" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 19: Ada Yang Panas
Setelah peristiwa di restoran itu, Ran merasa sangat malu jika Raga mengajak bertemu. Namun komunikasi mereka menjadi intens. Walaupun jarang menelpon tapi keduanya begitu sering berkirim pesan. Ran yang jarang sekali memainkan ponselnya jadi sering melihat ke arah ponsel, sama halnya dengan Raga. Sampai-sampai, Tito pun merasa heran dengan temannya itu.
" Roman-romannya lagi puber kedua nih, dari maren ku lihatin kau tak lepas dari tuh hape?"
" Hahaha apaan sih To. Biasa aja kali," elak Raga. Dia hanya tertawa terbahak ketika temannya itu berbicara seperti itu kepadanya. Raga lalu meletakkan ponselnya dan kembali melihat beberapa kertas koreksian ulangan anak-anak muridnya.
Tito hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Raga yang menurutnya persis seperti anak ABG yang sedang kasmaran. Bisa Tito lihat dari wajah Raga yang berseri ketika mendapat sebuah pesan. Secara tidak langsung Tito jadi penasaran dengan siapa temannya itu bertukar pesan. Tapi untuk saat ini Tito tidak akan bertanya, melihat Raga yang begitu senang dan bersemangat, ia ingin membiarkan ini dulu. Hanya saja Tito sedikit khawatir jika Raga kembali kecewa seperti kemarin saat bersama Rena.
Akan tetapi, Tito merasa ada yang berbeda dari Raga saat ini. Dulu saat bersama Rena, dia tidak seperti sekarang. Jika ada pesan, dia tidak langsung melihat dan membalasnya. Atau terkadang hanya sekedar dilihat dan akan membalasnya nanti. Tapi sat ini tidak, ketika ponselnya berbunyi, Raga dengan sigap langsung membalasnya plus dengan senyuman yang lebar.
" Haah, begini to yang namanya kasmaran. Teman pun lupa," gerutu Tito.
Plak
Lengan Tito mendapat sebuah keplakan kuat dari Raga, dan dia hanya bisa nyengir sambi memperlihatkan giginya.
" Diem, gue sleding juga nih bocah dari tadi ngedumel mulu," ucap Raga dengan tatapan yang tajam ke arah Tito. Tito hanya tertawa cekikikan melihat Raga yang terlihat sangat kesal itu. Tapi sungguh Tito bahagia melihat sang teman yang seperti memiliki semangat hidup.
Drtzzz
Ponsel Raga kembali berdering. Pria itu tersenyum cerah namun saat melihat ponselnya senyuman itu hilang dan berubah menjadi sebuah seringai. Bukan hanya itu. Wajah Raga pun berkerut, jelas sekali dia sangat kesal.
Tito yang menyadari perubahan ekspresi dari sang teman, secara reflek langsung melihat ponsel Raga. Ia menjadi penasaran dan kemudian ikut membaca isi pesan itu.
Brak!
Tito menggebrak meja sehingga membuat Raga terkejut. " Eeh kampret. Napa kamu pake gebrak-gebrak meja, kaget tahu," omel Raga kepada Tito.
" Asli dah gue gedek banget ma tuh cewek. Dia maunya apa sih?"
Tito tampak sangat kesal setelah membaca pesan di ponsel Raga. Rupanya pesan itu dari Rena. Di dalam pesan tersebut tertulis bahwa Rena mengajak Raga bertemu, dan ia mengatakan maaf atas perbuatannya selam ini. Sungguh lucu bukan, wanita yang kemarin begitu kukuh minta bercerai kini malah terlihat berusaha untuk mendekat.
" Udah, nggak usah dipeduliin. Biar aja dia mau ngapain. Gue mah bodo amat dia mau kayak gimana," sahut Raga. Ya saat ini dia sama sekali tidak ingin memedulikan Rena. Baginya mereka sudah menjadi orang asing yang tidak ada hubungan sama sekali. Jad Raga sama sekali tidak berkewajiban untuk menjawab panggilan telepon maupun membalas pesan dari Rena.
" Bagus, anyepin aja tuh perempuan. Inget apa yang udah dia lakukan ke Lo Ga. Jadi gue harap Lo jangan pernah terpengaruh sama dia."
