NovelToon NovelToon
Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Beda Dunia
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rendy Purnama

Bayangkan terbangun dan mendapati dirimu dalam tubuh yang bukan milikmu. Itulah yang terjadi padaku setiap kali matahari terbit. Dan kali ini, aku terperangkap dalam tubuh seorang pria asing bernama Arya Pradipta. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana aku bisa ada di sini, atau apakah ini hanya sementara. Hanya ada kebingungan, ketakutan, dan kebutuhan untuk berpura-pura menjalani hidup sebagai seseorang yang tak kukenali.

Namun, Arya bukan orang biasa. Setiap hari aku menggali lebih dalam kehidupannya, menemui teka-teki yang membuat kisah ini semakin rumit. Dari panggilan misterius, kenangan yang menghantui, hingga hubungan Arya dengan seorang gadis yang menyimpan rahasia. Di setiap sudut hidup Arya, aku merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh yang kumiliki sementara.

Dalam perjalanan ini, aku menyadari bahwa kehadiranku dalam tubuh Arya bukanlah kebetulan. Ada kekuatan yang menyeret

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Sosok Asing di Cermin

Saat matahari mulai tinggi, aku terbangun kembali dengan harapan samar bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan berakhir begitu aku membuka mata. Tapi begitu aku melihat sekeliling, ruangan yang sama sekali tidak kukenali menyambutku kembali. Perasaan cemas kembali melingkupiku. Aku masih berada di sini, di dalam tubuh orang lain.

Aku melangkah ke arah cermin, berharap menemukan bayangan diriku yang sesungguhnya. Namun, wajah asing itu tetap menatap balik padaku. Ada sorot mata tajam dengan garis rahang tegas yang terasa begitu berbeda dengan apa yang biasanya kulihat. Dengan perasaan takut, aku menyentuh wajah ini lagi, mencoba merasakan apakah kulit ini benar-benar milikku atau hanya khayalan.

“Siapa aku?” gumamku pelan, suaraku bergetar di udara kosong. Suara itu, bahkan suaraku sendiri terdengar berbeda. Lebih berat, lebih dalam. Aku menunduk, merasa panik dan tak berdaya. Sejak kecil, aku tidak pernah berpikir bahwa suatu saat aku akan merasa asing dengan tubuhku sendiri. Ini lebih dari sekadar mimpi buruk—ini adalah kenyataan yang tak pernah kubayangkan.

Dengan pikiran kalut, aku menelusuri setiap sudut kamar, berharap ada sesuatu yang bisa memberiku petunjuk tentang identitas ini. Di meja terdapat tumpukan buku, kertas-kertas berserakan, dan beberapa foto yang memperlihatkan seorang pria bersama sekelompok teman-temannya. Saat aku melihat lebih dekat, aku menyadari bahwa pria di foto itu… adalah tubuh yang sekarang kumiliki.

Namanya, jika kulihat dari beberapa kertas yang tergeletak di meja, adalah Arya Pradipta. Nama itu terdengar asing, tetapi sekarang, ini adalah nama yang harus kujalani. Siapa sebenarnya Arya? Dan mengapa aku terjebak dalam tubuhnya? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku tanpa jawaban.

Aku kembali menatap sosok di cermin. Bayangan Arya berdiri tegap di sana, meniru setiap gerakanku. Tiba-tiba, aku merasa aneh; seperti ada sesuatu di balik tatapan itu, seolah sosok Arya di cermin sedang memperhatikanku dengan penuh perhatian, seolah dia tahu aku bukan dirinya.

“Siapa kamu?” tanyaku pelan, meski sadar tak akan ada jawaban.

Seiring waktu, aku mulai merasa tenggelam dalam pikiran-pikiran yang penuh kebingungan. Hari ini adalah hari pertamaku di dunia yang sama sekali asing. Apakah aku harus menjalani kehidupan Arya untuk sementara waktu? Tapi bagaimana caranya aku bisa berpura-pura menjadi orang lain?

