NovelToon NovelToon
Masinis, I Love You!

Masinis, I Love You!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / EXO / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Redchoco

Pernikahan Serena dan Sabir terjalin karena keduanya sepakat untuk pulih bersama setelah dikhianati kekasih masing-masing. Terbiasa berteman selama ini membuat perasaan cinta tumbuh serta-merta. Namun, di saat semua nyaris sempurna, Tuhan memberikan Sabir cobaan dalam urusan kerja. Di mulai dari sini, akan mereka temukan arti cinta, pertemanan dan keluarga yang sebenarnya.

Mari, ikuti lika-liku perjalanan Bapak Masinis dan Ibu Baker yang ingin menjadi pasutri apa adanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redchoco, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Simulasi Keluarga Bahagia

...WhatsApp Grup...

Cahyoko Ariyanto: Pagi, ada kabar baru Apakah kalian sanggup menerimanya? Hanya orang yang sanggup, yang mau saya kasih tahu.

Cahyoko Ariyanto: Adakah manusia?

Ah, sudahlah.Intinya Sabir dan Serena anaknya sudah jadi. Sekian.

—Cahyoko Ariyanto mengirimkan sebuah gambar—

Emak: Selamat pagi, salam sehat! Yang masih kelonan harap bangun

Ayah: Sendi sehat semangat gowes, ya! Ayah lagi lari pagi lho semuanya, kalian sudah ngapain aja?

Mama: Rekomendasi nama bayi. Bagusan mana, Qiara atau Qiora?

Emak: Sabran aja kalau cowok.

Jizzy Elvina: Izin nimbrung ya Enyak Babeh…. Saya otw ngantor, nih.

Satya Manhuri: Masa' baru bikin semalam, udah bisa digendong di pagi hari? @AnandaSabir @SerenaAwahita

Cahyoko Ariyanto: Sebagai manusia yang didapuk menjadi kang bagi-bagi makanan, saya pun curiga anak yang muncul di rumah saudara kita semua adalah hasil penculikan. Mohon untuk ditindaklanjuti. Colek @Papa

Papa: Grup ini hanya boleh berisi informasi aktual yang benar terjadi. Yang kagak penting enggak usah dikirim ke mari. Terima kasih. Salam sehat untuk kita semua.

Emak: Woi, Cahyono! Itu anak temennya Sabir

Cahyoko Ariyanto: Nama saya tolong jangan diubah, Tan. Dan iya, saya sudah tahu.

Yena Adinda: Https://www.toktik.com//Nanacantiksiapayangpunya Tolong buka link ini, like n share, ya! Ini tugas kelompok Nana.

Cahyo berdecak. Kalau Nana sudah muncul di grup, ada saja pengalihan isunya.

Kini Cahyo kebetulan berada di ruang tamu rumah Sabir. Beberapa waktu lalu ditelpon untuk datang oleh Serena. Cahyo sudah siap menggoda dua temannya itu perihal semalam jika saja tidak melihat keberadaan bocah cilik yang hadir entah dari mana. Setelah mengulik informasi, akhirnya tahu kalau itu anak titipan temannya Sabir.

"Ini makanan sudah aku hangatkan tadi malam, terus pagi ini juga dihangatkan ulang. Nanti bagi-bagi aja, terserah kamu mau ke mana. Tetangga-tetangga sudah aku kasih semua. Kalau ada yang nanya, bilang aja lagi acara Rabu berkah."

"Sabir bapak-able banget, ya, Er," cetus Cahyo tiba-tiba, sembari melirik Sabir yang menggendong Daniel di ruang tengah. Nampak sedang membahas miniatur yang terpajang di rak. "Sudah siap banget kayaknya buat jadi bapak."

"Kamu juga sudah cocok jadi bapak, Cah. Tinggal nunggu jodohnya aja," balas Serena, setelah memerhatikan suaminya agak lama. Interaksinya dengan Daniel sedikiiit menggetarkan hati sebab terlihat manis.

"Calonnya sudah ada, kok."

"Oh ya?" Serena penasaran. "Siapa kalau boleh tahu? Kenalan kamu di Kalimantan sana, kah?"

"Ada, lah. Kenalnya juga udah lama, kamu pasti kaget kalau tahu siapa orangnya."

"Berarti aku kenal dia?" Cahyo mengangguk. "Siapa?"

"Nanti ajalah. Biar langsung nyebar undangan."

"Udah mau nikah?!"

"Kamu pikir alasan aku balik ke Jakarta cuma buat jadi tamu undangan kalian, apa? Aku bentar lagi jadi suami orang juga, Er."

Sabir yang tidak sengaja mendengar percakapan keduanya pun mendekati bersama Daniel.

"Kamu mau nikah, Cah?"

Cahyo mengangguk mantap.

