Istri Kecil Tuan Jonathan

"Kita lihat saja apa kamu masih bisa mengomel," lanjut Jonathan didalam hatinya.

Jonathan pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Terlihat sekali jika Nayla yang sedang memegang seatbelt ketakutan karena sang Papa dan Kakak tidak pernah membawa mobil dengan kecepatan tinggi seperti itu sebelumnya. Tapi, dia juga gengsi untuk mengatakannya kepada Jonathan.

Setelah sampai di sekolah, Nayla langsung keluar dari mobil tanpa pamit dan menutup pintu mobil dengan keras. Terlihat sekali jika gadis itu sedang marah dengan Jonathan.

"Ckckck, dasar wanita labil." Jonathan menggelengkan kepalanya seraya melajukan mobilnya dengan tujuan ke kantor.

Akhirnya, mobil yang dikendarai oleh Jonathan telah tiba di kantornya. Dengan langkah tegap, Jonathan pun berjalan menuju ke ruangannya yang ada di lantai teratas gedung itu.

Di sepanjang jalan, tidak sedikit karyawan yang menyapa atasan mereka itu. Bahkan, beberapa karyawan wanita juga turut mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Jonathan. Tapi, apalah daya karena tidak ada tanda-tanda kalau Jonathan tertarik.

Karena itu, terdapat sebuah rumor yang mengatakan jika Jonathan adalah penyuka sesama jenis. Ada juga rumor yang mengatakan jika Jonathan berhubungan dengan asistennya, Riko.

"Apa jadwal ku hari ini?" tanya Jonathan kepada sang asisten setelah pria itu duduk di kursi kebesarannya.

"Hari ini Tuan memiliki rapat dengan kepala devisi pada pukul 14.00. Selain itu, Tuan hanya perlu memeriksa dokumen dan menandatanganinya," jawab Riko membuat Jonathan menaikan alisnya.

"Bukankah hari ini ada rapat dengan perwakilan perusahaan X?"

"Rapat dengan perwakilan perusahaan X diundur sampai besok, Tuan," jawab Riko yang semakin membuat Jonathan tidak mengerti.

"Tuan Cris meminta saya mengatur ulang jadwal Tuan dan mencocokkannya dengan jadwal kuliah calon istri Tuan agar Tuan bisa menjemput calon istri Tuan tepat waktu."

"Kapan Papa memberi perintah itu?" tanya Jonathan heran dan memijat kepalanya yang mendadak pusing.

"Baru saja tadi pagi, Tuan," jawab Riko.

"Kapan kuliah gadis itu selesai?" tanya Jonathan lagi yang kali ini justru membuat Riko yang menjadi pusing.

"Sekitar satu bulan lagi, calon istri Tuan sudah wisuda," jawab Riko.

"Berikan jadwal kuliahnya kepadaku," perintah Jonathan kali ini.

"Baik, Tuan," jawab Riko.

"Kamu boleh keluar," ucap Jonathan yang kemudian dituruti oleh Riko.

"Apa ini? Kenapa Tuan Jonathan tidak tahu kapan tunangannya selesai kuliah? Dan kenapa dia meminta jadwal tunangannya kepadaku, bukannya dari tunangannya sendiri?" tanya Riko setelah pria itu keluar dari ruangan Jonathan.

"Sungguh pasangan yang membingungkan."

Sementara itu, saat ini Nayla dan Erika sedang berbincang seraya menunggu dosen mereka datang.

"Apa? Jadi kamu akan ...," teriak Erika yang terkejut dengan cerita Nayla.

"Kenapa kamu malah berteriak seperti itu? Apa kamu tidak bisa diam?" Nayla meletakan tangannya di mulut Erika agar temannya itu tidak melanjutkan perkataannya.

"Apa kamu mau semuanya tahu kalau aku akan segera menikah?" Nayla berbisik kepada Erika.

"Hehehe," Erika terkekeh kecil. "Maaf. Aku benar-benar terkejut dengan ceritamu itu."

"Tapi, aku tidak mengira kalau kamu akan menikah karena dijodohkan sama sekali. Orang tuamu adalah dosen, jadi aku tidak menyangka kalau mereka masih memiliki pikiran seperti itu."

"Aku juga tidak pernah mengira akan berakhir seperti ini setelah lulus kuliah," ucap Nayla.

