Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 26 ~
Arvi dan Shaka langsung membuang badannya ke kasur tanpa melepaskan sepatu bahkan tas mereka.
Arika yang melihat kedua putranya langsung berkacak pinggang.
"Kalian ini kenapa? Ganti pakaian kalian, sepatu di lepas, tas di lepas taruh di tempatnya masing-masing."
"Mom, sebentar aja kami lelah. Tadi panas banget, kita di kurumuni wartawan."
Arika menghela napas panjang. Ia mendekati kedua putranya, berniat untuk melepaskan sepatu mereka, tetapi mereka langsung beranjak bangun.
"Mom, tidak. Biar kami aja yang lepas sendiri," cegah mereka.
"Yaudah lepasin, mommy buatin kalian makan."
"Iya, mommy."
Mereka melepaskan sepatu mereka, melepaskan tas dan menyimpannya di tempatnya masing-masing lalu berganti pakaian.
Setelah mengganti pakaian jadi pakaian rumahan. Mereka menemui sang mommy yang tengah memasak.
Mereka memeluk dari belakang Arika, hal itu membuat Arika tersentak dan setelahnya tersenyum dan menepuk kedua pipi putranya.
"Kalian kenapa ini?" tanya Arika.
"Mau peluk aja."
"Masa sih? Kalian enggak lagi buat kesalahankan?"
"Ih enggak mana ada kami buat kesalahan, masa mau peluk mommy aja harus buat kesalahan dulu."
Arika menghela napas panjang dan melanjutkan memasaknya di bantu oleh kedua putranya. Mereka memasak diiringi oleh candaan serta perdebatan.
"Ini di potong kecil, Arvi, lihat caramu memotong sebesar jempol bayi."
"Yaudah sih, kan mau di makan juga kan?"
Shaka serasa ingin menguncir bibir kembarannya itu. Begitu membuatnya kesal.
"Sudah-sudah kalian ini kenapa malah jadi berdebat, tidak akan selesai jika kalian terus bertengkar. Sini mommy yang potong wartelnya, kamu masukin daging itu ke panci."
"Baik, mommy."
Mereka pun fokus untuk menyelasaikan masakan mereka.
Usai memasak, mereka menatap hasil
masakanan mereka. Mereka bertiga saling tos.
"Ayo pada makan, jangan lupa baca doa."
"Baik mommyku sayang."
Mereka membaca doa sebelum mulai menikmati makanan mereka.
Saat asik makan, bel apartemen berbunyi membuat mereka menoleh.
"Biar Arvi yang buka, mom." Arvi berdiri dan menuju pintu.
Ia membukanya perlahan agar melihat siapa yang datang.
"Siapa Arvi?" tanya Arika sebab sang anak tak kunjung kembali.
Ia dan Shaka ikut mendekati pintu, penasaran siapa yang datang.
"Mas Raiden? Ibu?" Arika senang melihat orang yang selalu menemaninya di jepang, kini menemuinya di indonesia.
"Ayo masuk."
Setelah mereka sudah berada di dalam apartemen. Arika memeluk wanita tersebut, ia sudah menganggap wanita itu ibunya sendiri.
"Ojisan Raiden, kami kangen banget." Arvi dan Shaka memeluk Raiden membuat Raiden terkekeh melihat mereka.
"Peluk obasan juga, sayang."
Mereka berdua memeluk ibu Harum, membuat ibu Harum membalas pelukan mereka.
"Kalian gimana di sekolah barunya, sayang?"
"Baik kok, obasan. Arvi mempunyai banyak teman."
"Biasa aja dan sama saja," jawab Shaka.
Ibu Harum geleng-geleng saja, melihat sifat mereka yang begitu bertolak belakang.
"Obasan sama ojisan ayo ikut makan," ajak mereka menarik tangan keduanya.
Mereka pun menikmati makan siang, diiringi canda tawa. Arika tersenyum melihatnya.
"Ibu sama mas Raiden kenapa tiba-tiba banget ke indonesia enggak bilang-bilang lagi."
"Mau ngasih kejutan, mama juga nih yang udah kangen banget sama kalian, maksa aku buat ke indonesia."
Ibu Harum menyengir seraya mencubit pipi kedua anak kembar yang sudah ia anggap cucunya.
"Soswit banget..." Arika jadi terharu mendengar ucapan Raiden.
"Raiden bohong, Rik. Ibu tidak memaksanya, ibu mau datang sendiri. Dia yang memaksa untuk ikut sama ibu."
"Mama!"
"Emang kan?"
Raiden terdiam, menahan rasa malu. Apalagi ditatap nakal oleh kedua bocah di depannya.
"Kapan kalian kembali ke jepang?" tanya ibu Harum.
"Sepertinya tidak diwaktu dekat, ibu. Soalnya Arika sedang lagi sibuk-sibuknya di dunia permodelan."
Ibu Harum terlihat sedih.
"Tidak apa-apa ibu, kan kita bisa menghabiskan waktu di sini dulu. Ibu juga pasti kangen dengan tanah air ibu kan?."
Ibu Harum mengangguk membuat mereka terkekeh.
Raiden dan kedua bocah kembar itu berjalan-jalan keluar apartemen.
"Ojisan indonesia panas, ya."
Raiden tersenyum dan mengangguk. Mereka menuju penjual es kaki lima.
"Mamang es lilinnya tiga, ya!" ucap Arvi. Baru seminggu di indonesia, tapi anak itu sudah sangat lancar berbahasa.
"Dari mana kamu tau namanya mamang?"
"Itu bukan namanya, ojisan. Mamang itu kusus panggilan untuk mereka," ucap Arvi mengyakinkan.
"Iyakah?"
"Es lilinya dua." Seorang gadis juga menyodorkan sebuah gocengan kepada mas penjual es tersebut.
Arvi langsung sumbringan melihat gadis itu, ia pun lantas menyapanya.
"Kak Karin?"
Merasa dipanggil, Karina menoleh. Dia tersenyum melihat Arvi.
"Hai Arvi, kamu belanja es lilin juga?"
"Iya."
Karina mengangguk, mereka sama-sama menunggu es lilin mereka.
"Karin sudah belum?"
"Tunggu, pah. Ini banyak antrian."
"Itu papa kakak?" tanya Arvi.
Karina mengangguk, Arvi pun tersenyum ke arah Arian.
Arian menatap anak cowok tersebut, mengapa ada rasa berbeda melihat anak itu?
Raiden saling bersebelahan dengan Arian, menunggu para anak-anak selesai membeli es lilin.
"Udah ojisan."
"Yaudah ayo kita balik apartemen, mommy kalian pasti udah nunggu kalian pulang."
Mereka mengangguk.
"Kak Karin kami balik duluan, ya," teriak Arvi membuat Karina tersenyum dan mengangguk. "Om kami duluan, ya dadah."
Arian tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Dia teman kamu?"
"Dia adek kelas Karin, pah. Baru masuk tadi, pindahan dari jepang. Memang anaknya mudah akrab orangnya, ceria. Beda sama saudaranya tukang diam."
Arian mengacak-acak rambut putrinya membuat Karina mengaduh kesal.
"Jangan diacakin rambut Karin, pah."
"Gemas, nak."
Setelah menerima es lilinya, mereka pun ikut meninggalkan tempat tersebut.
"Mau kemana lagi?" tanya Arian memasangkan sabuk pengaman pada putrinya.
"Mau ikut papa ke kantor aja deh."
"Kenapa enggak mau pulang?"
"Bosan di rumah, mama juga enggak ada di rumah. Mama akan shoping, arisan sama teman-temannya."
"Baiklah, ikut papa ke kantor."
Karina tersenyum, ia pun anteng memakan es lilinya. Sedangkan Arian fokus menyetir.
"Papa pulang kan ke rumah sebentar?"
Arian menoleh ke arah putrinya sesaat lalu kembali menatap ke depan.
"Nanti papa suruh antar kamu pulang aja ya sama om Bayu."
"Papa kenapa sih enggak mau pulang? Tinggal di rumah sama Karin dan mama."
"Papa sibuk, sayang. Banyak kerjaan kan."
"Sesibuk itu? Sampai-sampai papa cuma pulang 3 hari dalam seminggu?"
Arian hanya diam. Bukan masalah sibuk, tapi Arian memilih untuk pulang ke rumahnya dengan Arika.
Ia hanya bisa tidur saat berada di ranjangnya dengan Arika. Dan sudah pasti mabuk-mabukan dahulu sebelum tidur. Arian tidak ingin Karina melihat keadannya yang menyedihkan.
"Papa akan pulang!"
"Tsrserah papa saja. Karin udah enggak mood." Karina menatap keluar jendela mobil. Ia benar-benar kesal pada papanya.
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.