Cahaya adalah gadis yatim piatu yang memiliki adik perempuan bernama Syila, mereka di rawat oleh pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Cahaya berjanji kepada adiknya untuk terus bersamanya, bahkan jika ia dijodohkan pun akan berusaha melawan.
Suatu ketika pamannya sedang dililit hutang dan tidak mampu membayarnya, akhirnya Cahaya yang di jadikan tebusan hutang tersebut. Ia dijodohkan dengan Zeyyan yang memiliki cacat fisik yaitu kelumpuhan, serta bersifat dingin. Syila sangat kecewa karena Cahaya mengingkari janjinya.
Cahaya mencoba untuk tetap tegar menerima kenyataan ini dan bersikap baik serta sabar, ia berharap suaminya bisa mengizinkan adiknya tinggal bersamanya, agar ia bisa memenuhi janjinya. Zeyyan sedikit terempati setelah tahu latar belakang kehidupan Cahaya, dan juga karena kesabarannya untuk mengurus dirinya.
Namun suatu hari, tunangan Zeyyan hadir kembali setelah menghianatinya dan membuatnya terpuruk selama ini dan berusaha merusak rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa itu Syila yang sering dia telepon?
Setelah melakukan terapi, Cahaya dan Zeyyan tidak langsung pulang. Cahaya mengajak Zeyyan jalan-jalan lebih dulu meski Zeyyan menolaknya berkali-kali.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Katakan saja, jangan membuatku stres!" Kata Zeyyan kesal.
"Aku tidak menginginkan apa pun. Aku hanya membantu pikiranmu agar lebih fres." Kata Cahaya santai sambil terus mendorong kursi roda suaminya.
"Bukan fres tapi stres." Kata Zeyyan kesal, namun tak digubris oleh Cahaya.
Cahaya mengajak Zeyyan jalan-jalan di taman yang banyak anak-anak bermain disana, tertawa riang gembira berlari kesana kemari ditemani oleh kedua orang tuanya.
"Kenapa kau membawaku kemari, aku bukan anak kecil?" Tanya Zeyyan kesal, namun Cahaya hanya diam mematung ditempat sambil menatap kearah anak-anak itu bermain.
"Heh, aku bicara padamu!" Kata Zeyyan berteriak karena kesal diabaikan oleh Cahaya, sedangkan Cahaya hanya diam.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Zeyyan sambil menengok kebelakang, kemudian melihat kearah pandangan Cahaya.
"Kau ingin punya anak? Jangan mimpi." Kata Zeyyan sambil membuang muka, namun tetap tidak direspon oleh Cahaya.
"Dasar tidak waras." Kata Zeyyan kesal setelah melihat Cahaya yang diam mematung sambil tersenyum.
"Menyenangkannya hidup seperti mereka, aku teringat masa kecilku dulu, saat mereka masih ada." Kata Cahaya pelan, namun masih bisa didengar Zeyyan.
"Hah?" Kata Zeyyan heran.
"Bermain bersama, tertawa bersama, sekarang hanya kenangan." Kata Cahaya masih dalam posisi yang sama, terhanyut dalam kenangan masa kecilnya bersama adik dan kedua orang tuanya.
"Maksudnya?" Tanya Zeyyan sambil menyipit keheranan.
"Oh iya, dia yatim piatu." Kata Zeyyan didalam hati teringat tentang Cahaya.
"Benar juga yang dia katakan." Kata Zeyyan didalam hati sambil menatap kearah anak-anak bermain bersama orang tuanya, ia juga terhanyut dengan kenangan masa kecilnya. Terlebih dengan ibunya, setelah kecelakaan itu ia sering bersikap buruk pada ibunya yang membuatnya sedih.
"Dia sudah diam." Kata Cahaya didalam hati sambil sedikit menengok suaminya yang sedang melamun.
"Sepertinya berhasil." Kata Cahaya didalam hati sambil tersenyum.
"Hargai mereka selagi masih ada." Kata Cahaya sambil kembali mendorong kursi roda suaminya. Sedangkan Zeyyan hanya diam saja, entah apa yang ia rasakan.
Belum lama berjalan tiba-tiba ada bola yang meluncur kearah mereka dan tepat diwajah Zeyyan, namun Cahaya dengan sigap menangkap bola tersebut.
"Hampir saja." Kata Cahaya sambil memegang bola tersebut.
"Tante, lempar bolanya kesini!" Teriak salah satu anak yang bermain bola tadi.
"Iya." Kata Cahaya sambil tersenyum.
"Heh kalian! Bermain dengan benar, bolanya hampir mengenai wajahku!" Kata Zeyyan sambil berteriak.
"Jangan berteriak, mereka masih anak-anak." Kata Cahaya lembut.
"Huueee." Anak-anak itu menangis karena takut dengan teriakan dari Zeyyan.
"Lihat mereka menangiskan." Kata Cahaya.
"Siapa peduli." Kata Zeyyan sambil menyilangkan kedua tangannya dan membuang muka.
"Memang kamu dulu waktu kecil tidak nakal?" Tanya Cahaya sambil berjalan menghampiri anak-anak tersebut.
"Tidak." Jawab Zeyyan datar dalam posisi yang sama.
"Maafin om ya, udah jangan nangis. Tante beliin eskrim ya." Kata Cahaya menghibur anak-anak itu dan membelikan eskrim untuk mereka agar berhenti menangis.
"Huft." Zeyyan menghela napas sambil melihat Cahaya yang membagikan eskrim pada anak-anak itu, entah apa yang dia pikirkan.