"Nikah yang kamu maksud ini betulan mempersunting anak perempuan orang, kan, ya? Enggak ada artian lain?"

Tatapan Cahyo berubah datar. "Memangnya apa lagi? Ya jelas aku bakal nikah sama anak orang, lah."

"Jujur, aku enggak nyangka kamu bisa serius." Serena menilik Cahyo penuh minat. "Kalau orangnya aku kenal, berarti ada di circle kita, kan? Teman dekat yang cewek cuma Jizzy. Jangan-jangan dia?"

Cahyo memilih bungkam. Ia menggelengkan kepala sok misterius seraya meraih seluruh kantong kresek yang berisi makanan untuk dibagikan ke orang, kemudian berdiri hendak pamit.

"Kalau penasaran siapa orangnya, coba lihat foto pernikahan kalian, deh. Orangnya ada di sana, cari aja yang wajahnya bahagia banget."

Dengan ucapan itulah, Sabir dan Serena sama-sama menatap fokus wajah-wajah dalam pigura besar di ruang keluarga setelah Cahyo pergi dari rumah.

"Jizzy kebetulan berdiri di samping Nana, sebelahnya Nana ada Cahyo-nya. Apa beneran mereka berdua yang mau nikah?"

"Tapi Jizzy enggak ada keliatan naksir Cahyo, sih. Dan jujur aja kalau memang iya, adikku kasihan banget."

"Ah, terserah lah mau siapa calonnya. Nanti juga tahu." Lagian bagaimana caranya menebak-nebak sebab orang-orang yang berdiri di pelaminan itu banyak? Masih ada kemungkinan lain selain Jizzy.

Serena kemudian mengambil alih Daniel yang sejak tadi mengetuk-ngetuk pigura foto karena bingung harus apa.

"Daniel, hari ini mau ikut Tan —ibu lihat dunia bawah laut, enggak?" Serena membiasakan lidahnya untuk berlatih menjadi orangtua seperti ucapan Sabir.

"Mau! Mau lihat bintang laut!"

Serena mengangguk dengan senyuman, lantas melirik Sabir yang diam memerhatikan.

"Bawa kita ke SeaWorld hari ini ya, Bapak…. Daniel mau lihat bintang laut."

Sabir tersentak dari lamunan.

"Eh, ya, boleh. Berarti nge-mal enggak jadi?"

Serena membisiki Daniel, "Gimana kalau kita belanja dulu? Setelahnya jalan-jalan, Daniel setuju?"

Anak itu jelas manut-manut saja, sebab Papi telah mengajarkannya untuk nurut apa kata yang lebih tua.

"Setuju!"

***

"Kita mau ke mal, bukan mau piknik, Er. Kenapa bawa bekal?" Sabir kebingungan melihat istrinya itu malah menyempatkan diri untuk membuat makanan.

Serena melirik Daniel yang asyik dengan iPad milik Sabir. Tadi sengaja diputarkan film anak-anak supaya anteng selagi Sabir mandi, dan Serena memasak.

"Habis belanja pastinya lapar, kan. Rasanya enggak berani aja bawa Daniel makan di gerai cepat saji. Kasian. Anak umur segitu gizinya harus diperhatiin." Makanya Serena menyiapkan nasi, tumis brokoli, pepes tahu, suwir ayam kecap, dan pisang raja untuk buahnya. Sudah diletakkan di dalam tiga wadah makanan.

"Daniel, tadi sama Papi udah mandi atau belum?" Serena menghampiri anak itu.

"Sudah, ibu."

"Oke, kalau begitu enggak apa-apa ya kalau ibu tinggal mandi sebentar?"

"Iya… nggak apa-apa."

Serena melirik suaminya yang entah kenapa sejak tadi melamun dengan tatapan menerawang. Entah memikirkan apa, yang jelas bibirnya tersenyum.

"Kamu bajunya udah aku siapin, ada di kasur. Sehabis siap-siap, balik ke sini buat temani Daniel, ya, Sab."

"E-eh, ya? Oh iya, Er. Makasih udah disiapin," jawabnya agak kikuk.

Sejurus kemudian, ketiganya telah sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Memasuki toko pakaian, Sabir kembali menggendong Daniel selagi Serena memilihkan baju untuknya.

"Navy kayaknya cocok, tapi hitam juga bagus. Yang tosca juga seger keliatannya, tapi biru langit juga oke."

"Kalau begitu ambil semuanya aja, Er." Sabir menyarankan, sebab istrinya masih menimbang-nimbang mau beli yang mana.

"Iya?" Serena menoleh, lalu menatap Daniel. "Kalau menurut anak ganteng, ayah cocoknya pakai baju warna apa?"

