NovelToon NovelToon
Bianglala Negeri Impian

Bianglala Negeri Impian

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Agung Riyadi

kisah cerita Randu, seorang anak korban musibah tanah longsor di kampungnya dan hanya dia satu satunya yang selamat, kemudian mendapatkan anugerah kesaktian yang tiada taranya dari jiwa leluhur, menjalani liku liku kehidupannya dan berusaha menggapai semua impian dan cintanya.
berhasilkah Randu, please check it out the story

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agung Riyadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ak Randu nggak boleh pergi

Bu Sumitra tak mampu membendung air matanya untuk tidak tumpah setelah mendengar penuturan dari suaminya yang mengatakan bahwa Randu telah memutuskan untuk ikut Priyatna.

Beberapa hari terakhir wanita yang akan memasuki usia kepala empat dua tahun lagi itu merasakan sudah sangat menyayangi Randu, apalagi setelah mengingat anak itu penuh perhatian dengan keluarganya dan yang terpenting semua anak anaknya juga sangat menyayangi Randu terutama Asih yang bahkan selalu mengingatkan dirinya supaya Randu tidak meninggalkan kediaman mereka.

"Entah bagaimana Asih nanti pak, dia bahkan terus berpesan pada mama agar Randu tidak boleh pergi," ujar Bu Sumitra pelan saja di hadapan suaminya yang sebenarnya sudah akan bersiap berangkat dinas ke kantornya.

"Mau bagaimana lagi mah, Randu sendiri yang memutuskan untuk ikut Priyatna," ujar Pak Sumitra sambil mengusap usap pundak dan lengan istrinya itu untuk menenangkan pikirannya.

Bu Sumitra justru semakin berlinang air matanya, mengingat dia bisa membayangkan betapa sedihnya Asih dan Gandi nanti jika mereka tau Randu akan pergi dari rumah itu.

"Baiklah bapak berangkat dulu mah, mau menemui Pak Karsa juga untuk mengurus kepindahan sekolah Randu," ujar Pak Sumitra menyebut nama kepala sekolah dasar tempat Randu dan anak anaknya belajar seraya mengecup kening istrinya sebagai tanda minta pamit untuk berangkat dinas seperti biasanya mereka lakukan.

"Iya pak hati hati," jawab Bu Sumitra sambil meraih tangan suaminya dan menciumnya di keningnya.

Dalam pada itu Pak Priyatna ternyata telah mengajak Randu berjalan keluar berkeliling di sekitar sembari memetik bunga bunga melati yang banyak tumbuh di sepanjang jalan daerah perbukitan itu.

Pak Priyatna sengaja mengajak Randu banyak bercakap cakap untuk saling mengakrabkan diri, terutama Priyatna yang juga seorang pejabat aparatur sipil di instansi dinas pariwisata di lingkungan pemerintah kabupaten Bogor itu ingin menyelami kepribadian anak yang baru diangkatnya itu.

Sementara Randu yang paham bahwa Pak Priyatna akan mengajaknya berziarah itu terus mengumpulkan bunga bunga yang ia temui di sepanjang jalan, beberapa kali mereka juga berhenti sejenak untuk saling menyapa dengan beberapa warga yang mereka temui.

"Randu, bapak ingat dulu pamanmu sering membawakan madu saat berkunjung ke tempat bapak, kamu tau dari mana pamanmu mendapatkan madu itu ?" tanya Pak Priyatna.

"Iya pak di atas tebing sektor satu," jawab Randu.

"Oh bagaimana caranya pamanmu sampai ke atas tebing itu bukankah di sekelilingnya banyak jurang dalamnya ?"

"Ada kok pak jalannya hanya saja memang cukup sulit,"

"Teteh mengatakan bahwa kau memberinya madu kualitas terbaik apakah itu kau dapat dari sana juga nak ?"

"Iya pak,"

"Walah, kau berani naik ke atas tebing itu ?" tanya Pak Priyatna dengan sedikit keheranan.

"Saya sudah sering di ajak paman memanen madu madu itu pak jadi sudah terbiasa,"

"Oh, pamanmu itu memang luar biasa, orang yang sangat baik...sayang sekali takdirnya harus berakhir lebih cepat dari kita semua," ujar Pak Priyatna seolah begitu menyesali kepergian sahabat terbaik yang pernah dikenalnya itu.

Randu hanya mengangguk saja namun tak berucap apapun.

"Baiklah kita ke makam yah, kita doakan keluargamu yang telah mendahului kita semua agar mereka di tempatkan di tempat terbaik disisi Rabb nya, sekalian bapak juga akan ziarah ke makam kedua orang tua bapak,"

Lagi lagi Randu hanya mengangguk sebagai pertanda setuju dengan keinginan bapak angkatnya itu.

Di depan gundukan besar pusara yang di dalamnya dimakamkan seluruh anggota keluarga Randu yang memang ditempatkan dalam satu lubang besar itu Pak Priyatna memimpin Randu untuk berdoa dengan membacakan beberapa ayat ayat suci dan di akhiri dengan doa itu.