"Aku capek, ayo pulang!" Kata Zeyyan setelah Cahaya kembali.
"Iya." Kata Cahaya kemudian kembali mendorong kursi roda suaminya.
"Padahal dia yang duduk dan aku yang mendorong. Harusnya aku yang capek." Kata Cahaya didalam hati.
.....
Aryo dan Sita sedang menyambut kedatangan anak sulungnya yang bekerja diluar kota, anak sulungnya seorang laki-laki berusia 27 tahun bernama Feri.
"Diva masih bekerja, Bu?" Tanya Feri.
"Iya." Jawab Sita.
"Jadi Aya benar sudah menikah?" Tanya Feri.
"Iya." Jawab Sita.
"Kucing kecil itu dimana? Seharusnya sudah pulang sekolah." Tanya Feri sambil mengambil sebatang rokok.
"Syila maksudmu?" Tanya Sita.
"Hmm." Jawab Feri sambil menyalakan rokok yang sudah menyumpal mulutnya.
"Dia bekerja, tidak sekolah lagi." Jawab Sita.
"Hah?" Kata Feri sambil menyipit keheranan.
"Entahlah, aku gak ngerti dengan bocah itu." Kata Sita.
"Bekerja dimana?" Tanya Feri.
"Tidak tahu." Jawab Sita.
"Kenapa tidak dinikahkan saja sekalian?" Tanya Feri.
"Nanti dulu, kita manfaatkan dulu." Jawab Sita.
"Untuk apa?" Tanya Feri penasaran.
"Meminta uang kepada Cahaya." Kata Sita berbisik sambil tersenyum licik.
"Ya, bisa jadi mainanku selama dirumah." Kata Feri sambil tersenyum licik.
"Heh, jangan macam-macam dengannya! Dia itu berharga." Kata Sita.
"Iya, aku tahu." Kata Feri kemudian kembali menghisap rokoknya.
.....
Pengunjung dikedai minuman dimana Etika bekerja hari ini begitu ramai, ia sedikit kesulitan meracik minumannya. Karena terburu-buru ia menjatuhkan gelas yang ada disampingnya, namun berhasil diselamatkan oleh Reza.
"Hati-hati." Kata Reza sambil meletakkan gelas pada tempatnya semula.
"Iya, Kak." Kata Syila canggung.
"Pelan-pelan saja, biarku bantu." Kata Reza sambil membantu Syila meracik minuman.
"Terima kasih, Kak." Ucap Syila sambil tersenyum.
Sedangkan Reza menjawabnya dengan senyuman saja.
"Siapa dia? Tampan." Kata Syila didalam hati sambil sedikit melirik Reza.
"Hus, fokus bekerja." Kata Syila bicara sendiri didalam hati.
"Kamu karyawan baru ya?" Tanya Reza sambil fokus meracik es teh.
"Iya, Kak." Jawab Syila sambil ke
lihat Reza sebentar.
"Aku Reza, siapa namamu?" Tanya Reza sambil menoleh kearah Syila sebentar.
"Eih, langsung diajak kenalan dong." Kata Syila didalam hati.
"Namaku Syila, Kak." Jawab Syila sambil tersenyum.
"Kamu mirip dengan adikku." Kata Reza sambil fokus meracik minuman lagi.
"Ow, jadi karena itu." Kata Syila didalam hati.
"Dia juga seusiamu, sayangnya dia sudah pulang lebih dulu." Kata Reza sambil menoleh kearah Syila sebentar.
"Hah, maksudnya meninggal." Kata Syila didalam hati.
"Aku turut berduka cita, Kak." Kata Syila.
"Reza!" Seseorang perempuan memanggil Reza dari kejauhan.
"Iya." Sahutnya.
"Ada yang harus diantar lagi." Kata orang tersebut.
"Oke." Jawab Reza kepada orang tersebut.
"Aku tinggal dulu ya, Syila." Kata Reza sambil tersenyum kepada Syila.
"Iya, Kak." Kata Syila sambil tersenyum juga.
"Senyumnya sangat manis." Kata Syila didalam hati.
"Astaghfirulloh, fokus." Kata Syila bicara sendiri didalam hati.
.....
Cahaya dan Zeyyan sudah sampai dirumah, Cahaya mengantar suaminya ke kamar untuk beristirahat sedangkan dirinya disuruh keluar dari kamar oleh Zeyyan.
Zeyyan membaringkan tubuhnya diatas kasur sambil menatap langit-langit, entah apa yang ia pikirkan, setelah cukup lama terhanyut dalam lamunannya ia menoleh ke samping kanan yang terdapat foto dirinya bersama kedua orang tuanya, lalu ia mengambil foto tersebut sambil mengusapnya lembut, setelah puas ia memeluk foto tersebut dan memejamkan matanya.
Setelah bangun tidur Zeyyan melihat sekeliling dan tidak mendapati keberadaan istrinya, ia pun meraih kursi rodanya dan pergi keluar kamar untuk mencari keberadaan Cahaya. Dan ternyata istrinya sedang tidur di sofa ruang keluarga sambil memegang ponselnya, Zeyyan membiarkannya saja dan melewatinya. Tanpa sengaja ponsel Cahaya menyala karena ada notifikasi dan terlihat wallpaper ponselnya dengan foto dirinya bersama adiknya.
"Apa itu Syila yang sering dia telepon?" Kata Zeyyan sambil memperhatikan wallpaper ponsel istrinya.
Bersambung......
gak yach???
lanjut thor ceritanya
di tunggu double up nya