Di tengah kebingungan itu, ponsel Arya kembali berdering. Kali ini, nama yang muncul adalah "Ibu." Aku terdiam sejenak, lalu meraih ponsel dan menjawab panggilan itu dengan perasaan ragu.

“Halo?” sapaku, mencoba mengontrol nada suaraku agar terdengar setenang mungkin.

“Sayang, kamu sudah sampai di kantor?” tanya suara lembut dari seberang telepon. Itu adalah suara wanita paruh baya yang mungkin adalah ibu Arya. Aku tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana merespons, tapi aku merasa tak punya pilihan selain berpura-pura.

“Iya, Bu. Maaf aku agak terlambat hari ini,” jawabku singkat.

“Tidak apa-apa. Jaga kesehatanmu, ya. Jangan terlalu lelah.”

Aku hanya bisa bergumam pelan sebagai tanda setuju sebelum menutup telepon. Saat aku mendengar suaranya, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatiku. Wanita itu berbicara dengan nada lembut yang penuh perhatian, dan entah bagaimana, aku merasa sedikit tenang.

Setelah panggilan berakhir, aku memutuskan untuk mencoba menjalani hari sebagai Arya. Di dalam lemari, aku menemukan beberapa pakaian kerja yang rapi dan segera bersiap untuk pergi ke kantor. Aku mengenakan kemeja dan dasi, berusaha terlihat seperti diriku sudah terbiasa dengan rutinitas ini. Meskipun aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku yakin harus mencoba yang terbaik.

Ketika aku tiba di kantor, suasana di sana terasa hangat. Rekan-rekan kerja Arya menyambutku dengan senyum, meski aku sama sekali tidak mengenali mereka. Salah satu rekan menghampiri dan menepuk bahuku.

“Bro, kamu kelihatan lelah. Begadang lagi ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.

Aku hanya tertawa samar, berharap respon itu cukup untuk menutupi kegugupanku. Sepanjang hari, aku berusaha mengikuti alur pekerjaan yang tampaknya sudah akrab bagi tubuh ini, tapi sangat asing bagiku. Aku memperhatikan bagaimana Arya bekerja, apa yang dia lakukan, dan bagaimana dia berinteraksi dengan rekan kerjanya.

Namun, di setiap kesempatan, aku menyempatkan diri untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Arya. Aku membaca email, melihat kalendernya, dan mempelajari dokumen-dokumen di meja. Aku ingin memahami kehidupannya, mencoba menemukan alasan mengapa aku terjebak di sini.

Di sela-sela waktu itu, aku menemukan sebuah foto kecil yang diselipkan di antara dokumen-dokumen di mejanya. Di foto itu, ada seorang gadis dengan senyum cerah yang menatap kamera dengan penuh kehangatan. Sepertinya gadis itu sangat berarti bagi Arya. Aku merasa penasaran, tetapi juga merasa bersalah telah menyelami kehidupannya tanpa izin.

Ketika hari berakhir, aku merasa benar-benar lelah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional. Aku berusaha menjalani kehidupan yang bukan milikku, mencoba menutupi kebohongan ini, dan di saat yang sama mencari jawaban. Aku berjalan pulang dengan kepala penuh pertanyaan.

Saat sampai di rumah, aku langsung mengunci diri di kamar, duduk di depan cermin, menatap sosok yang bukan diriku. Hari ini adalah hari kedua aku menjalani hidup sebagai Arya, dan aku masih belum menemukan petunjuk mengapa ini terjadi.

“Bagaimana aku bisa kembali?” gumamku pada bayangan Arya di cermin. Namun, cermin itu tetap diam, memberikan kesunyian yang hanya membuatku semakin merasa terasing.

Perlahan-lahan, aku mulai merasa bahwa mungkin ini bukanlah suatu kebetulan. Ada sesuatu di balik semua ini, sebuah alasan yang belum kutemukan. Tapi untuk sekarang, aku hanya bisa berharap bahwa jawabannya akan segera datang.

1
Iolanthe
Jangan ditinggal nggak jelas thor, kami semua sudah mulai ketagihan nih
+sakuran+
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
Rendy Purnama: makasii ya ka sakuran
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!