" Nggak akan, tenang aja."
Tito menepuk pindah Raga. Ia sungguh berharap Raga tidak lagi berhubungan dengan Rena. Karena bagi Tito, Rena bukalah wanita yang baik. Dan tentu saja Raga tahu akan hal itu. Dia juga enggan untuk terlibat dengan Rena barang sedikit pun.
Drtzzz
" Ya Hallo Ran, ada apa?"
" Pak, bisa bisa ketemu kah sekarang?"
" Bisa, tunggu ya, dimana?"
Sraak
Tap tap tap
Raga langsung bergegas pergi dengan menyambar jaket dan kunci mobil serta tasnya. Dia meninggalkan mejanya yang masih sedikit berserakan dengan kertas koreksian ulangan para muridnya. Raga terlihat begitu terburu-buru untuk pergi menemui Ran. Padahal Ran tidak bicara hal yang membuatnya khawatir. Tapi entah mengapa Raga merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman di hatinya saat Ran menghubunginya.
Di tempat lain, tepatnya di sebuah halte bus Ran tengah duduk. Dia terlihat kesal saat ini. Terlebih dengan orang yang ada di depannya.
" Apa yang Anda inginkan Nona Rena. Bukankah kita tidak punya urusan ya?" ucap Ran tajam tapi masih mengutamakan kesopanan.
" Heh cewek kemarin sore, Lo ngapain deket-deket sama Raga hah!"
Doengggg
Ran ingin tertawa keras sekarang. Lucu, ya itulah yang ia lihat dari wajah Rena saat ini. Bagi Ran ini sangat menggelikan. Bagaimana bisa wanita yang ia lihat bercumbu dengan pria, sekarang tiba-tiba mengusik wanita yang lain yang sedang dekat dengan mantan suaminya. Ya walaupun kedekatan yang Ran lakukan kepada Raga memang sengaja untuk membuat Rena merasa kesal dan itu berhasil.
Tapi tetap saja Ran merasa bahwa ini sungguh lucu melihat Rena seperti sekarang ini. Rena yang melihat Ran di lampu merah langsung meminta Ran untuk menepi. Awalnya Ran tidak tahu siapa itu, tapi setalah melihat secara seksama dia akhirnya mengenali wanita tersebut.
" Owalah Mbak, ya saya mau deket sama siapa aja itu ya suka-suka saya. Dan Mas Raga, diakan single ya. Jadi ya bebas aja mau deket sama siapa aja. Lha kok. Mbaknya yang repot. Mbak kan udah jadi MANTAN jadi nggak ada hal buat nyampuin urusan asmara Mas Raga."
Ran sengaja menekankan kata mantan agar Rena paham dan mengetahui posisinya saat ini. Ran sungguh tidak habis pikir dengan isi kepala Rena. Tapi dia menikmati momen tersebut.
Ckiiit
Sebuah mobil Pajero sport berhenti di belakang dua mobil lainnya. Raga keluar dari sana dan berjalan cepat ke arah Ran. Spontan Raga memegang kedua lengan Ran. Wajah khawatirnya kelas terlihat oleh Ran.
" Kamu nggak apa-apa kan Ran?"
" Mass, mantan kamu nih. Masa dia bilang aku nggak boleh deket-deket sama kamu."
Shaaaah
Raga langsung melihat Rena dengan tatapan yang tajam. Giginya bergemelutuk karena merasa kesal dengan ulah wanita yang ada di depannya itu. Dan sepertinya Rena tidak tahu saat ini dia sedang berurusan dengan siapa. Keturunan Abinawa ini bukanlah wanita yang biasa-biasa saja.
" Kamu ada masalah apa sih Ren? Aku mau deket sama siapa aja urusanku. Dan nggak usah nemuin Ran kayak gini. aku peringatan sekali lagi, jangan usik Ran.
" Tapi Ga."
Raga dan Ran sudah melenggang pergi dari halte bus tersebut. Walaupun dengan mobil masing-masing tapi mereka berdua pergi secara beriringan.
Rena sungguh sangat kesal, wajahnya merah padam melihat bagaimana Raga memperlakukan Ran dengan sangat lembut. Bahkan terlihat sekali Raga amat sangat melindungi Ran.
" Sialan, cewek brengsek!"
TBC