NENEK PAHLAWANKU

Sementara itu di markas yang terletak di pesisir utara namun tersembunyi, memang markas untuk mafia selalu berpindah tempat demi keamanan agar tak terlacak oleh aparat hukum.

Bento nampak mondar mandir gelisah setelah sehari semalam tak ada kabar dari Teguh orang kepercayaannya.

"Doni...!!"

"Ya bos..." jawabnya seraya berlari mendekati bos Bento.

"Kamu datangi markas kelompok sabuk hitam di temanggung sekarang."

"Baik bos..." jawab Doni langsung mundur.

"Ajak 5 temanmu dan beri kabar jika sudah tahu." teriak Bento saat Doni menjauh.

Doni memberi tanda jempol pada Bento sambil berjalan menuju mobil di samping markas. Doni mengajak 5 teman dalam 1 mobil avanza. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menembus jalanan kota.

Di ruang pribadi Bento terlihat menatap layar monitor untuk menghubungi rekan bisnisnya membahas soal bisnis narkoba ke depannya.

Sementara itu di pabrik Aneka Rasa milik Sumi terlihat Santoso sedang menaikan cemilan yang di bungkus dengan plastik besar, 1 bungkus 1 - 2 kg. Dan banyak pula cemilan yang sudah di bungkusi kecil kecil dengan berat sekitar 250gram.

"Lho nenek Guru juga mau ikut setor.?" kata Santoso melihat nenek Samirah membuka pintu mobil kiri.

"Iya nak, nenek mau ikut ada urusan nanti di sana."

Nenek Samirah mendapat bisikan bahwa ada anak buah Bento yang akan ke Temanggung.

Setelah selesai semuanya mobil segera berangkat dengan pelan sampai ke jalan besar.

Dalam perjalanan menuju kota - kota di temanggung lalu ke Wonosobo. "Lewat Secang saja nak." kata nenek Samirah.

"Baik nenek guru." jawab Santoso.

Tak ada percakapan di antara nenek Samirah dan Santoso. Dengan mempercepat laju mobilnya agar cepat. Setelah sampai di kota Kedu dan menyetorkan pesanan lalu menerima bayaran, Santoso melajukan mobilnya menuju jalan Parakan - Weleri lalu menyetorkan pesanan si setiap toko dan minimarket lalu menuju ke pasar Parakan dan Santoso menurunkan semua barang dan membawa ke setiap toko yang memesan.

"Kita pulang nenek guru ?"

"Tidak San.."

"Kita ke rumah yang kemarin kita menghajar orang."

Santoso terkejut namun tak bisa berbuat apa apa hanya menurut saja. Dan mobilpun masuk ke gang di mana mereka menghajar kelompok kemarin.

Sementara itu Devan kedatangan tamu dari bos mafia. Doni masuk dan menjelaskan kedatangannya namun oleh Devan di jelaskan semuanya.

"Hallo bos.." kata Doni di telepon.

"Bagaimana Don dapat kabar apa soal Teguh.?"

"Teguh dan ketiga temannya hilang bos."

"Apaaa.... Bagaimana bisa..?"

"Kata Devan kemarin di sini ada yang mengusik sampai terjadi perkelaian bos."

"Siapa yang berani mengusik Don.?"

"Ada seorang nenek dan tiga laki-laki dengan ciri salah satu laki-laki itu punya tahi lalat di bawah bibirnya."

"Robert..!!! Keparat..."

"I... Iya...." BRAAAAK....!!! belum selesai Doni ngomong sebuah batu menabrak cendela di sampingnya.

Doni memberikan HPnya pada anak buahnya untuk tetap mengabarkan pada bos Bento. Sedangkan Doni mencabut pistol di ikuti semua anak buahnya.

"Berhenti kau nenek tua.. Jangan mendekat...!!" teriak Doni.

"Kalian memang manusia busuk tak pantas untuk hidup.!!" teriak nenek serak.

Doni tidak mengubris omongan nenek Samirah langsung mengarahkan pistol ke nenek..

"Dor.. Dor dor dor...!! Nenek menunduk sambil memegang tongkat dan melempar ke arah Doni dan.... "BRUUUUK" tongkat nenek mengenai kaki Doni sampai terjatuh mencium lantai. Anak buah lainnya tercengan melihat aksi nenek, walopun sudah unsur namun kelincahan nenek Samirah bagai anak muda.

"DAK.. DAK.. BRUK..." semua terjengkang terkena tendangan kilat nenek Samirah. Doni berdiri lalu menyerang nenek namun apa dayanya Doni tidak mempunyai kepandaian bela diri maka dengan mudah nenek membuatnya terkapar bersimbah darah.

Devan yang melihat aksi nenek pun terpaku berdiri tak bisa bergerak. Dengan cepat nenek Samirah menghabisi Doni dan kelima temannya. Nenek mengambil HP yang masih terhubung dengan bos mafia.

"Tunggu pembalasanku keparat..!!" bentak nenek di telepon.

"Apa maksudmu..?"

"Apa salahku sampai kau menghancurkan rumahku..?"

"Si si apa kamu..?"

"Aku nenek Samirah yang akan membasmi kalian. Semua anak buahmu di sini sudah aku habisi. Siapkan peti mati untukmu karena sebentar lagi nyawamu akan aku pindah ke neraka."

"Keparat...". "PYAAAAR.."

Sambungan telepon mati karena Bento membanting HPnya. Nenek Samirah mendekati Devan. "Siapa namamu..?"

"Sa...saya De.. Devan nek." jawabnya ketakutan melihat sorot mata nenek dengan aura membunuh.

"Apa hubunganmu dengan bos mereka...?"

"JAWAAAAB..!!!?"

"Sa saya teman baik Bento nek."

"Oh nama bos mereka itu Bento.. Apa kamu akan membela dia..?"

"Ti.. Tidak nek.. Ampuni saya nek.." jawabnya langsung bersimpuh memegang kaki nenek.

"Kamu jangan melapor ke polisi jika tak ingin nyawamu dan keluargamu melayang" kata nenek sinis. Devan hanya mengangguk.

"Aku ampuni kalian... Sekarang kuburkan mereka aku akan menunggu kalian."

"Baik nek.. Terima kasih."

Devan menyuruh mengambil cangkul dan sekop untuk membuat lobang di samping rumah, dengan cepat 6 mayat di kubur dalam 1 lobang.

"Kamu jangan ikut campur dengan dendam kami. Pergilah.." tegas nenek.

"Ba. Baik nek.."

Saya juga menulis novel bernuangsa mistis perkawinan manusia dan jin dengan judul

MISTERI ANGGORO KASIH