NovelToon NovelToon
Sayangi Aku Ibu (Pilih Kasih)

Sayangi Aku Ibu (Pilih Kasih)

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga
Popularitas:32k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

"Seharian tidur aja, bukannya lumpuh.

Punya anak memang nyusahin aja bisanya" Wati membebel dari dapur, sengaja ia keraskan suaranya agar Mira yang tengah berbaring di kamar mendengar celotehannya.

"Kalau jadi anak itu kalau nggak bisa ringanin beban orang tua, setidaknya janganlah menambah beban orang tua. Kalau punya anak gadis gini mending di nikahin aja, daripada di sekolahin juga nggak ada gunanya, bukannya tambah berbakti kepada orang tua malah makin bertingkah. Pakai bilang menyesal di lahirkanlah, dia pikir aku tak menyesal melahirkan dia. Kalau bisa memilih aku pun akan lebih memilih untuk punya putri satu aja, daripada dua tapi yang satunya nggak berguna," lanjut Wati dengan nada suara sinis.

Di kamar Mira hanya bisa diam.

"Kamu memang nyusahin mir, seharusnya semalam kamu tak berbicara begitu" rutuknya kepada dirinya sendiri. Dengan menahan sakit di punggungnya, Mira pun beranjak ke dapur.

"Ada yang bisa Mira bantu bu?" tanya Mira takut ibunya marah lagi.

Wati tak menggubris ia hanya diam saja. Sambil melanjutkan mencuci piring kotor pagi tadi.

"Mau Mira susunin piring yang udah bersih Bu?" Mira menawarkan bantuannya kepada Wati.

"Sudahlah kamu jangan ganggu aku, lanjut saja malas malasanmu di kamar. Memang an*ing anak kek kau, nyesal aku ngelahirin kau ke dunia ini" maki Wati.

Mendengar perkataan Wati, Mira hanya diam dan pergi ke kamarnya. Rumah ini benar benar sudah menjadi neraka baginya. Setiap hari harus mendengar amarah ibunya yang tiada berdasar.

Sesampainya di kamar, ia mengambil selembar kertas dan sebuah pulpen.

~Hari ini ibu kembali memarahiku, entah apa sebabnya, mungkin karena semalam aku mengatakan aku lebih baik tidak di lahirkan. Aku memang salah, tapi itu yang ku rasakan, aku memang merasa lebih baik tak hidup, tak lahir, dan tak pernah ada di dunia ini, jika harus dibenci oleh ibu sendiri. 

Lagipula, bukankah ibu semalam sudah menghukumku habis habisan? Belum puaskah ibu melihatku meringis kesakitan? Apa aku tunggu mati dulu agar ibu menyayangiku. Ingin rasanya ku mati saja, bunuh diri? Tapi jika aku mati karena bunuh diri kata Bu guru akan mati sia sia, dan neraka jahanam lah balasannya. Tapi, rumah ini juga sudah seperti neraka bagiku~

Ia menulis unek-uneknya pagi ini, dengan tetesan air mata. Setelah dirinya meluapkan seluruh isi hatinya di dalam kertas itu, selanjutnya ia pun membakarnya dengan korek api. Mengubah kertas menjadi abu, agar tak siapapun yang tahu, bahkan Lia sendiri. Setidaknya dengan menuliskan kisah pilu hatinya, ada rasa lapang di hatinya. Meski tulisan itu akan ia bakar seolah olah tak pernah ada.

"Assalamu'alaikum, Bu wati" Panggil Bu Asih dari depan pintu yang tak terkunci.

"Wa'alaikumussalam, eh ada Bu Asih, masuk Bu" ucap Wati, melap tangannya basah di daster Kumal miliknya.

"Nggak ke ladang ni Bu Wati?" ucap Asih mengawali pembicaraannya.

"Akh, enggak, hari ini istirahat dulu"

"Kalau si Rudi kemana?"

"Biasalah ke Kede kopi, kalau dia udahlah nggak usah di pikirin, nanti makin dipikirkan kita ibu ibu yang pusing"

"Benner, bapaknya anak-anak itu memang nggak usah di pikirin, bikin sakit kepala aja. Mending kita fokus ke diri sendiri, dan anak aja ya kan Wati"

"Benner"

"Uhukkkk" Mira terbatuk dari kamar.

"Siapa itu Wat?"

"Biasa, si Mira"

"Inikan hari Senin, nggak sekolah dia?"

"Namanya anak malas Bu, di paksa sekolah bukannya mau, padahal mah anak anak kan enak ya Bu, nggak mikirin dapur, nggak mikirin rumah, nggak mikirin jajan, nggak mikirin ongkos ongkos ke sekolah, cuman fokus belajar aja nggak becus. Anak durhaka memang begitu."

"Wahhh, kamu jangan gitu sama anak sendiri Wati, masak anak sendiri dikatain anak durhaka, omongan itu do'a loh" ucap Asih, tertawa kecil.

