Chantika Anastasya gadis berusia 17 tahun yang meninggal karena rem mobilnya blong yang menyebabkan ia menabrak truk yang ada di depannya.
Bukannya mencari pertolongan, ia malah tersenyum senang karena ia pikir setelah ini ia akan pergi ke surga dan melepaskan semua beban yang sudah ia pikul selama ini.
"Syurgaa.....I'm coming"
Tapi bukannya ke surga, chantika malah terjebak di tubuh gadis culun yang ternyata memiliki masalah hidup yang cukup berat dan rumit.
Lalu apakah Chantika kuat menjalani kehidupan barunya dengan semua masalah yang ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chryssa_Dike, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Setelah sampai ditempat kerja part time nya, Chaca pun segera menggantikan shift temannya yang baru saja selesai.
"Na, aku sudah datang! kamu bisa pulang sekarang, biar sekarang aku yang gantiin kamu" ucap Chaca sambil berjalan memasuki area kasir.
Mendengar Chaca sudah datang, Nana pun segera menolehkan pandangannya pada Chaca. Yang pertama menyapa pengelihatannya adalah wajah pucat dan sembab Chaca.
"Kau baik-baik saja, Cha?" tanya Nana memastikan kondisi teman kerjanya.
"Tentu! Memangnya kenapa?" ucap Chaca dengan wajah yang dibuat seceria mungkin.
Nana tau, kalau semua ini hanya pura-pura, Nana tau kalau teman kerjanya ini tengah memendam sesuatu yang besar untuk dirinya sendiri. Nana sangat tau kalau Chaca ini tipe orang yang tidak akan menceritakan atau menampakkan kesedihannya didepan orang lain, karena ia takut itu malah menambah beban pikiran orang yang mendengarkan ceritanya.
Nana benar-benar hafal dengan kelakuan Chaca. Menurut Nana, Chaca adalah perempuan yang baik dan tegar. Ia sama sekali tidak pernah menampakkan wajah sedih ataupun lelahnya dihadapan orang lain. Seperti saat ini.
Badannya terlihat sangat lemas, wajah pucat dan mata sembab, tapi ia tetap bisa berpura-pura ceria dihadapannya.
"Mau ku gantikan saja shift nya?" tanya Nana lembut.
"Hah kenapa?" tanya Chaca kaget.
"Kau terlihat sedikit tidak sehat, jadi biar aku saja yang mengambil shift mu" jelas Nana. Saat mulai mengerti kemana arah ucapan Nana, ia pun segera menggeleng ribut.
"Tidak, tidak perlu, aku baik-baik saja kok" ucap Chaca sambil tersenyum tulus.
"Sudah lah tidak apa, tenang saja aku tidak akan meminta ganti kok, janji" ucap Nana dengan sedikit mengangkat kelingkingnya. Mendapati itu Chaca pun tersenyum.
"Beneran deh, Na. Aku baik-baik saja. Lihat saja, aku bahkan masih kuat mengangkat kardus ini" ucap Chaca sambil mengangkat kardus minuman yang ada didepannya.
Sebenarnya ia sedikit kesulitan sih karena tubuhnya yang lemas sedari tadi itu. Tapi untuk menyakinkan sang teman kalau dia baik-baik saja, maka akan ia lakukan apapun itu. Chaca tidak mau ada orang yang memandangnya dengan tatapan kasihan, ia hanya ingin orang-orang memandangnya dengan penuh puja karena pencapaian yang ia dapat.
"Baiklah-baiklah, kalau begitu aku pulang dulu ya! Kalau ada apa-apa langsung telpon aku, okeyy" ucap Mana sambil memegang bahu Chaca erat.
Yang diajak bicara pun langsung menganggukkan kepalanya cepat.
"Iya, hati-hati yaaa!" teriak Chaca pada sang teman.
Dan perlu kalian ketahui, Nana merupakan teman pertamanya yang selalu mendukung dan menatapnya dengan tatapan penuh puja, tanpa adanya tatapan kasihan atau apapun itu.
Kini jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, yang artinya sekarang adalah waktu Chaca untuk pulang.
Dan keadaan toko tadi tidak terlalu ramai jadi chaca bisa sedikit istirahat. Di perjalanan pulang ia mampir untuk mengunjungi danau yang ada didekat tempat kerjanya.
Suasananya begitu tenang dengan banyaknya muda-mudi yang masih berkunjung di sana walaupun hari sudah mulai malam.
Di sana Chaca hanya duduk diatas rumput sendirian, sambil memeluk kakinya sendiri. Pikirannya sangat kalut saat ini, ia berfikir berapa lama lagi ia bisa bertahan hidup di dunia ini.