Sengaja Serena bertanya agar Daniel tidak merasa diabaikan selagi mereka berbelanja. Barangkali, Serena tidak pernah tahu jika pertanyaannya tadi membawa guncangan dalam diri Sabir. Seandainya kaki tidak kuat menapak lantai, sudah pasti dia limbung.

"Yang biru bagus, ibu. Kayak warna langit, Daniel suka."

"Kalau yang ini?" tunjuknya pada kaos hijau tosca.

"Keren. Kayak daun."

"Yang ini, yang ini?" Kali ini warna merah muda.

"Cantik, kayak ibu. Bajunya lebih cocok dipakai sama ibu. Ayah yang warna biru aja."

Senyum Serena berkembang karena secara tidak langsung dipuji cantik.

"Oke!" Lantas mendongak memandangi suaminya. "Ayah setuju aja, ya?" godanya, sengaja memancing salah tingkah. Lagian, Sabir sih… siapa suruh pakai simulasi punya anak segala?

"Se-setuju, dong! Suka banget sama pilihan Daniel." Kemudian Sabir memiringkan wajah hingga pipinya dan pipi Daniel bersentuhan, sengaja untuk menyembunyikan rona merahnya. "Makasih, anak ganteng."

Serena menahan tawa dan lanjut memilih baju lain. Kemeja, blouse, celana santai, tidak lupa pula mencarikan baju-baju lucu untuk Daniel sebagai apresiasi sebab anaknya anteng dan manut sekali, tidak pernah rewel. Ngomong-ngomong, Papinya Daniel meninggalkan tas berisi perlengkapan, ada uang yang diselipkan tapi Serena tidak akan menggunakannya.

"Anaknya umur berapa, Mas?" tanya salah seorang ibu-ibu yang ikut mengantri untuk membayar di kasir. Kebetulan toko yang mereka kunjungi lagi ramai.

Sabir langsung menghadapkan tubuh sepenuhnya, Daniel tanpa diminta pun menjawab sopan, "Empat tahun, sebentar lagi lima."

Kemudian ibu-ibu tadi memandangi Serena yang sejak tadi tersenyum tipis. "Anaknya lucu banget, Mbak. Gemoy begitu pipinya. Siapa namanya?"

"Daniel, ayo kenalan dulu sama Tantenya," ucap Serena, lembut dan menatap ramah ibu-ibu tadi.

"Daniel Ananta Syarif." Anak cerdas yang sudah hapal nama panjangnya sendiri. "Panggilannya Daniel, Tante." Anak itu mengulurkan tangan, hendak Salim. Ibu-ibu tadi langsung terenyuh melihatnya kemudian menyambut uluran tangan mungil tersebut.

Di tempat masing-masing, Serena dan Sabir merasakan kehangatan yang entah apa. Senang saja melihat tingkah Daniel yang lucu seperti bocah seumurannya, serta bangga melihatnya bersikap sangat sopan kepada orang lain.

"Ya ampun, suka sekali saya kalau lihat anak-anak yang gemes begini, mana pintar, lagi. Rasanya pengin karungin." Ibu itu berderai tawa, dibalas Serena dengan kekehan kecil.

"Anak ke berapa ini, Mbak, Mas?"

"Eh?" Serena dan Sabir kompak saling pandang, bingung mau menjawab apa. Lamat-lamat terdengar suara Mbak Kasir memanggil,

"Antrian selanjutnya, Mas, Mbak. Silakan…."

"Duh, Bu, maaf kami duluan, ya." Sabir pamit, Serena menundukkan kepala memberi senyuman. Untungnya ibu-ibu tadi mengerti dan mempersilakan mereka berlalu.

"Deg-degan aku ditanyai ibu tadi," obrol Serena saat mereka telah pindah posisi : balik ke mobil. Kegiatan belanja sudah selesai, hasilnya ada di bagasi, kurang lebih sepuluh tas ukuran sedang nangkring di sana.

"Namanya juga ibu-ibu, suka kepo." Sabir lalu menunduk ke arah Daniel yang duduk di tengah-tengah mereka. "Daniel mau dibantu makannya? Biar ayah suapi aja, ya?"

"Daniel bisa sendiri, Papi bilang harus belajar mandiri, soalnya sebentar lagi Daniel jadi Abang."

"Daniel mau banget ya punya adek?"

"Mau! Di sekolah, cuma Daniel yang belum ada adek."

"Oh ya? Daniel sudah sekolah, ya?" Yang ditanya, mengangguk. "Di mana?"

"Kata Papi di tempat khusus anak kecil, lupa namanya."

Sabir tersenyum, mengerti jika Daniel mungkin telah menginjak lingkungan PAUD.

Di tempatnya, Serena tidak mengerti apa yang terjadi dengan sang hati. Dimulai dari detak jantung, keinginan untuk mengunci netra matanya, menghidu aroma musk-nya, mendengar suaranya yang lagi bicara manja ke Daniel… sulit dimengerti, ini di luar pemahaman. Ada apa dengan Serena?