Randu pun tak kuasa untuk menahan air matanya agar tidak tumpah meskipun sama sekali tak ada suara isak tangis apapun dari bibirnya.

Seusai berziarah Randu hanya menyetujui ketika bapak angkatnya itu ingin perjalanan pulang mereka lewat pinggiran sungai yang banyak dipenuhi oleh batuan kali itu dari yang segede kerikil sampai yang bongkahan nya sebesar kerbau dewasa.

Ternyata Randu memanfaatkan momen itu untuk menangkap beberapa ikan mujair yang banyak ia temui di aliran air yang agak dalam.

"Kau pintar sekali tangkap ikannya nak ?" kata Pak Priyatna yang semakin mengagumi kemampuan anak yang baru diangkatnya sebagai anaknya itu.

Untuk beberapa saat lamanya Pak Priyatna membiarkan Randu dengan aktivitasnya, yang hanya dalam waktu tak begitu lama sudah mendapatkan hampir sepuluh ekor ikan mujair dan tawes seukuran telapak tangannya itu.

Pada akhirnya Randu mendapatkan belasan ekor ikan dari berbagai jenis yang kebanyakan adalah mujair dan tawes itu, yang oleh Randu ditautkan jadi satu menggunakan tali dari ilalang yang banyak tumbuh di pinggiran kali.

"Wah banyak sekali kau dapat nak, cukup itu untuk lauk makan siang orang serumah," ujar Pak Priyatna sambil tersenyum bangga.

"Semalam tampaknya ada yang menyetrum di sini pak," ujar Randu yang raut wajahnya justru menunjukkan ketidakpuasannya.

"Gapapa nak, itu juga sudah banyak yang kau dapatkan kok," balas Pak Priyatna sambil tersenyum.

Setelah beberapa lamanya ia mencoba mengenal anak angkatnya itu, ia bisa menilai bahwa Randu jelas anak yang punya kemampuan diatas rata rata kebanyakan anak sebayanya.

Bahkan dia bisa jujur mengatakan bahwa kemampuan Randu jauh diatas Gandi sekalipun jika kedua anak itu harus dibandingkan.

Setelah cukup puas menyusuri kali berbatu itu dan ditambah dengan terik matahari yang mulai menyengat kepala, mereka kemudian melanjutkan perjalanan pulang lewat jalur yang sebenarnya hingga sampai rumah.

Mereka tiba di rumah kediaman lurah desa itu bersamaan dengan Bu Sumitra yang juga baru pulang dari pasar dan sedang menurunkan barang belanjaannya dari motor matic yang ia kendarai.

Sementara Pak Priyatna membantu Bu Sumitra yang merupakan kakak kandungnya itu dengan membawa barang belanjaannya masuk ke dalam rumah, Randu lebih dulu masuk ke dapur rumah lewat samping dan menyerahkan ikan ikan yang dibawanya ke salah satu asisten rumah tangga di rumah itu.

"Ini baru saja kau dapat dari kali nak ?" tanya Bik Sani salah satu pembantu di rumah itu yang telah bekerja di rumah itu sejak kelahiran Asih.

"Iya Bik, hanya sisa semalam tampaknya Bik," jawab Randu yang kemudian langsung pergi ke sumur belakang untuk mandi.

"Anak itu banyak sekali kemampuannya," ujar Ranti pembantu baru yang datang dua bulan yang lalu itu sambil memasukkan ikan ikan yang masih segar itu ke dalam baskom dan kemudian di bawanya untuk di bersihkan.

Randu masih sempat menemani Asih yang belum bosan dengan permainan enggrang nya, bahkan gadis kecil itu semakin lincah memainkannya.

Usai makan siang bersama yang minus Sinta karena anak itu belum pulang dari sekolahnya barulah Pak Priyatna mengutarakan niatnya untuk berpamitan yang terutama ia tujukan pada Gandi dan Asih sekaligus pamit untuk membawa Randu bersamanya.

Tentu saja tepat seperti yang sudah dibayangkan sebelumnya, Asih langsung kecewa dan hampir saja menangis andaikan Bu Sumitra tak sigap untuk memeluknya.

"Ak Randu nggak boleh pergi !!!" teriak Asih yang langsung merubah suasana.

"Randu sama sekali tidak pergi anak manis, kan hanya akan tinggal di rumah Om saja yang kapan saja Asih bisa menemuinya," ujar Pak Priyatna dengan raut wajahnya yang sedih karena bagaimanapun juga ia sangat menyayangi putri bungsu dari kakaknya itu hingga tak tega juga melihat anak itu bersedih.

1
Agung Riyadi
luar biasa
Laelia
Ngangenin deh ceritanya.
Agung Riyadi: makasih 🙏🙏
total 1 replies
Phoenix Ikki
Bingung mau baca apa lagi sekarang. 🤷‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!