Gadis cantik yang menjelma sebagai iblis karna kematian saudaranya membuatnya harus mengubur semua impian yang telah lama idia susun. Bahkan pembunuh sang adik tak pernah meninggalkan jejak meski telah bertahun-tahun membuatnya gila dan frustasi. Di tengah keterpurukannnya dan sudah hampir menyerah sesuatu yang aneh mulai muncul ? Membuatnya sangat syok dan tak percaya! Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa ia sangat dendam terhadap pembunuh adiknya ? Cuss baca untuk tau kisahnya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IMARINI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Flashback.
Saat itu Nazwa masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Ia gadis yang ramah, baik, dan ceria kepada keluarganya walaupun ia dibenci karna sebuah tragedi. Namun semua itu lenyap dan hanya tersisa kekecewaan saat orang tuannya membawa pulang seorang gadis perempuan yang Katannya akan menjadi saudaranya, bahkan gadis itu menggunakan marga keluargannya yang tak lain adalah Fera . Ia merasa sangat kecewa dengan keputusan keluargannya. Dan entah kenapa semenjak rubah itu mulai masuk dalam ranah keluargannya satu persatu, orang yang ia sayangi mulai membencinya dan membuangnnya.
"Aku berhak untuk protes dengan ini mah, karna aku Juga masih bagian dari keluarga Praditya."
"KAMU TIDAK BERHAK PROTES MASALAH INI." Farah meninggikan suarannya.
"CUKUP FARAH, Nazwa berhak protes atas masalah ini." Kali ini yang berbicara ada Omah Gina, nenek Bintang.
"Tapi mah di-."
"Cukuppp!!!." Sahut Omah Gina memotong ucapan Farah. "Biarkan Nazwa bicara." Lanjut Omah.
Karna rasa sayangnya Omah dan Opah Kepada Nazwa mereka rela datang dari Kanada ke Indonesia, membantu Nazwa mendapatkan haknya. Sedangkan Bagas hanya diam bak patung dengan ekspresi dinginnya.
"Ayo sayang bicaralah." Lanjut Oma Gina dengan tatapan yang melembut saat melihat Nazwa.
"Aku bakalan Nerima dia di keluarga ini dengan 2 syarat." Nazwa berbicara dengan anggun.
Membuat mata yang memandangnya heran sejak kapan ia bisa seanggun itu.Sedangkan Omah Gina yang melihat itu tersenyum penuh arti.
"Syarat yang pertama dia boleh memakai nama Praditya, namun tidak untuk di publikasikan. Yang ke dua, dia tak boleh tinggal di rumah ini." Ucapnya dengan tegas "Jika salah satu atau keduannya dilanggar maka akan ada kusekuensinnya." Ucapnya dengan nada rendah dan mengeluarkan aura yang saat pekat. Membuat orang-orang disekitar merasa terintimidasi.
"Disetujui." Jawab mutlak Opah Nazwa tak terbantahkan.
Flashback end.
Kembali ke saat ini.
Nazwa masih dengan ekspresi tenangnya mulai melangkah maju. "Mohon maaf nyoya Farah yang terhormat, bukankah tidak baik merendahkan diri sendiri?." Nazwa bertannya dengan nada santai dan anggun.
Sedangkan Farah mengakat alis tak paham. Sedangkan para pekerja yang melihat keributan itu hanya mampu menatap miris nona mudanya.
"Anda mengatakan saya seorang JALANG, berarti anda juga merupakan seorang JALANG. Karana jalang hanya lahir dari seorang JALANG, sama dengan PENIPU dan PENGHIANAT." Jawabnya dengan nada tegas dan anggun.
Menekankan beberapa kata namun saat mengatakan kata penipu dan penghianat ia melirik kearah Fera dan Papah nya.
Farah maju dan....
Plakkk.
Plakk.
Dua tamparan medarat di wajah pucat Nazwa Hingga salah satunya ujung bibirnya mengeluarkan darah.
"KAMU!!!! BERANI-BERANINYA KAM-"
"Anda sudah melanggar kesepakatan kita nyoya Farah." Ucap Nazwa memotong perkataan Mamanya dengan tenang namun penuh intimidasi. Melupakan rasa sakit dipipi, bibir dan hatinnya.
Farah, Bagas dan Fera tertegun mendengarnya. Namun tak berselang lama setelah Farah kembali berbicara.
"SAYA TIDAK PEDULI, tidak boleh ada yang melarang Fera untuk tinggal disini." Ucap Farah dengan nada tinggi diawal rendah diakhir.
Nazwa tersenyum manis.
"Anda sudah memilih untuk melanggar nya berarti anda juga siap menerima kusekuensinnya." Nazwa berbicara masih dengan senyum manisnya.
"Saya juga tidak akan diam sja Kalau kamu berani menyentuh Fera, KAMU INGAT ITU." Ucap Farah Tampa tau ada hati yang terluka karna kata-katanya.
Farah berbalik menuju kamarnya dengan Bagas yang menyeretnya menjauhi ruangan tengah.
Nazwa merasa miris Karena tidak ada yang membela nya bahkan ia menatap nanar punggung Papah nya yang sudah tak terlihat lagi.
Ia menjilat darah yang berada diujung bibirnya dengan senyum menyeringai,
Sekarang tinggalah Nazwa dan Fera. Nazwa berjalan kearah Fera dan berbisik.
“Permainan ini sangat menyenangkan bukan?” Bisiknya dengan nada rendah.
"Mau sampe kapan Lo sembunyi?, Bicth!." lalu menegakkan badannya dan tersenyum menyeringai kepada Fera yang tubuhnya menegang. Tampa menunggu jawaban dari Fera, Nazwa membalikan badannya dan kembali ke kamarnya.
Seketika Fera merasakan kakinya lemas