"Tapi memang benner, si Mira ini agak lain anaknya, beda sama si Lia"

"Lain bagaimana Bu, bukannya si Mira ini lebih pintar daripada Lia ya Bu"

"Akhhh, kalau cuman pintar di teori saja semua orang juga bisa kali Bu Asih. Lagian percuma pintar kalau durhaka"

Mendengar perkataan ibunya membuat perasaan Mira campur aduk, ada rasa malu kepada Bu Asih, ada rasa kesal, benci, sedih, dan marah kepada Wati ibunya. Setaunya ia tak lah durhaka, jika pun ia nakal, nakalnya masih di batas kewajaran anak anak sebayanya. Bahkan jika yang lainn harus di teriaki ibunya dulu baru mau disuruh cuci piring, masak, dll, dirinya cukup hanya sekali perintah saja ia langsung laksanakan.

"Durhaka bagaimana Bu Wati?"

"Ya begitulah, ngebantahhh Mulu kerjanya, pokoknya ya dia itu matanya cuman tertuju ke buku buku dan buku terus, nggak mau ngerjain pekerjaan rumah. Beda sama Lia yang mau bantu bantu pekerjaan rumah"

Ya selama ini Lia memang lebih banyak bantu bantu di rumah ketimbang Mira. Tapi bukan karena Mira malas, tetapi karena Mira bersekolah di sekolah unggulan yang tugasnya setiap hari bejibun, berbeda dengan Lia yang sekolahnya di sekolah biasa saja, bahkan tugas pun kalau tidak di kerjakan tidak punya sanksi yang berarti. Itulah sebabnya, Mira selalu berkutat dengan buku, untuk menyelesaikan tugasnya.

"Gitu memang, kalau anak-anak Bu, pokoknya kamu jangan manjain, nanti jadi apa kalau sudah besar, anak perempuan malas bantu bantu pekerjaan rumah. Bisa bisa di pulangin sama suami dan mertuanya dia nanti kalau sudah menikah Bu Wati" kompor Bu Asih.

"Iya, sudah tahu bapaknya nggak peduli. Pake bertingkah lagi" sahut Wati.

"Ku perhatikan memang si Mira ini kelewat nakalnya ya bu, beda sama anakku si Mawar sama si Santi, mereka kalau ku suruh putus sekolah mau mau aja tuh, biar nggak membebani biaya sekolah. Malah mereka berdua bisa bantu bantu perekonomian keluarga. Ini si Mira sudah tahu orang tua nggak berpunya, malah milih sekolah unggulan yang biaya sekolahnya mahal. Gitu memang kalau anak nggak tau diri bu"

Mendengar perkataan Bu Asih, membuat Mira marah. Ia pun beranja dari tempat tidurnya, dan keluar menuju ruang tengah tempat Bu Asih dan ibunya berada.

"Nggak usah mengkompori ibu segitunya, bi Asih. Kalau kau malas nyekolahkan anakmu, cukup kau saja, tak perlu kau hasut juga ibuku. Lagian apa bagusnya anak kerja rumah makan, ngelap meja orang, nggak usah segitunya menghasut ibuku" ujar Mira. Mira memang pendiam, tapi dia tidak suka jika ada orang yang terlalu mengurusi hidupnya selain keluarganya. Apalagi mengurusinya ke hal yang tidak baik.

"Mira, jaga mulutmu" bentak Wati kepada Mira.

Sedang wajah bi Asih tampak memerah meredam marah.

"Hehhh, anak baru kemarin sore. Kamu yang sopan ya, saya ini bukan seumuran mu" teriak Bi asih.

"Justru itu, kau tak seumuran denganku, lalu ngapain bahas aku. Bahas saja dirimu, bahas orang orang yang seumuran denganmu. Kau kira kau ini siapa?" Mira memang anaknya pemberani, kalau sudah merasa tertekan.

"Mira, masuk kamar" perintah Wati.

Mira hanya terdiam, sambil melotot kepada Bi Asih

"Mira, ku bilang masuk kamar" ucap Wati penuh penekanan, Mira pun masuk ke kamar dengan langkah kasar.

"Liat sendiri kan kelakuan si Mira itu Bu Asih, di luar batas kewajaran memang"

"Anakmu memang benar benar anak durhaka Wati, siap siap aja nanti kalau dia sudah besar kamu yang akan jadi korban di buatnya"

Mendengar perkataan Bu Asih, Wati menjadi khawatir.

"Kecilnya saja sudah begini, apalagi sudah dewasa nanti." Lanjut Bu Asih

1
ana cahaya
Luar biasa
lena
cerita novel mu bgs thor
Asyatun 1
endingnya sedih thoor
lena
lanjut thor, karya mu bgs
Asyatun 1
lanjut
yonahaku
belum ada lanjutannya apa cukup lama ini
lena
ko tamat thor,, karya mu bgs thor
lena
mana si yg bener nama ya bayu, atau wahyu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!