Kehidupan kali ini sangat buruk, Fen Hui ingin mengubah nasib nya. Tidak seperti kehidupan sebelumnya, dia hidup serba kecukupan. Tapi kali ini hidupnya tidak mudah, makan hanya dengan kentang dan ubi. Gandum yang ditanam di ladang tidak bisa dimakan! ayah yang selalu mengutamakan belajar dan bersenang-senang. Datang kerumah hanya untuk mengeruk uang ibunya, tidak bisa dibiarkan! kali ini Fen Hui ingin makan enak dan hidup nyaman sama seperti dikehidupan sebelum nya.
Jadwal update;Selasa,Rabu,Kamis,Sabtu dan, Minggu.
Libur Reguler;Senin dan Jum'at.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carrot_Line, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah mertua, jangan membebaninya
Matahari sudah tepat berada di atas kepala, Pak tua Fen Jiao dan Fen Li anak pertamanya tengah bekerjasama sama memasang atap jerami baru, mereka berhati-hati agar gubuk rapuh milik Fen Hua tidak rusak sedikit pun. Tadi pagi menantu perempuan nya datang ke rumah tua untuk meminta bantuan memasang atap jerami. Pak tua Fen Jiao dengan senang hati membantu menantunya.
Putera ketiga nya tidak kompeten, hanya mementingkan reputasi di kabupaten kecil dan berusaha mengikuti ujian kerajaan agar bisa menjadi Sarjana. Tujuannya memang mulia tapi cara yang digunakan anak itu salah. Pak tua Fen Jiao sudah lebih ratusan kali menasihati anaknya. Sangat disayangkan Fen Lang tidak mendengarkan nasihat Ayahnya sama sekali.
Menelantarkan keluarga, dan mengeruk uang. bukankah itu mengecap dirinya sendiri sebagai seorang bajing*n? Huh, sudahlah tidak ada gunanya lagi membicarakan Fen Lang yang tidak berguna.
"Kakek, berhati-hatilah."teriak Fen Qian dari bawah pohon.
Fen Jiao hanya menunduk dan tersenyum, cucunya sangat perhatian sekali. Itu membuat nya semakin bersemangat untuk memasang atap jerami yang baru. Dia pikir akan lebih baik mengganti atap jerami dengan genting, dan dinding setengah terbuat dari anyaman bambu akan lebih baik juga di ganti dengan batu bata. Rumah kokoh tidak akan roboh oleh badai salju, dan bisa menahan dingin.
"Sayangnya, menantu perempuan ketiga ku tidak beruntung."Fen Jiao menghela nafas berat.
Dia turun dari tangga begitu selesai memasang atap baru, Fen Li dan Fen Qian tengah duduk diatas kursi panjang samping rumah. Memakan kentang kukus dan meminum air, Fen Jiao tidak menahan diri lagi untuk makan dan minum. Menantunya telah menyediakan itu, dia tidak akan menolak sama sekali.
"Maaf kami hanya bisa menyediakan ini."Fen Hua menunduk malu.
Bagaimana pun dirumahnya hanya ada kentang saja, ubi ungu belum bisa di panen kembali. Sayuran liar yang baru dipetik didekat kaki gunung akan di masak sore nanti, saat Fen Hui pulang. Gadis itu bilang akan membawa 5 kati beras merah, dia sudah melarang. Melihat kerutan di kening puteri keduanya sudah bisa ditebak, gadis itu akan membawa barang yang dia mau tanpa memperdulikan larangan Ibunya.
"Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup."Pak tua Fen Jiao mengibaskan tangan kanannya.
Dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari dua sosok tauge kecil, karena keberadaan dua cucu perempuan nya tidak ada membuat nya heran.
"Kemana perginya Fen Hui dan Fen Mei? Apa mereka berdua sedang bermain dengan anak-anak lainnya?"Pak tua Fen Jiao terlihat penasaran.
Dia sering mendengar anak-anak di desa menjauhi Kakak beradik itu, mereka tidak mau berdekatan dengan anak termiskin di desa! Belum lagi badan mereka terlihat kucel dan kusam. Rambut lengket terlihat tidak pernah dicuci, memangnya siapa yang mau berdekatan dengan kedua Kakak beradik itu?
"Fen Hui dan Fen Mei sedang pergi kekabupaten."
"Adik, ada keperluan apa mereka berdua kesana?"tanya Fen Li penasaran.
Fen Hua tersenyum."mereka sedang berdagang, ada Fen Xiang yang menemani."
"Apa? Berdagang?"wajah Fen Li terlihat tidak percaya.
Pak tua Fen Jiao juga tidak percaya dengan itu, gadis kecil yang tidak pernah berkomunikasi dengan anak-anak lainnya. Memutuskan untuk berdagang di kabupaten kecil. Dia ragu dagangan kedua gadis itu akan laris, semoga saja kedua gadis kecil nya tidak kecewa saat barang dagangan mereka tidak laku.
"Apa yang mereka berdua jual?"Pak tua Fen Jiao menatap menantu perempuan nya penasaran.
"Hanya kunyit liar, jahe dan lengkuas liar."Fen Hui tidak berani membicarakan penghasilan anaknya.
Takut kedua orang itu tidak percaya, biarkan saja sampai Fen Hui yang berbicara sendiri tentang penghasilan nya.