"Eren," panggil Sabir ke sekian kali, sambil menjentikkan jari tangan. "Enggak apa-apa?"

"Eh, ya?" Serena mengalihkan pandangan kembali ke kotak makanannya. "Aku baik-baik aja," jawabnya, lalu menyuapkan satu sendok penuh ke dalam mulut, yang berakhir membuatnya tersedak.

Daniel lebih dulu mengambil botol air mineral di kantong belakang kursi kemudi, mendahului Sabir.

"Ini, ibu. Minumnya." Barangkali Daniel tidak tahu jika minuman yang diberinya masih disegel. Serena yang sedang terbatuk-batuk jelas tidak terpikir mengeceknya.

"Ini saja." Botol minum Sabir tutupnya telah dibuka, sudah sempat diminum seperempat. Serena mengambil itu dengan cepat. Kemudian Sabir menerima yang diulurkan Daniel, "Yang ini buat ayah aja, ya? Boleh?"

Daniel beri anggukan, lalu menatap Serena yang telah tenang. "Ibu makannya pelan-pelan. Kata Papi kalau terburu-buru nanti nasinya pindah ke hidung."

"Ah, iya." Serena meringis. "Makasih udah kasih tahu, Daniel."

"Sama-sama."

Tatapan matanya pun bersitubruk dengan Sabir yang memandang penuh perhatian.

"Sudah aman, Ibu Eren?"

"Sangat, Bapak Sabir…."

Keduanya tersenyum, kemudian melanjutkan makannya.

***

1
Mamaqilla2
udah end kah ini cerita nya 🤧
Sriza Juniarti
kereenn, saya suka ,alur dan penggalan ktanya bagus
Mamaqilla2
missyuuuu somuch much sama couple ini 🥰
sehat selalu ya othor biar bisa update tiap hari 😍
Mamaqilla2
ternyata udah end ya kak ceritanya 🥴
Sabir kecelakaan kereta dahlah gabisa dilanjutkaaah selallu menunggu lho update mu🤦‍♀️
wattpad: maaf baru balas, kak. akhir-akhir ini lagi sibuk banget sampai lupa update :) hari ini aku post bab baru deh ya...
total 1 replies
Mamaqilla2
kq tumben belum up akak 😌
Nining Chili
wkwkwkwkwkwk....mmg pasangan ini luarr biasaaa 😁
Nining Chili
pstiii si ningsih yg moto 😴😴
Nining Chili
terytaaaaa.... januuu dtgg sabirrr 😁😁
Nining Chili
hahahahaahahahh😂😂😂
Nining Chili
senengnx 🥰
Mamaqilla2
ga usah datanglah Sab ngapain juga aelaaah pikir2 lagiii dah mending berkabar sama bu Eren gasih 😌
Mamaqilla2
hwaaaa ada gasih laki2 seperti Sabir demi apa idaman sekali 🥲
jadinya berkhayal kan akunya🤣
eh btw thor km nulisnya di PF mana nih aku mau baca karya2 mu nih masha allah 😍
Mamaqilla2
eh aku udh suudzon aja nih sma si Ning 🤣
maapkeun ya Ning ternyata km anak baik2 weei 🤣🔨
Mamaqilla2
taraaaa mak jrreeennngggg 😂
akankah terjadi huru hara.. semoga tyduuck😂
Mamaqilla2
boleh lebay gasih ini dibikin drama series tu baguuuussss😂🥰🥰
wattpad: Waduhh, Kak... jadi salting aku😂 makasihhh dukungannya🥰
total 1 replies
Mamaqilla2
keren kata aku mah nih novel duuuuuh sip lah kata2nya 👏
good job thor sukses selalu yaaakk🤗
Mamaqilla2
finally up jugaaa 😂
beruntung nya kamu Serena dapet Sabir duuuuh pak suami idaman istri dan menantu idaman mertua weeeiii 🤣
Mamaqilla2
tumben belum update kaka
Mamaqilla2
𝒘𝒊𝒅𝒊𝒊𝒊𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏 𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒌 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒊𝒊𝒓𝒓𝒓𝒓 😍
𝒂𝒌𝒖 𝒚𝒈 𝒃𝒂𝒄𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒍𝒆𝒚𝒐𝒐𝒐𝒕𝒕... 𝒂𝒑𝒂𝒍𝒈𝒊 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒉𝒊𝒉𝒊 😂
𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒚𝒂 𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏.. 𝑺𝒖𝒌𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒕𝒑 𝒌𝒆𝒌 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒔𝒕𝒂𝒈𝒂𝒂𝒂 🥰
𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒐𝒕𝒉𝒐𝒐𝒓 𝒖𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 ❤
Mamaqilla2
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒔𝒂𝒋𝒂..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!