin itu.

"Sudah mulai berani ya sekarang. Kamu nggak takut akibat dari menolak perintahku, Hah!" Ardika menaikan nada bicaranya untuk membuatnya takut dan tertekan.

"Kamu ...."

"Kamu apa? Menyesal dinikahkan denganku?" Ardika langsung menyela dengan kata-kata yang sangat menyakitkan hatinya.

"Kamu laki-laki nggak punya hati. Aku benar-benar menyesal dipercayakan bersama kamu. Hidup denganmu berasa seperti di neraka," bentak Annisa mengeluarkan isi hatinya yang sudah lama simpan.

"Kalau aku nggak punya terus kamu apa? Bukannya sama aja," sindir Ardika terus-menerus memojokkan sampai batinnya terluka.

"Kamu benar-benar ...."

Perempuan dengan paras ayu memakai celana hitam panjang dan kemeja cream itu berdiri mematung di hadapan suaminya. Jelas dia merasa terkejut dengan bentakan sang suami. Bukan salahnya kan dia yang meminta tidak ingin memakan masakan buatannya di rumah. Dia sendiri yang meminta untuk tidak bersikap sebagai istri sungguhan. Sekarang dia juga yang marah karena dirinya tidak membuatkan sarapan.

Ardika yang melihat istri barunya melamun itu langsung berjalan cepat ke garasi mobil miliknya. Wajahnya terlihat merah dengan alis mengkerut --- Menahan amarah yang meluap. Jelas dia sangat kesal dengan pertengkaran ini. Di mana seharusnya istri menyiapkan sarapan sebelum ia berangkat kerja, namun tidak ada rasa hormat pada suaminya sendiri.

Pernikahannya dengan Annisa, wanita ayu yang dibentaknya tadi bukan atas dasar cinta. Namun, sebuah permintaan dari seorang karyawan bernama Bima sebelum dia meninggal dunia. Sebagai atasan yang baik hati dia menerima permintaan terakhir itu. Dan saat ini Annisa telah resmi menjadi istrinya.

"Belum menyelesaikan masalah di rumah sudah berangkat kerja aja," tegas Annisa tidak tahan dengan sikap suaminya.

"Maumu apa? Kita nggak ada perasaan satu sama lain jadi, nggak ada gunanya pertengkaran tadi."

Kali ini, Annisa sudah dibuat kehabisan kata-kata dengan ucapan suaminya yang sangat tajam. Namun, ketika lagi memikirkan sesuatu suaminya menegurnya.

"Kenapa kamu melamun di situ?! Cepat masuk saya ada rapat penting pagi ini. Jika harus menunggu mu melamun saya bisa telat! " teriak Ardika ketika melihat Annisa masih diam di tempatnya berdiri. Sungguh dia lelah menghadapi Annisa yang tidak dengan cepat masuk mobil padahal dia sedang ada rapat penting di PT. ARD

"Kenapa harus kasar sih! Nggak bisa mintanya dengan lembut," balas Annisa tidak menerima ketika diperlakukan tidak baik walaupun hanya sekedar menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

"Sudah jangan banyak drama! Kamu mau naik atau nggak," teriak Ardika tidak menggubris pembelaan istrinya yang terlihat kesal dengan sikapnya itu.

"Drama kamu bilang." Annisa tidak percaya dengan perkataan suaminya bahwa pembelaan dirinya hanya dianggap sebagai drama dalam hidupnya.

"Naik mobil sekarang atau kamu berangkat kerja sendiri!" perintah Ardika memberikan sebuah pilihan yang sangat dibenci ketika Melihat dan mendengarnya saja membuat hati istrinya sakit.

Annisa yang mendengar teriakan suaminya itu berjalan cepat menuju mobil, lalu dia berkata dengan keras, "Lebih baik aku pergi sendiri saja dibandingkan harus satu mobil dengan laki-laki tak punya hati, seperti kamu. "

"Ya sudah jika itu mau kamu." Ardika lalu menyalakan mobil sport berwarna merah itu. Kaki kanannya menginjak pedal. Mobil pun berjalan mundur yang tidak disangka menabrak seorang perempuan cantik sedang berjalan di belakang.