"Tapi, aku rasa kamu dan Om itu memang berjodoh," lanjut Erika dan mengundang tatapan tajam dari Nayla. "Buktinya, kamu dan Om itu sudah bertemu sebelum kalian dijodohkan, bukan?"

"Perjodohan kalian juga berjalan seperti kilat. Sangat cepat. Buktinya, kalian akan segera menikah."

"Siapa yang akan menikah?" tanya Geo yang hanya mendengar sedikit tentang pembicaraan keduanya. "Kamu mau menikah setelah lulus nanti, Erika?"

"Siapa bilang aku yang mau menikah?" tanya Erika balik membuat Geo mengerutkan keningnya.

"Lalu, kalau bukan kamu yang mau menikah, siapa lagi yang akan menikah?" tanya Goe. "Tidak mungkin kalau Nayla yang akan menikah, bukan? Nayla bahkan tidak punya pacar. Bagaimana bisa dia menikah?"

"Sebaiknya kamu mengaku saja, Erika. Kamu yang mau menikah dengan pacarmu, bukan? Kapan acaranya? Apakah setelah kira wisuda atau sebelum kita wisuda?"

"Terus, bagaimana pacarmu melamar mu? Apa dia melamar mu dengan cara romantis seperti yang ada difilm?"

"Memang bukan aku yang akan menikah, Geo," ucap Erika kesal dengan temannya yang ngeyel itu.

"Terus kalau bukan kamu lalu siapa?" tanya Geo masih setengah percaya.

"Nayla," jawab Erika membuat Geo tertawa terbahak-bahak sehingga mengundang perhatian mahasiswa yang lain.

"Maaf, Maaf," ucap Geo kepada mahasiswa yang merasakan terganggu dan memberikan tatapan tajam kearahnya.

"Kamu mau berbohong, Erika? Kalau mau membohongiku, coba cari nama yang lebih bisa dipercaya. Kamu tahu sendiri kalau Nayla itu jomblo abadi. Lalu, dengan siapa dia akan menikah? Pacar saja tidak ada."

"Terserah kalau kamu tidak percaya," ucap Erika semakin kesal. "Kamu tunggu saja sampai Nayla menyebarkan undangannya dan itu pasti tidak akan lama lagi."

"Apa Erika bersungguh-sungguh?" tanya Geo didalam hatinya. "Apa Nayla benar-benar akan segera menikah?"

"Nayla, apa yang dikatakan oleh Erika itu benar? Apa kamu benar-benar akan segera menikah?"

"Huh," Nayla menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Itu benar, Geo. Aku akan segera menikah sebentar lagi."

"Kamu akan menikah dengan siapa? Apa kamu punya pacar yang tidak kamu kenalkan kepada kami selama ini?" tanya Geo lagi.

"Nayla menikah karena dijodohkan," ucap Erika mewakili Nayla untuk menjawab.

"Apa itu betul, Nayla? Apa kamu benar-benar akan menikah dengan pria yang dijodohkan oleh orang tuamu?" tanya Geo dan mendapatkan anggukan kepala dari Nayla sebagai jawabannya.

"Lalu, kenapa kamu mau menikah dengan orang itu, Nayla? Apa kamu sudah mengenalnya? Apa kamu sudah mencintainya?" tanya Geo dengan lirih kali ini.

"Iya," ucap Erika kembali mewakili Nayla. "Jadi, kamu jangan mencoba lagi untuk mendekati Nayla karena dia sudah punya tunangan dan sebentar lagi mereka akan menikah. Kamu harus mencari wanita lain yang masih single diluar sana."

"Erika," panggil Nayla karena sahabatnya asal bicara tapi malah mendapatkan sikutan kecil dari Erika agar Nayla tetap diam saja.

"Apa benar aku harus melepaskan Nayla?" tanya Geo didalam hatinya. "Padahal, selama ini aku sudah berusaha untuk mendekatinya dan membuat dia menyadari perasaanku."

"Tapi, hatiku sakit sekali walaupun hanya membayangkan Nayla bersama dengan pria lain. Kalau begini, bagaimana aku bisa melepaskan Nayla?"

"Apa aku benar-benar sudah tidak punya kesempatan lagi untuk mendapatkan Nayla? Apa aku harus menghapus perasaan ini? Apa aku bisa melihat Nayla menikah dengan pria lain? Apa aku bisa melihat Nayla dimiliki oleh pria lain? Apa aku kuat untuk merelakan Nayla?"