"Itu bagus, setidaknya Fen Hui sudah mau keluar dari rumah. Sudah beberapa tahun gadis itu tidak pernah mau bertemu orang luar, meskipun Fen Mei sangat periang dan aktif anak itu juga tidak pernah mau jauh dari rumahnya."Pak tua Fen Jiao meraih kentang berukuran sedang dan memakannya.
Dia merasa ada hal positif terjadi pada tauge-tauge kecilnya, tidak perlu dipikirkan. Setidaknya anak-anak sudah mau melihat dunia luar. Tidak terikat pada masa lalu mereka sama sekali. Suara langkah kaki menyita perhatian mereka berempat, dua anak perempuan kurus dengan muka berseri-seri muncul. Bersama Fen Xiang yang menggendong keranjang anyaman.
Didalam keranjang itu terdapat bungkusan, berisi 5 kati beras merah. Dan ada beberapa camilan lezat hadiah dari para pelanggan. Mereka bermulut manis agar bisa mendapatkan beberapa bagian barang untuk esok harinya! Fen Hui tidak menolak persediaan barang dagang nya masih banyak. Dia juga meminta Fen Xiang untuk menggempur halaman belakang rumah besok untuk menanam kunyit, jahe, dan lengkuas.
"Aniang...aniang! Kami sudah pulang."Fen Mei berteriak keras.
Dia sangat senang hari ini, mendapatkan camilan lezat dari paman Tian. Dia juga mendapatkan sup blueberry manis dari Bibi Zhou, apa lagi barang dagangan Kakak nya cepat habis karena banyak pembeli berdatangan.
"Jangan berlari, nanti terjatuh."Fen Hua menangkap Fen Mei, gadis kecil itu hendak jatuh didepan Ibunya. Kaki kecil dan kurus miliknya tersandung batu.
"Hehehe..."
Fen Mei memeluk Ibunya dengan senang, jantungnya berdebar-debar karena rasa senang nya tak terbendung. Melihat anak bungsunya begitu bahagia, Fen Hua menebak pasti ada hal yang membuat nya begitu.
"Kamu kembali lebih awal sekali, apa dagangan nya sudah habis?"
"Itu benar Aniang, kami baru saja datang dan pelanggan kami sudah menunggu lebih awal."jawab Fen Lang.
Dia meletakkan keranjang kayu dan memberi salam pada Kakeknya, mata Pak tua Fen Jiao melirik isi keranjang. Ada beras merah 5 kati, dan beberapa camilan lezat.
Fen Hui menatap Kakeknya dengan senyum mengembang, dia mengambil bungkusan camilan dan membukanya. Menaruhnya diatas kursi panjang, aroma harum merebak ke udara, tercium bau manis membuat mulut mereka semua hendak meneteskan air liur.
"Nah, makanlah! Kakek juga bisa memakannya, Paman juga. Ayo ambil jangan malu-malu, Aniang! Dage dan Dajie harus mencobanya."Fen Hui mempersilahkan semua orang untuk memakan camilan manis.
Fen Mei mendahului semua orang, dia adalah yang paling tidak tahan untuk memakannya! Pak tua Fen Jiao tertawa kecil melihat pipi Fen Mei mengembung, dia mengambil satu dan memakannya. Sangat enak, makanan Kabupaten memang patut diacungi jempol.
"Apakah dagangan mu sangat laris nak?"tanya Pak tua Fen Jiao pada Fen Hui.
"Iya tentu,"Fen Hui tersenyum manis.
Dia tidak mau berkata banyak, menghasilkan banyak uang akan membuat orang-orang iri. Diluar dugaan Kakeknya tertawa keras dan menepuk bahunya.
"Bagus..bagus... Kumpulkan uangnya untuk renovasi rumah mu sebentar lagi musim dingin tiba penghujung tahun."
Bibir Fen Hua melengkung kebawah, dia tidak suka Ayah mertua nya menyinggung hal itu. Jika Fen Hui menganggap mengumpulkan uang untuk renovasi adalah sebuah kewajibannya. Itu sangat memberatkan, penghasilan Fen Hui harus ditabung untuk kebutuhan anaknya sendiri. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan renovasi rumah.
"Ayah mertua, anda tidak boleh berkata seperti itu. Renovasi rumah tanggung jawab saya, penghasilan Fen Hui itu miliknya. Jadi jangan membebani anak kecil."Fen Hua sangat tidak setuju.
Pak tua Fen Jiao, merasa bersalah dengan ucapannya. Dia menutup mulutnya dan tersenyum canggung.
"Aku hanya bercanda saja menantu."
"Kakek, Aniang benar tanggung jawab renovasi rumah adalah orang tuanya, tapi sebisa mungkin saya akan membantu."Fen Hui tidak bisa diam.
Kakeknya pasti sangat khawatir pada keluarga mereka, Fen Hui harus bekerja keras agar menghasilkan uang banyak lebih cepat.
"Baiklah... adik ipar, kami pamit dulu."Fen Li mengajak Ayahnya untuk segera pergi.
Dia merasa tidak enak dengan perkataan ayahnya, merasa adik iparnya pasti tersinggung karena perkataan Pak tua Fen Jiao. Tidak baik untuk menetap lebih lama, takut Ayahnya berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu.