NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08: Itu Sangat Vulgar

“Angkat wajahmu, Olivia.”

Suara Simon begitu rendah, sungguh sebuah cara ampuh untuk mengacaukan pikiran dan hati seorang wanita.

Di hadapan Simon, Olivia gemetar tak berdaya. Kepalanya bergerak perlahan namun tidak sampai membuatnya mendongak untuk bertatapan dengan sang duke.

Satu helaan napas yang lembut keluar dari kedua bibir Simon begitu menemukan sikap membangkang yang acap kali gadis itu lakukan. Ia mengangkat sebelah lengannya, jemarinya mulai menelusuri sisi wajah Olivia yang tertutup oleh helai rambut gadis itu.

Saat Simon membelai pipi Olivia dengan lembut, gadis itu dapat merasakan betapa pipinya sedingin es dan telapak tangan sang duke sepanas bara api.

Sentuhan itu lantas turun ke lekukan dagu, membuat Olivia mendongak dan tidak dapat melakukan apa pun kecuali menatap wajah Simon. Pria itu menatap rendah padanya dan sangat dalam. Pun sekilas, ia bisa melihat bahwa pria itu mengeraskan rahangnya.

“Olivia...” panggil Simon. Sungguh sebuah tindakan yang tidak dapat Olivia mengerti. Namun, mampu membuatnya merasakan darah di dalam tubuhnya berdesir. Terutama saat Simon membelai kulit di sekitar dagunya, dan saat ibu jarinya menyentuh dengan santai bibir bawahnya dan membuatnya perlahan terbuka. Saat itu juga, Olivia tersadar bahwa ia telah kehilangan kewarasannya.

“Yang Mulia?” Baik suara maupun tatapan Olivia, keduanya sama-sama bergetar. Ia berharap dalam hati bahwa dirinya dapat segera berpikir jernih setelah pria itu memporak-porandakan pikiran juga hatinya.

Simon mengernyit halus, ia menghela frustrasi. Sambil menatap langsung ke mata Olivia, ia mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Jarak yang dekat membuat Olivia dapat merasakan nafas Simon yang lembut juga panas.

Olivia yang telah melemas sepenuhnya dan tidak dapat melarikan diri, memudahkan semuanya untuk Simon. Ibu jari yang masih berada di bibir bawah gadis itu dan masih membelainya lembut, ia pun melangkah semakin menipiskan jarak hingga kedua wajah mereka hanya berjarak setipis udara.

Saat kedua ujung hidung mereka bersentuhan, Simon tidak kunjung berhenti. Bahkan, pria itu memiringkan kecil kepalanya dengan pandangan tertuju pada bibir berlipstik merah muda buah persik milik Olivia.

Mengetahui arah dari pandangan gelap kedua mata Simon, tanpa sadar Olivia mengeluarkan suara isak tangis yang tertahan.

Di saat itulah Simon akhirnya berhenti, saat bibirnya berada di jarak setipis udara dengan bibir Olivia. Pandangannya beralih pada kedua mata gadis itu yang terpejam kuat.

Benar. Hasratku kepada gadis ini tidak berarti apa-apa. Untuk alasan logis mana aku melakukan hal menyedihkan ini?

Jemari Simon pun melepaskan sentuhannya pada wajah Olivia dan ia menjauhkan wajahnya.

Merasakan ketidak hadiran pria itu membuat Olivia membuka mata dan mendongak. Tatapannya jelas berair, Simon dapat melihatnya meski dengan penerangan minim.

“Kembalilah ke pesta. Setidaknya turuti perintah saya mulai sekarang.” Simon berucap, kembali dengan nada datar nan dinginnya.

Olivia mematung di tempat, ia hanya diam menonton Simon berbalik dan perlahan meninggalkannya.

Pria itu berjalan pergi dengan begitu santai, langkahnya pun tampak mantap. Seakan dirinya bukan seorang yang beberapa saat lalu berbuat semena-mena pada seorang gadis.

Olivia menengadah berusaha menahan air matanya kembali turun dan memperparah riasan wajahnya. Ia menguatkan diri, berkata dan mengingatkan dirinya bahwa perundungan bukan hal baru baginya. Bagaimana pun, ia telah melewati banyak penderitaan saat menumpang di rumah kerabat di sepanjang hidupnya. Menghadapi perundungan lainnya di sini, harusnya ia mampu untuk tidak membesar-besarkannya.

Olivia menunduk lalu berjongkok untuk memasang kembali sepatu haknya.

Aku bisa melakukannya dengan hati terpuruk sekalipun. Inilah caraku bertahan selama ini.

Setelah menguatkan dirinya, Olivia lantas berjalan kembali ke ballroom. Namun, ia sedikit terkejut melihat Benedict berdiri di sekitar pintu samping seakan menunggunya.

Olivia melupakan pikiran konyol itu dan mencoba untuk berjalan melewatinya begitu saja, tapi ternyata pria itu benar-benar menunggunya.

Benedict menghentikannya. "Nona Olivia, tunggu dulu."

Tatapan Olivia penuh dengan kebingungan, namun ia tersenyum singkat untuk menutupinya. "Ada yang ingin Anda sampaikan, Tuan?"

Benedict tampak kesulitan dengan apa pun yang ingin dikatakannya, bahkan ia memejamkan mata singkat sambil menghela napas sebelum berbicara.

"Apa pun yang terjadi antara kamu dengan Tuan Duke barusan dan sebelum-sebelumnya, mohon jaga rahasia ini dari semua orang tanpa terkecuali."

Olivia menggelangkan kepala, sangat kebingungan meski ia dan Benedict menggunakan bahasa yang sama, tapi sungguh ia tidak mengerti maksudnya. "Apa maksudnya?"

"Bahkan tentang gaun dan semua aksesori Versace yang kamu pakai malam ini. Tolong jangan katakan pada siapa pun bahwa kamu mendapatkannya dari Tuan Duke."

Napas Olivia tertahan, kepalanya berdenyut pusing memikirkan semua kekacauan datang bersamaan kepadanya.

Benedict menghela frustrasi. Ia tahu arti dari raut yang ditunjukkan gadis itu. Meski dengan berat hati, ia harus memberitahukan semua hal yang perlu diketahuinya.

"Ketahuilah aku melakukan ini demi kebaikan Tuan Duke dan kamu juga. Beliau tidak menyuruhku mengatakannya padamu, tapi sebelum terjadi hal-hal di luar kendali, maka merupakan tugasku untuk mencegah itu terjadi."

Olivia memejamkan kedua mata erat untuk beberapa saat. Sosok Benedict di hadapannya sangat jelas, namun sekelilingnya seperti diliputi kabut tebal yang membuat pandangannya buram dan kepalanya pusing.

♧♧♧

Prosesi saling tukar cincin telah berlangsung dengan khidmat dan diakhiri tepukan tangan serta sorakan riuh dari para tamu.

Pasangan paling sempurna dekade ini, merupakan titel yang melekat pada Simon dan Charlotte sejak mereka terikat oleh janji pertunangan.

Di saat para tamu bergantian mencoba mendekati sang pasangan untuk menyapa dan mengucapkan selamat, Olivia kembali ke tempatnya seharusnya berada, di sudut ruangan yang tidak seorang pun ada di sekitar.

Bisa dengan jelas ia melihat ballroom beserta semua orangnya, dengan jelas pula ia mendengarkan celotehan para tamu dari kejauhan, dan suara indah dari lantunan band orkestra. Semuanya terasa sangat jelas, tapi di saat bersamaan seakan ia dikelilingi kabut tebal yang membuat semua tampak buram.

"Olivia."

Baru saat Charlotte memanggil dan berjalan ke arahnya, Olivia mampu menguasai diri dan kembali fokus.

Kepada Charlotte yang sangat cantik mengenakan gaun berwarna biru langit, Olivia meluruskan tubuhnya bersiap menghadap calon duchess.

"Nona Charlotte, selamat atas pertunangannya," ucap Olivia menunduk kecil.

Charlotte tersenyum puas atas kesadaran diri gadis itu untuk memberi hormat kepadanya. Namun, tetap saja tatapan tajamnya tidak bergetar sedikit pun pada setiap yang gadis itu kenakan saat ini.

Dari anting, kalung, gaun, bahkan sepatu itu. Semuanya dari Versace. Koleksi eksklusif yang baru dirilis, mana mungkin sudah tersedia barang tiruannya.

"Kamu terlihat cantik sekali, Olivia."

"Tidak, Nona. Anda jauh lebih cantik."

Charlotte berjalan mendekat pada Olivia, tangannya menyentuh kain gaun itu.

Barang original ini. Mana mungkin dia mampu membelinya.

"Kamu sangat pandai memilih apa yang cocok untuk kamu kenakan. Sungguh selera fashion yang setara penata gaya profesional."

Olivia menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Sulit baginya untuk mencari alasan saat pikirannya sudah sangat kacau dibuat Simon.

Sebaliknya, gadis itu tidak henti mengutuk dirinya sendiri. Ia mulai mempertanyakan dirinya yang seakan sangat ingin untuk menyatu dengan orang-orang berada bahkan berdarah bangsawan di sini. Sejujurnya ia telah curiga bahwa gaun dan semua aksesori yang diterimanya kali ini terasa sangat berkualitas, jauh berbeda dengan yang terakhir kali Betty diberikan.

"Nona Charlotte sangat baik dengan pujian Anda. Saya tidak merasa lebih cantik dari Anda. Terlebih malam ini, Anda terlihat sangat cantik," ujar Olivia ramah terlepas betapa berkecamuknya pikiran dan hatinya.

Charlotte tersenyum singkat. "Terima kasih, Olivia."

"Eng–Sepertinya saya pamit dulu, Nona. Sekali lagi selamat atas pertunangan Anda." Olivia bersiap akan melangkah pergi. Namun, Charlotte meraih pergelangan tangannya.

Wanita muda itu menoleh padanya dan bertanya, "Kamu tahu lagu apa yang sedari tadi dimainkan para anggota band?"

Olivia mendengarkan lagi lantunan musik orkestra itu lalu menatap Charlotte dan menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu, Nona."

Ada sebuah maksud tersembunyi dari raut dan tatapan singkat yang Charlotte berikan padanya, tapi Olivia tidak mengerti.

"Simon yang memberikan daftar lagu untuk dimainkan malam ini, dan lagu yang dimainkan beberapa kali ini berjudul Versace On The Floor. Kamu tahu lagunya bercerita tentang apa?"

Sekali lagi Olivia menggelengkan kepala. "Tidak tahu, Nona. Apakah ini lagu favorit Anda?"

Charlotte tersenyum, ia melepaskan lengan Olivia yang diraihnya barusan. "Aku malah membencinya. Lagu ini sangat vulgar, kamu tahu?"

Saat inilah Olivia tahu, Charlotte sedang memberikan sebuah peringatan padanya. Namun, diamnya dirinya yang tak mampu mengatakan apa-apa membuat Charlotte bertambah kesal. Ia menyentuh sekali lagi gaun hitam yang dikenakan Olivia.

"Pria itu membuat gaun Versace si wanita terlepas jatuh ke atas lantai." Charlotte melihat kedua mata gadis itu. "Kira-kira apa yang dilakukan selanjutnya?"

"M-maafkan saya, Nona, tapi saya harus pamit lebih dulu."

"Tentu. Pergilah."

Banyak hal terjadi malam ini. Olivia hanya ingin menyendiri dan menenangkan pikirannya juga hatinya.

Satu hal yang menjadi masuk akal adalah ia harus segera pergi dari mansion ini. Memisahkan diri dari kehidupan sang duke adalah jalan keluar dari semua kekacauan yang terjadi.

"Mungkin aku bisa menghubungi Paul. Meminjam uang jauh lebih baik daripada harus terus berada di sekitar Tuan Duke."

...♧♧♧...

1
agnesia brigerton
Jadi duke nih lagi nunggu sampe Olivia lebih dewasa aja?? Setidaknya dia gak pedofil deh :)
agnesia brigerton
Gilakkkkk
agnesia brigerton
Udah manggil ayah mertua ajaa
agnesia brigerton
Aku padamu Olivia 😭😭😭
agnesia brigerton
😭😭😭
agnesia brigerton
Duh pulang kampung nih??😥
agnesia brigerton
Hubungan mereka kerasa sensual banget tapi menegangkan juga duh panas dingin jadinya 🙃
agnesia brigerton
Iya iya pergi aja dari duke obses ituu
agnesia brigerton
Gue tereak terus woiii
agnesia brigerton
What?????? Merk gaunnya terus lagu yang diputar????
agnesia brigerton
Tunangan asli kayak nyadar deh
agnesia brigerton
Benedict selama kerja sama duke gak kepikiran buat resign kah??
agnesia brigerton
Oke... oke... si duke obses nih parah
agnesia brigerton
Kamu kuat bangettt
agnesia brigerton
S-SIAP YANG MULIA!!
agnesia brigerton
UPSS 🤭🤭
agnesia brigerton
Lo kayaknya masih bingung deh sama perasaan sendiri 🙃🙃
agnesia brigerton
AAAA 😚😚😚
agnesia brigerton
Apa? Mau ngapain emangnya🤭
agnesia brigerton
AAAA GUE DUGUN DUGUN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!