Ardika dengan cepat turun dari mobil melihat perempuan itu yang sekarang memegangi kakinya. Terlihat ada memar di pergelangan kaki perempuan itu dan goresan kecil di telapak tangannya.

Dengan perlahan Ardika meraih tangan kirinya dan membantunya berdiri.

"Apakah kamu perlu aku antar ke rumah sakit? " tanya Ardika merasa bersalah karena telah menabraknya sambil memperhatikan bentuk tubuhnya yang sangat menggoda. Imajinasi liarnya sudah menguasai pikirannya, apalagi dibandingkan dengan istrinya sangat berbeda jauh.

Perempuan itu menggeleng cepat dan berkata, "Tidak perlu saya baik-baik saja. "

"Baiklah jika seperti itu aku obati saja di rumahku, " kata Ardika merasa tidak enak karena dia telah melukai seorang wanita. Perempuan itu pun akhirnya menganguk setuju.

Annisa yang melihat suaminya perhatian pada perempuan itu merasa sakit hati. Pasalnya Ardika tidak pernah memberikan perhatian seperti itu padanya. Yang ada hanya bentakan atau teriakan dari Ardika dan itu menyakiti hatinya. Tanpa sadar sebulir kristal bening menetes dari pelupuk matanya. Lalu dia berjalan pergi menuju kantornya hendak bekerja.

"Kenapa dengan perempuan lain bisa selembut itu, tapi saat bersamaku selalu bersikap kasar bahkan tidak pernah peduli denganku. Kalau sejak awal pernikahan ini tidak diinginkan, kenapa tidak menolak permintaan terakhir mendiang suamiku? Kenapa harus selalu aku yang jadi pelampiasan amarahnya itu?"

Di sisi lain. Saat ini Ardika tengah mengobati perempuan yang tadi dia tabrak. Tangannya yang kekar membalut luka di tangan si perempuan dengan lembut.

Perempuan yang memakai dress selutut berwana biru itu tersenyum, menatap lekat pada manik hitam milik Ardika. Tangan kirinya yang tidak terluka itu perlahan meraba paha Ardika. Senyumnya menggoda sangat cantik di mata Ardika.

Ardika yang mulai tergoda dengan perempuan itu menyentuh lengan perempuan itu. Perlahan dia mulai mendekatkan bibirnya dengan bibir perempuan itu. Perempuan itu menyambutnya dengan senang. Lumatan demi lumatan terus diberikan kedua pihak tidak ada yang mau mengalah.

Ardika mulai melepaskan jasnya dengan kasar melemparnya asal lalu memberikan ciuman lagi pada perempuan itu. Tangan kanannya dengan perlahan merapa perut rata perempuan itu hingga naik di atas gumpalan daging kembar milik perempuan itu.

Lenguhan kecil terdengar di telinga Ardika ketika dia meremas gundukan kembar itu. Ciuman Ardika semakin panas dan mulai turun ke leher jenjang perempuan itu. Menyesapnya lalu menghisap kuat membuat perempuan di bawahnya itu merasa melayang.

Tiga puluh menit berlalu dengan cumbuan yang panas Ardika memakai kembali kemeja dan jasnya. Lalu dia tersenyum pada perempuan yang masih berbaring di bawah selimut miliknya.

"Aku harus berangkat kerja, " kata Ardika dengan senyuman di wajahnya.

Perempuan itu dengan perlahan mendudukkan dirinya. Menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. "Mas tadi enak banget. Aku masih ingin dipeluk sama Mas lagi. " ucap manja perempuan itu.

Ardika yang melihat tingkah manis perempuan itu mencium keningnya lalu dia mengambil ponselnya dan memberikan nomor telepon nya. Mereka pun bertukar nomor telepon.

"Kamu bisa hubungi aku kapan saja, " kata Ardika dengan senyum lebarnya dan mengecup bibir perempuan itu.

***

Terpopuler

Comments

hyacinth

hyacinth

dasar buaya jantan 🥶🫵

2024-07-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!