Ia ingin segera mati, tapi ia ingat bahwa ia belum pernah sama sekali membahagiakan kedua orang tuanya. Bukannya membahagiakan, ia malah membuat nama baik kedua orang tuanya buruk dimata semua orang.
Setelah dirasa cukup, ia pun memilih untuk berjalan pulang karena hari juga hampir tengah malam dan sekitaran danau pun sudah mulai sepi.
Saat tengah berjalan tiba-tiba ia dikagetkan dengan tiga orang preman yang menghadangnya. Mendapati itu Chaca pun semakin takut dan panik, ia lihat sekitar sudah sangat sepi dan ini juga daerah bukan pemukiman.
Jadi tidak akan ada gunanya juga ia berteriak sekencang apa pun, untuk sekarang yang Chaca pikirkan adalah bagaimana caranya untuk bisa kabur dari ketiga preman itu.
Ingin rasanya ia lari, tapi ia tidak bisa. Kedua tangannya sudah ditarik dengan kuat oleh sang preman.
"Sudah kau tidak perlu panik cantik, kami hanya ingin memberikan mu gambaran kenikmatan dunia yang sebenarnya, dan ku pastikan kau akan mendesah saking nikmatnya" ucap preman yang memiliki tubuh paling kekar diantara ketiganya.
Mendengar itu Chaca semakin memberontak, ia kerahkan semua kekuatannya untuk bisa lepas dari ketiganya. Namun apalah daya, kekuatannya masih kalah jika dibandingkan dengan preman-preman itu.
"Akhh....lepas, tolong lepaskan saya, saya mohon" ucap Chaca dengan tangis yang mulai keluar dari mulutnya.
"Syutt.....tidak perlu menangis cantik, kau hanya perlu menikmatinya saja. Setelah itu kau boleh pulang kok" ucap preman dengan tato ular melingkar ditangannya.
"Tidak kumohon jangan lakukan itu pada saya" ucap Chaca sambil terus memberontak.
Setelahnya mereka bertiga pun langsung menyeretnya kearah gang gelap yang jarang dilewati orang.
'Tuhan tolong aku' batin Chaca pasrah.
Belum sampai memasuki gang, tiba-tiba ada seseorang yang menendang kepala salah seorang preman yang posisinya berada di belakang Chaca sampai orang tersebut pingsan karena terbentur trotoar yang keras.
"Lepaskan dia! Atau kau akan bernasib sama seperi temanmu ini" ucapnya sambil menarik rambut preman yang pingsan itu.
Dapat dilihat muka preman tersebut berlumuran darah karena terbentur trotoar dengan sangat keras. Dan jangan lupakan kepala yang sempat ditendang tadi mulai mengeluarkan darah juga.
Melihat sang bos yang kuat saja bernasib seperti itu, apa lagi mereka yang masih belajaran ini. Mau jadi apa mereka kalau harus melawan laki-laki itu tanpa bosnya. Bisa mati sia-sia yang ada mereka berdua ini.
Dengan cepat mereka pun langsung melepaskan pegangan tangan mereka pada perempuan tadi. Dan Chaca yang mendapati itu langsung berlari kearah belakang tubuh laki-laki yang menolongnya.
***
"Terimakasih karena sudah menolongku" ucap Chaca membelah keheningan yang ada di mobil.
Bukannya menjawab laki-laki itu malah diam saja dan terus fokus ke jalan yang ada didepannya.
"Maaf karena merepotkan mu"
"Dan terimakasih karena sudah mau menolongku dan mengantarkan ku pulang ke rumah" ulang Chaca lagi.
"Bisakah kamu diam? Saya muak mendengar celotehan tidak berfaedah itu"
"Lagian saya sebenarnya tidak ada niatan untuk menolong kamu, tapi kamu calon istri saya jadi saya dengan terpaksa melakukan itu" lanjutnya.
Ya, sesuai dengan pikiran kalian semua, bahwa yang menolong memang benar Marka, calon suami Chaca.
Mendengar alasan mengapa Marka menolongnya, Chaca seketika dibuat senang bukan main. Tapi Marka tetap saja Marka.
"Saya ngelakuin ini karena mama saya, mama saya menyuruh saya untuk menjagamu, jadi mau tidak mau saya harus ngelakuin itu. Dan saya ingatkan lagi, jangan terlalu berharap dengan pernikahan itu paham?" Ucap Marka tajam. Dan Chaca hanya tersenyum simpul sebagai jawabannya.
Chaca salah karena melabuhkan hatinya di orang yang sama sekali tidak mencintainya, atau bahkan mengharapkan kehadirannya.
mungkin ini negara dlm khayalan ya ya...